Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Transportasi Udara

Hasil Studi MIT: Jasa Penerbangan Makin Aman

Foto : AFP/BAY ISMOYO

Sebuah pesawat mendarat di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, di Denpasar, Bali, baru-baru ini.

A   A   A   Pengaturan Font

NEW ENGLAND - Terbang bisa menjadi pengalaman yang menegangkan bagi banyak orang, tetapi sebuah studi terbaru oleh Massachusetts Institute of Technology (MIT) yang dirilis hari Kamis (8/8), menemukan perjalanan udara komersial semakin aman dengan risiko kematian berkurang setengahnya setiap dekade.

"Angka kematian turun menjadi 1 per 13,7 juta penumpang yang naik pesawat secara global pada periode 2018- 2022, sebuah peningkatan besar dari 1 per 7,9 juta penumpang yang naik pesawat pada periode 2008-2017," bunyi makalah yang ditulis oleh para peneliti dari MIT.

Dikutip dari Yahoo News, temuan ini juga sangat berbeda dari awal mula perjalanan udara komersial. Angka kematian per penumpang adalah 1 per 350.000 penumpang pada tahun 1968-1977.

"Keselamatan penerbangan terus membaik," kata pakar MIT, Arnold Barnett, yang turut menulis penelitian yang dimuat di Jurnal Manajemen Transportasi Udara, seraya menambahkan kemungkinan kematian terus menurun dua kali lipat setiap dekade.

Barnett membandingkan tren tersebut dengan "Hukum Moore," prediksi terkenal oleh pendiri Intel Gordon Moore bahwa daya komputasi cip berlipat ganda kira-kira setiap 18 bulan.

Penumpang Terus Naik

Dari tahun 1978 hingga 1987, risiko kematian adalah 1 per 750.000 penumpang yang naik; dari tahun 1988 hingga 1997 adalah 1 per 1,3 juta; pada tahun 1998 hingga 2007, 1 per 2,7 juta.

Bencana penerbangan komersial besar terakhir di Amerika Serikat terjadi pada tahun 2009, ketika penerbangan Colgan Air 3407 jatuh, menewaskan 50 orang.

Namun, Barnett memperingatkan kemajuan yang sedang berlangsung tidak dapat dipastikan. Hampir terjadinya tabrakan di landasan pacu AS tahun ini telah menjadi berita utama, sementara penyelidik federal telah mendesak Boeing untuk menjelaskan mengapa penutup pintu pada pesawat 737 MAX 9 terlepas di tengah penerbangan pada pesawat Alaskan Airlines pada bulan Januari.

Angka-angka utama juga mengaburkan kesenjangan global yang besar dalam keselamatan udara, dengan studi yang membagi negara menjadi tiga tingkatan berdasarkan catatan keselamatan mereka.

Tingkatan teratas mencakup Amerika Serikat, negara-negara Uni Eropa, dan negara-negara Eropa lainnya termasuk Montenegro, Norwegia, Swiss, dan Inggris Raya. Australia, Kanada, Tiongkok, Israel, Jepang, dan Selandia Baru melengkapi kelompok ini.

Tingkat kedua terdiri dari Bahrain, Bosnia, Brasil, Brunei, Cile, Hong Kong, dihitung terpisah dari Tiongkok, India, Yordania, Kuwait, Malaysia, Meksiko, Filipina, Qatar, Singapura, Afrika Selatan, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, Turki, dan Uni Emirat Arab.

Negara-negara lainnya di dunia masuk ke dalam tingkatan tiga. Yang menggembirakan, meskipun risiko kematian jauh lebih besar di negara-negara ini, angka kematian akibat perjalanan udara per penumpang juga berkurang sekitar setengahnya selama periode 2018-2022.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top