Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Gejolak Pangan

Harga Telur di Bandung Akan Kembali Normal

Foto : Koran Jakarta/ Teguh Rahardjo

Gelar Operasi Pasar I Kegiatan Operasi Pasar (OP) untuk telur dan daging ayam oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (23/7).

A   A   A   Pengaturan Font

BANDUNG - Harga telur dan daging ayam di Kota Bandung, Jawa Barat diperkirakan kembali normal akhir bulan ini setelah pasokan meningkat. Hal itu dikatakan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Eli Wasliah disela kegiatan oeprasi pasar pengendalian inflasi di Jalan Arjuna Kota Bandung, Senin (23/7).

"Saat ini kendalanya ada dipasokan yang berkurang. Permintaan sih normal, tidak ada peningkatan," ujarnya.

Dia mengatakan kurangnya pasokan telur dan daging ayam karena produsen sempat mengehentikan usahanya selama libur Lebaran, dan baru kembali membuka usahanya satu minggu setelah Lebaran.

Untuk sementara ini, pasokan telur dan daging ayam untuk wilayah Kota Bandung didatangkan dari Blitar, Jatim. Hal lain yang menyebabkan naiknya harga telur adalah karena kini masyarakat miskin yang mendapatkan voucher pangan membelanjakan sebagian dana bantuan untuk membeli telur.

"Dulu kan raskin dalam bentuk beras, sekarang ini sebagian uangnya untuk beli telor. Ada permintaan kenaikan sedikit lah," tegasnya.

Terkait pasar murah, Eli mengatakan hal itu dilakukan untuk menekan kenaikan harga telur dan daging ayam agar tidak terus merangkak naik. Saat ini meurutnya harga telur ayam di pasar tradisional mencapai 30 ribu per kilo gramnya, sementara daging ayam broiler sudah mencapai 45 ribu rupiah per kilogramnya.

Dengan adanya pasar murah, yang diselenggarakan bersama dengan Bank Indonesia dan Perum Bulog, diharapkan masyarakat akan terbantu. Harga telur dalam kegiatan oeprasi pasar dijual seharga 23.800 per kilogram, sementara daging ayam dijual per ekor seharga 34 ribu rupiah.

Analis Senior Devisi Pengembangan Ekonomi KPw Bank Indonesia Jabar Achmad P. Subarkah mengatakan ada beberapa faktor anomali yang menyebabkan terbatasnya pasokan telor dan daging ayam boriler. Antara lain akibat faktor cuaca ekstrim yang mempengaruhi produktivitas para peternak ayam, pembatasan pembibita dan gangguan penyakit sehingga ayam mati.

"Lalu ada peningkatan harga pakan ayam seiring volatilitas nilai tukar rupiah dan pemotongan besar-besaran saat Idul Fitri beberapa waktu lalu membuat stok di produsen berkurang banyak," tuturnya.

Dia mengatakan andil inflasi komoditas telur ayam dan daging ayam di Jawa Barat dalam lima tahun terakhir masing-masing sebesar 0,064 persen (yoy) untuk telur dan 0,066 persen (yoy) untuk daging ayam. "Artinya andil inflasi dan bobot kedua komoditas tersebut cukup tinggi dan berdampak cukup signifikan terhadap daya beli masyarakat," tuturnya.

tgh/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail

Komentar

Komentar
()

Top