Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kepercayaan Publik

Hasil Studi: Semakin Banyak Orang yang Menghindari Berita Penting

Foto : ISTIMEWA

Mayoritas orang yang disurvei membaca berita secara teratur, 38 persen mengatakan mereka sering atau kadang-kadang menghindari berita.

A   A   A   Pengaturan Font

OXFORD - Institut Reuters untuk Studi Jurnalisme, pada Selasa (14/6), mengatakan semakin banyak orang secara selektif menghindari berita penting seperti pandemi Covid-19, invasi Russia ke Ukraina, dan biaya hidup yang tinggi.

Sementara itu, mayoritas orang yang disurvei menerima berita secara teratur, 38 persen mengatakan mereka sering atau kadang-kadang menghindari berita, naik dari 29 persen pada 2017. Sekitar 36 persen, terutama mereka yang berusia di bawah 35 tahun, mengatakan berita tersebut menurunkan suasana hati mereka.

Kepercayaan pada berita juga menurun, dan terendah di Amerika Serikat. Rata-rata 42 persen orang mengatakan mereka mempercayai sebagian besar berita sepanjang waktu.

Angka itu telah turun di hampir separuh negara dalam laporan itu dan meningkat di tujuh negara.

"Sejumlah besar orang melihat media sebagai subjek untuk pengaruh politik yang tidak semestinya, dan hanya sebagian kecil yang percaya bahwa sebagian besar organisasi berita menempatkan yang terbaik bagi masyarakat di atas kepentingan komersial mereka sendiri," tulis Direktur Institut Reuters, Rasmus Kleis Nielsen, dalam laporannya yang berdasarkan survei online terhadap 93.432 orang, dan dilakukan di 46 pasar.

Menurut laporan tersebut, pemirsa yang lebih muda semakin mengakses berita melalui platform seperti TikTok, dan memiliki koneksi yang lebih lemah dengan merek berita.

Mengakses Berita

Setiap minggu, 78 persen anak berusia 18 hingga 24 tahun mengakses berita melalui agregator, mesin pencari, dan media sosial. Empat puluh persen dari kelompok usia tersebut menggunakan TikTok setiap minggu, dengan 15 persen mengatakan mereka menggunakannya untuk mencari, berdiskusi, atau berbagi berita.

Pertumbuhan jumlah orang yang membayar untuk berita online mungkin sedang menurun, dengan sebagian besar langganan digital beralih ke beberapa merek nasional.

Di 20 negara di mana pembayaran untuk berita tersebar luas, 17 persen responden survei membayar untuk berita online apa pun, angka yang sama seperti tahun lalu. Pembayaran untuk berita lokal bervariasi di seluruh pasar. Institut Reuters untuk Studi Jurnalisme ini didanai Thomson Reuters Foundation. Jajak pendapat tersebut memiliki margin kesalahan 2-3 poin persentase.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top