Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Sabtu, 29 Jul 2023, 00:00 WIB

Hasil Studi: Emisi Karbon dari Kebakaran Hutan Kanada Lampaui 1 Miliar Ton

Foto udara yang menunjukkan kebakaran hutan di bagian utara British Columbia, Kanada, baru-baru ini.

Foto: AFP/BC WILDFIRE SERVICE

BEIJING - Studi yang dilakukan tim ilmuan dari Institut Ekologi Terapan di bawah naungan Akademi Ilmu Pengetahuan (CAS) menyebutkan emisi karbon dioksida yang sangat besar dari kebakaran hutan di Kanada telah melampaui satu miliar ton.

Peneliti dari Institut Ekologi Terapan yang memimpin studi itu, Liu Zhihua menjelaskan gas rumah kaca seperti karbon dioksida, metana, dan dinitrogen oksida yang dikeluarkan oleh kebakaran hutan di Kanada berdampak nyata pada pemanasan global, dan kebakaran hutan telah berkembang menjadi kejadian lingkungan global.

Menurut Pusat Kebakaran Hutan Antarlembaga Kanada (CIFFC), hingga 26 Juli 2023 telah terjadi 4.774 kebakaran di seluruh negara itu, dan luas kebakaran secara kumulatif telah melampaui 121.000 kilometer persegi.

Seperti dikutip dari Antara, para peneliti melakukan penilaian cepat mengenai emisi gas rumah kaca dari kebakaran hutan berdasarkan observasi penginderaan jauh. Diperkirakan hingga 26 Juli, kebakaran hutan di Kanada secara langsung mengeluarkan sekitar satu miliar ton karbon dioksida.

Efek rumah kaca dari emisi metana dan dinitrogen oksida setara dengan sekitar 110 juta ton karbon dioksida, dan total emisi gas rumah kacanya setara dengan sekitar 1,11 miliar ton karbon dioksida.

Angka ini melampaui emisi karbon dioksida terkait energi di Jepang yang mencapai 1,067 miliar ton pada 2021, menurut data yang dikutip dari Proyek Karbon Global.

Selain memengaruhi iklim, kebakaran hutan di Kanada juga melepaskan polutan udara seperti PM2.5, PM10, aerosol organik, dan karbon hitam, yang membahayakan kesehatan manusia.

Pada Juni, kualitas udara di New York, Chicago, dan tempat lain di Amerika Serikat memburuk secara signifikan. Polutan-polutan udara tersebut juga dibawa melintasi jarak yang jauh ke seluruh dunia oleh sirkulasi angin barat, yang memengaruhi wilayah-wilayah di Eropa, Afrika Utara, dan Asia.

Datangkan Malapetaka

Kebakaran hutan tersebut mendatangkan malapetaka pada ekosistem hutan. Kebakaran hutan yang berkobar dengan cepat itu menyebabkan kerusakan vegetasi yang luas dan hilangnya keanekaragaman hayati, merampas habitat dan sumber makanan hewan.

Liu menambahkan masing-masing negara harus mengambil tindakan efektif untuk mengurangi emisi CO2 dari proses alami. Dia menambahkan, dalam kasus kebakaran hutan, strategi seperti pengolahan bahan bakar dan pengelolaan hutan yang lebih baik dapat digunakan untuk membatasi intensitas kebakaran dan kemudian mengurangi emisi CO2.

"Tiongkok, misalnya, telah membuat kemajuan yang signifikan dalam pencegahan kebakaran hutan," kata Liu, mencatat bahwa kebakaran hutan telah menurun secara signifikan di negara itu sejak 2000.

"Hutan yang terbakar tahunan sekitar 750 kilometer persegi antara 2000 dan 2022, hanya mengeluarkan beberapa juta ton CO2 per tahun. Mengingat luas hutan Tiongkok seluas 2,2 juta kilometer persegi, ini merupakan kontribusi yang signifikan terhadap pengurangan CO2 global," kata Liu.

Karen Hodges, pakar ekologi di University of British Columbia, mengatakan restorasi setelah kebakaran juga didorong karena tubuh tumbuhan dapat menggunakan karbon dioksida dan akan membantu menghilangkan sebagian karbon dioksida dari atmosfer.

Emisi kebakaran hutan mempengaruhi kesehatan dan berkontribusi terhadap perubahan iklim secara global. Oleh karena itu, mengatasi emisi karbon dari kebakaran membutuhkan kerja sama internasional.

Karena kebakaran hutan telah menjadi salah satu sumber CO2 utama, Liu mengatakan sangat penting untuk membangun sistem pemantauan dan penghitungan emisi karbon yang lebih baik, yang mencakup emisi CO2 dari aktivitas manusia dan proses alam, seperti kebakaran hutan.

Mendukung Liu, Hodges mengatakan pemerintah harus jauh lebih serius tentang perubahan iklim. "Dan kebijakan yang mengurangi emisi bahan bakar fosil, dan kita perlu melakukannya secara global," ujarnya.

Menurut Hodges, dampak keseluruhan dari kebakaran hutan terhadap ekosistem adalah perubahan aliran air yang berlangsung lama, pada pohon dan tumbuhan yang tumbuh di sana dan juga pada kualitas habitat satwa liar.

"Selain itu, api melepaskan sejumlah besar karbon dioksida dan gas rumah kaca lainnya ke atmosfer, berkontribusi pada eksaserbasi pemanasan global," pungkasnya.

Redaktur: Marcellus Widiarto

Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.