Nasional Luar Negeri Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona Genvoice Kupas Splash Wisata Perspektif Edisi Weekend Foto Video Infografis

Hasil Riset: Perkawinan Anak Meningkatkan Depresi Perempuan

Foto : ANTARA/Arnas Padda

Seorang anak membawa poster saat aksi peringatan Hari Perempuan Internasional di Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (8/3/2020). Aksi untuk mensosialisasikan pencegahan perkawinan anak.

A   A   A   Pengaturan Font

Danusha Jayawardana, Monash University

Sekitar 640 juta anak perempuan dan perempuan di dunia saat ini, menurut data UNICEF, diperkirakan menikah pada masa kanak-kanak. Prevalensinya sedikit menurun dengan 1 dari 5 perempuan muda berusia 20-24 tahun menikah saat masih anak-anak, dibandingkan 1 dari 4 sekitar 10 tahun lalu.

Namun, perkawinan anak terus menjadi praktik berbahaya di banyak negara berkembang dan sering dipandang sebagai kebutuhan untuk bertahan hidup. Di banyak komunitas, perkawinan anak dipandang sebagai cara untuk melindungi anak perempuan dan memastikan keamanan finansial mereka, sekaligus sejalan dengan peran dan harapan gender tradisional.

Indonesia memiliki tingkat perkawinan anak yang tinggi di kawasan Asia Pasifik, dan tertinggi kedelapan di dunia. Satu dari sembilan anak perempuan di Indonesia menikah sebelum berusia 18 tahun.

Meskipun efek merugikan dari perkawinan anak pada pendidikan anak perempuan, karir peluang, kesehatan dan keselamatan fisik terdokumentasikan dengan baik, dampak mendalam yang ditimbulkannya terhadap kesehatan emosional dan mental wanita sering diabaikan.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top