Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Hadir dengan Visi Baru, Museum Nasional Indonesia Akan Dibuka 15 Oktober

Foto : Haryo Brono/Koran Jakarta

Seorang petugas sedang membangun dudukan dari semen untuk empat panting, yaitu patung Gramadewata, Nandi, dan dua Patung Durga, di Museum Nasional Indonesia (MNI), Jakarta pada Selasa (17/9). Rencananya museum ini akan dibuka untuk publik pada 15 Oktober 2024. (Haryo Brono/Koran Jakarta)

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Satu tahun pasca kebakaran yang melanda Museum Nasional Indonesia (MNI), proses revitalisasi yang intensif telah mencapai tahap signifikan. Upaya pemulihan yang mencakup perbaikan infrastruktur dan penyelamatan koleksi serta penerapan inovasi baru dalam penataan museum akan segera selesai dan dibuka kepada public pada 15 Oktober 2024.

Di bawah supervisi Indonesian Heritage Agency (IHA), secara bertahap MNI terus bertransformasi. Bangunan museum ini membawa visi baru dalam peranannya sebagai penjaga warisan budaya yang interaktif dan dinamis.

Plt. Kepala IHA Ahmad Mahendra menuturkan, proses revitalisasi MNI pasca kebakaran melibatkan berbagai langkah penanganan yang komprehensif. Dimulai dari pendataan dampak kerusakan terhadap bangunan dan koleksi.

"Upaya ini mencakup evakuasi koleksi terdampak, penyanggaan bangunan yang masih berdiri, dan pembongkaran struktur yang rawan runtuh. Seluruh proses ini dilakukan secara paralel dengan pemindaian serta dokumentasi untuk memastikan konservasi yang akurat," paparnya dalam konferensi pers MNI di Jakarta pada hari Selasa (17/9).

Pendampingan dari tim Tenaga Ahli Cagar Budaya dan Tim Ahli Pemugaran, UNESCO dan pakar internasional lainnya turut memperkuat langkah-langkah ini. Langkah ini disertai dengan rangkaian Forum Group Discussions (FGD) intensif dengan para ahli dari dalam dan luar negeri.

"Mereka adalah Tim Ahli Cagar Budaya, Tim Ahli Pemugaran, serta visitasi mitra internasional seperti Jepang, Perancis, Belanda dan Amerika guna memastikan kelayakan dan perencanaan revitalisasi yang holistic," kata Mahendra.

Lebih dari pemulihan fisik, revitalisasi MNI juga mencakup transformasi konseptual melalui konsep Reimajinasi Warisan Budaya yang terdiri dari tiga pilar utama: Reprogramming, Redesigning, dan Reinvigorating. MNI diharapkan menjadi lebih dari sekedar ruang pameran, melainkan pusat interaksi sosial dan edukasi bagi masyarakat.

"Kami tidak hanya memperbaiki fisik bangunan dan menyelamatkan koleksi, tetapi juga melakukan reimajinasi terhadap bagaimana museum ini dapat berperan lebih besar bagi masyarakat. Revitalisasi ini bukan sekadar perbaikan infrastruktur, tetapi transformasi yang mendalam, baik secara fisik maupun konseptual yang menghadirkan museum sebagai ruang interaktif dan relevan dengan kebutuhan publik modern," paparnya.

Upaya revitalisasi MNI kata Mahendra merupakan hasil kolaborasi antara IHA, pemerintah, masyarakat khususnya para mitra museum, komunitas budaya, lembaga internasional, ahli sejarah, dan arsitek. Kerja sama ini berfokus pada transformasi fisik dan konseptual, dengan tujuan menghadirkan museum sebagai ruang publik yang lebih interaktif, dinamis, dan relevan dengan perkembangan zaman, sekaligus menekankan pentingnya peran museum sebagai pusat edukasi, interaksi sosial, dan penjaga warisan budaya.

Sistem keamanan museum pun telah ditingkatkan secara signifikan, termasuk penerapan teknologi terbaru untuk melindungi koleksi museum dari ancaman di masa depan. Perbaikan fisik museum juga mencakup renovasi ruang pameran dan peningkatan fasilitas pengunjung, menciptakan lingkungan yang lebih aman dan nyaman.

Penanggung Jawab Unit MNI Ni Luh Putu Chandra Dewi, menurutkan, kebakaran tahun lalu memang menjadi tantangan besar bagi pihaknya. Namun demikian hal itu menjadi momen untuk memperkuat komitmen dalam melestarikan dan memperkenalkan kembali kekayaan budaya Indonesia.

"Revitalisasi ini adalah upaya berkelanjutan untuk memastikan Museum Nasional Indonesia tetap menjadi ruang yang relevan dan inspiratif bagi generasi mendatang," ujar dia pada kesempatan yang sama.

Komitmen IHA dalam menghidupkan kembali MNI juga mencakup inovasi berkelanjutan, baik dari segi program edukasi maupun pameran. Museum ini akan terus berkembang dengan memperkenalkan program-program baru yang memanfaatkan teknologi dan menyesuaikan dengan kebutuhan pengunjung di era modern.

Ruang Imersif A dan rangkaian program pameran baru yang menggabungkan elemen digital dan fisik akan memberi perspektif yang segar tentang sejarah dan budaya Indonesia. Tempat ini diharapkan menciptakan ruang yang menginspirasi dialog lintas budaya dan keterlibatan sosial.

MNI berupaya untuk menghadirkan pengalaman yang baru yang dinamis dan interaktif. MNI akan memperkenalkan empat program utama yang dirancang khusus untuk mengajak pengunjung terlibat lebih dekat dengan sejarah dan budaya Indonesia.

Pertama, penyajian wajah baru tata pamer koleksi MNI dapat dinikmati seperti di Taman Arca, Rotunda, hingga Ruang Kertarajasa. Selanjutnya, pembaharuan teknologi dan penyajian narasi pada ruang ImersifA juga dapat dinikmati publik.

Lalu akan terdapat dua pameran temporer yang akan turut disajikan yakni, Perjalanan Upaya Pemulihan Pasca Kebakaran yang mengisahkan seluruh rekam jejak MNI menghadapi kebakaran yang terjadi tahun lalu. Pameran Repatriasi yang akan menampilkan lebih dari 300 koleksi terpilih yang telah kembali ke Indonesia sebagai bagian dari upaya repatriasi artefak budaya dari berbagai negara.

Ni Luh mengatakan, dengan keempat program ini, MNI tidak hanya berkomitmen untuk memberikan pengalaman edukatif yang lebih mendalam, tetapi juga menciptakan ruang yang menginspirasi dialog lintas budaya dan keterlibatan sosial.

"Museum ini akan dibuka kembali untuk publik pada 15 Oktober 2024, dengan berbagai program baru yang siap memberikan pengalaman berkesan bagi seluruh pengunjung," ujarnya.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top