Harga Minyak Dunia Naik Lagi, Setelah Sempat Merosot karena Kekhawatiran Perlambatan Ekonomi Global
Sebuah pompa minyak bekerja saat matahari terbenam di dekat Midland, Texas, AS, Rabu (21/8/2019).
Foto: ANTARA/REUTERS/Jessica LutzSINGAPURA - Harga minyak menguat di sesi Asia pada awal perdagangan Senin (20/6), karena investor kembali fokus pada pasokan yang terbatas, meskipun sentimen masih rapuh setelah merosot hampir enam persen di sesi sebelumnya di tengah kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan permintaan bahan bakar.
Minyak mentah berjangka Brent untuk Agustus naik 20 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 113,32 dolar AS per barel pada pukul 01.05 GMT, setelah naik sebanyak 1,0 persen di awal sesi. Harga bulan depan jatuh 7,3 persen minggu lalu, penurunan mingguan pertama dalam lima.
Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk Juli berada di 109,55 dolar AS per barel, turun satu sen setelah naik lebih dari satu dolar AS dalam transaksi pagi hari. Harga bulan depan turun 9,2 persen minggu lalu, penurunan pertama dalam delapan minggu.
"Untuk saat ini, gangguan pada pasokan minyak mengurangi kekhawatiran akan melemahnya permintaan," kata analis ANZ dalam sebuah catatan.
"Gambaran fundamental tetap menjadi salah satu keketatan di tengah perlambatan yang sedang berlangsung dalam produksi Rusia."
Minyak Rusia tetap di luar jangkauan sebagian besar negara karena sanksi Barat. Dampaknya sebagian telah dimitigasi oleh pelepasan cadangan minyak strategis, yang dipimpin oleh Amerika Serikat, dan peningkatan produksi dari OPEC+ meskipun hal itu menipiskan penyangga dunia terhadap gangguan pasokan lebih lanjut.
"Jika Washington tetap pada kecepatannya saat ini, cadangan strategis AS akan mencapai level terendah 40 tahun di 358 juta barel pada Oktober," kata ANZ.
Namun demikian, produksi minyak dan gas AS meningkat.
Jumlah rig minyak dan gas, indikator awal produksi masa depan, naik tujuh menjadi 740 rig dalam seminggu hingga 17 Juni, tertinggi sejak Maret 2020, perusahaan jasa energi Baker Hughes Co mengatakan dalam laporannya yang dipanatau dengan cermat pada Jumat (18/6).
Di Libya, produksi minyak tetap bergejolak menyusul blokade oleh kelompok-kelompok di timur negara itu.
Menteri perminyakan Libya Mohamed Oun mengatakan kepada Reuters pada Senin bahwa total produksi negara itu sekitar 700.000 barel per hari (bph). Pekan lalu, produksi minyak Libya berada pada 100.000-150.000 barel per hari, kata juru bicara kementerian perminyakan.
Ekspor produk minyak dari Tiongkok, yang pernah menjadi eksportir utama, terus menurun, membuat pasokan global tetap ketat.
Ekspor bensin negara itu pada Mei anjlok 45,5 persen dari tahun sebelumnya dan ekspor solar terjun 92,7 persen meskipun permintaan domestik melambat, karena perusahaan kekurangan kuota ekspor, data bea cukai Tiongkok menunjukkan pada Sabtu (18/6).
Berita Trending
- 1 Kasad: Tingkatkan Kualitas Hidup Warga Papua Melalui Air Bersih dan Energi Ramah Lingkungan
- 2 Trump Menang, Penanganan Krisis Iklim Tetap Lanjut
- 3 Tak Tinggal Diam, Khofifah Canangkan Platform Digital untuk Selamatkan Pedagang Grosir dan Pasar Tradisional
- 4 PLN Rombak Susunan Komisaris dan Direksi, Darmawan Prasodjo Tetap Jabat Direktur Utama
- 5 Sosialisasi dan Edukasi yang Masif, Kunci Menjaring Kaum Marjinal Memiliki Jaminan Perlindungan Sosial
Berita Terkini
- Semen Padang FC Tahan Imbang Klub Malaysia Super League dengan Skor 2-2
- Kader Golkar DKI Diminta Bekerja Keras Menangkan Cagub Jakarta RIDO
- Menekraf Luncurkan Program Baru di Aceh
- Terus Bertambah, Polisi Tetapkan 22 Tersangka pada Kasus Judi Online yang Libatkan Oknum Komdigi
- Timnas MLBB Putri Raih Kemenangan Sempurna Pada Laga Perdana IESF 2024