Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Hampir 450 Tahun Ceylon Jadi Jajahan Bangsa Eropa

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Pulau Ceylon yang strategis dan subur menjadi fokus perhatian Eropa. Dimulai dengan penjajahan Portugis pada 1512, negeri itu kemudian diambil alih Belanda dan lalu di bawah kendali Inggris.

Ceylon yang saat ini sedang menghadapi masalah krisis ekonomi, pada masa lalunya tidak pernah lepas dari penjajahan. Selama hampir empat setengah abad, pulau ini berada di cengkeraman bangsa asing sampai menerima kemerdekaannya dari Inggris Raya pada 1948.
Ketika Portugis memulai penaklukan di Samudra Hindia, Ceylon adalah persinggahan penting bagi pedagang India, Arab, dan Tiongkok. Komoditas yang dimiliki adalah kayu manis yang memiliki kualitas terbaik dunia. Negeri itu juga memiliki permata, mutiara, gading, gajah, cangkang penyu, dan kain.
Ceylon di masa lalu menjadi pusat perdagangan. Kapal-kapal dari seluruh dunia timur datang ke sana untuk produk asli dan barang yang dibawa dari negara lain. Posisinya yang strategis menjadi kunci di Samudra Hindia antara timur dan barat.
Letaknya di sebelah India dan di sepanjang rute laut yang menghubungkan Timur Tengah dengan Asia timur dan Tiongkok. Di pulau ini ada banyak teluk yang menyediakan ombak tenang bagi berlabuhnya kapal-kapal dagang.
Pada akhir abad ke-15, pelabuhan terpenting adalah Colombo yang dihuni banyak orang Muslim yang menetap di sana untuk berdagang. Tomé Pires, penulis sejarah Portugis tentang perdagangan Samudra Hindia pada abad ke-15, menggambarkan sebagai berikut.
"Pulau Ceylon yang indah dan besar. Kelilingnya pasti tiga ratus liga, lebih panjang dari lebarnya. Pulai ini sangat padat, memiliki banyak kota dan rumah sembahyang besar, dengan pilar tembaga, dan dengan atap yang dilapisi timah dan tembaga," ucap Pires.
"Memiliki semua jenis batu mulia, kecuali intan, zamrud, pirus. Memiliki banyak gajah dan gading serta kayu manis. Ceylon memperdagangkan gajah, kayu manis, gading dan pinang dengan seluruh Coromandel dan Bengal, [dan] Pulicat, mengambil beras, cendana putih, biji mutiara, kain dan barang dagangan lainnya sebagai imbalannya. Beras, perak, tembaga, sedikit air raksa, air mawar, cendana putih dari kayu dan kain cambay," tulis Pires.
Orang Eropa pertama yang mengunjungi Ceylon adalah Lourenço de Almeida (c. 1480-1508), putra raja muda pertama India, Francesco de Almeida. Dia menemukan Pulau Ceylon dalam perjalanannya ke Maladewa dari Malaka mencari kapal-kapal Arab untuk dijarah dan dihancurkan.
Lourenço memanfaatkan pendaratannya yang tidak disengaja dan mengambil banyak merica. Anehnya dia tidak mengambil banyak kayu manis yang sangat berharga. Kemungkinan karena bal kayu manis harus ditangani dan disimpan dengan hati-hati. Sedangkan merica bisa dituangkan ke setiap ruang yang tersedia di kapal.
Ketika kapal Almeida berlabuh di Sri Lanka pada tahun 1505, ada tiga kerajaan di sana, Kotte di barat daya diperintah oleh Vijayabahu VI (1445-1521), Kandy di barat diperintah oleh S?nasammata Vikramab?hu (1469-1511), dan Jaffna di timur laut diperintah oleh Jayabahu II (1469-1511).
Perdagangan di Sri Lanka didominasi oleh kumpulan pedagang Arab, India, Melayu, dan Tiongkok, yang mengangkut berbagai macam kargo mulai dari rempah-rempah hingga gajah. Kontak pertama Portugis adalah dengan Kotte, yang rajanya memberi konsesi perdagangan yang menguntungkan pada 1518 dan mengizinkan mereka membangun benteng di Colombo.

Kerajaan Terbagi
Pada 1521, tiga putra Raja Kotte membunuhnya, kemudian membagi kerajaan di antara mereka sendiri dan mulai berperang. Yang tertua, Bhuvanaikabahu VII (memerintah 1521-1551) menguasai bagian barat laut Kotte; yang lain, Pararajasinghe (memerintah 1521), menjadi penguasa Raigama di bagian selatan kerajaan lama; dan yang ketiga, Mayadunne (memerintah 1521-1581), menjadi raja Sitawaka di timur.
Bhuvanaikabahu membantu Portugis mempertahankan dan membangun kerajaannya, sementara itu Mayadunne bersekutu dengan zamorin Muslim yang kuat dari Calicut, India. Ia menjadi lawan sengit Portugis dan mengabdikan hidupnya untuk menggulingkan Bhuvanaikabahu, dan ingin mempertahankan kemerdekaan Ceylon. Saudara lainnya Pararajasinghe menjaga agar wilayah Raigama tetap netral.
Seiring waktu, Bhuvanaikabahu menjadi semakin bergantung pada Portugis untuk pembelaannya, dan pada 1556, pewarisnya, Dharmapala, berpindah agama dari Buddha ke Kristen. Ketika pertobatannya diumumkan, ada protes publik yang besar, dan sebagai hasilnya, ia terpaksa lebih mengandalkan perlindungan Portugis. Pada 1580, Portugis meyakinkannya untuk menyerahkan kerajaannya kepada mereka, dan setelah kematiannya, mereka mengambil kepemilikan resminya.
Di darat Mayadunne dan putra penerusnya Rajasinha mampu menahan Portugis pada keseluruhan abad ke-16, namun di laut hampir tidak berdaya. Ketika Rajasinha meninggal tanpa penerus yang jelas pada tahun 1593, kerajaannya hancur dan diambil alih bangsa Eropa itu.
Di Si Lanka Portugis berusaha untuk menarik orang Hindu menjadi Katolik, namun di wilayah Jaffna orang-orang berjuang mati-matian melawan konversi Katolik. Tidak heran hingga abad ke-16, pengaruh Portugis tetap minimal di pulau itu.
Namun, pada tahun 1591 di bawah dorongan misionaris Kristen, Portugis menyerbu dan memasang pemerintahan boneka di Jaffna. Pada 1619, Portugis melakukan ekspedisi lain dan sepenuhnya mencaplok kerajaan itu. hay/I-1

Direbut Belanda Lalu Inggris

Ceylon yang subur dan strategis mulai dilirik oleh Belanda pada 1602. Langkah pertama yang dilakukan adalah mengirim utusan yaitu Laksamana Joris van Spilbergen untuk berkomunikasi dengan kerajaan Kandy dengan rajanya, Vimaladharmasuriya I.
Kedua orang cocok, dan mereka mengembangkan hubungan yang cukup ramah. Raja melihat kedatangan Belanda sebagai kesempatan yang baik untuk mendapatkan dukungan melawan Angkatan Laut Portugis.
Beberapa bulan kemudian, seorang pejabat Belanda lainnya, Sebald de Weert, tiba dengan armada enam kapal dan tawaran bantuan yang nyata. Raja setuju, dan mereka melancarkan serangan bersama terhadap Portugis di Batticaloa di pantai timur. Selama serangan itu, Weert mengambil empat kapal Portugis.
Namun setelah kemenangan itu, Raja Vimaladharmasuriya sangat marah. Saat mabuk Weert menghina ratu di pesta makan malam. Sebagai balasannya 47 orang Belanda yang ada bersamanya dibantai. Tragedi ini membuat orang Belanda ketakutan. Perlu waktu tiga dekade lagi bagi mereka untuk kembali ke Ceylon.
Pada 1637, Belanda kembali ke Ceylon dan berhubungan dengan Raja Rajasinha II yang baru (berkuasa 1629-1687) dengan mengirim utusan yaitu Laksamana Adam Westerwolt, yang saat itu sedang memblokade Goa, India.
Setelah menghancurkan armada Portugis di Goa, Westerwolt yang menang membawa empat kapal dan 800 orang dan menyerang benteng Portugis di Batticaloa, dibantu oleh pasukan Singhal. Koalisi menaklukkan benteng pada 18 Mei 1638.
Lima hari kemudian, Westerwolt menandatangani perjanjian baru dengan Raja Rajasinha, Perjanjian Kandyan ditandatangani pada 1638. Berdasarkan perjanjian itu, Belanda yang berperang dengan Portugis mendapat imbalan monopoli atas semua perdagangan kecuali gajah, dan setiap benteng yang direbut dari Portugis akan ditempati oleh Belanda.
Perlahan tapi pasti pasukan Belanda dan Kandyan mendorong Portugis keluar dari Sri Lanka. Pada Mei 1639, armada Belanda merebut Trincomalee, dan pada Februari 1640, Belanda dan Kandyan bergabung untuk merebut Negombo.
Pada Maret 1640, Galle juga direbut, tetapi invasi Belanda untuk sementara dihentikan oleh gencatan senjata yang diumumkan di Eropa antara Republik Belanda dan Spanyol. Pada 1645, perbatasan antara wilayah kedua negara di Ceylon ditetapkan, dan Jan Thijssen diangkat sebagai gubernur pertama zona Belanda.
Belanda melakukan beberapa pertempuran dengan Portugis. Terakhir terjadi pada 1658, Belanda maju ke utara dan merebut Jaffna dan Mannar, benteng Portugis terakhir di pulau itu. Dalam mendukung Belanda, Raja Rajasinha II mengakhiri masa penjajah Portugis dengan penjajah lainnya yaitu Belanda. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top