Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
JENAK

Hari Wayang Indonesia: Keren dan "Wow Banget"

Foto : KORAN JAKARTA/ONES
A   A   A   Pengaturan Font

Bahkan, tokoh yang selalu muncul di awal peperangan, Buto Cakil, juga diciptakan di negeri ini. Nama itu sendiri menunjukkan tahun diciptakan. Maka dengan keterlibatan yang begitu lekat, dan juga pengembangan bersama, sehingga menjadi tata nilai serta tata krama, menjadi pandangan hidup, menjadi bagian dari filsafat, wayang layak diabadikan sebagai dan dalam Hari Wayang Indonesia.

Secara pribadi, saya termasuk generasi yang masih nonton pergelaran wayang kulit semalam suntuk-kadang berdiri di pagar dan mengantuk, atau mendengarkan melalui radio, atau datang ke tempat di mana ada kegiatan mendalang. Saya berutang budaya besar dengan dunia wayang.

Bahkan, sebelum masuk sekolah, sebelum bisa membaca dan menulis, saya dianggap sudah "bisa baca tulis". Hanya karena nama tokoh wayang yang diberi teks di bawahnya, bisa saya kenali. Sehingga saya dikira bisa membaca. Padahal, saya mengenali tokoh wayang atau bahkan nama aliasnya.

Sewaktu mendapat bea siswa ke Univercity of Iowa, di Iowa City, Amerika Serikat, tahun 1979, saya menyempatkan diri mendalang. Durasi hanya satu jam, dan cerita berdasarkan wayang yang bisa dikumpulkan-dari penduduk di sana, bukan dari kedutaan. Saya sempat nyantrik ke dalang tradisi terbesar, Ki Narto Sabdo, dan mendengarkan ratusan kaset wayangnya.

Juga dalang-dalang kondang lainnya. Waktu kecil, kalau ditanya apa cita-citanya, saya mantap menjawab menjadi dalang-baru kemudian menjadi dokter. Dua-duanya tidak kesampaian. Tapi, sejak awal saya sadari dan saya nyatakan bahwa keberadaan saya sekarang ini-termasuk menulis novel, menjadi wartawan, atau kadang cuap-cuap di tv-berkat dari dunia wayang yang demikian berpengaruh.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top