
Guru, Pahlawan Tanpa Tanda Jasa di Masa Pandemi

Susana pembelajaran tatap muka (PTM) dengan menerapkan protokol kesehatan di SMP Negeri 3 Medan, Teladan Timur, Kota Medan, Sumatera Utara, Senin (11/10/2021). Pembelajaran tatap muka untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Medan perdana dimulai hari ini dengan tetap menerapkan protokol kesehatan, membatasi jumlah siswa maximal 10 orang dan sudah menerima vaksin COVID-19.
Di masa pandemi, guru tetap mengajar walau tidak bertatap muka. Mereka tidak menyerah memastikan anak didiknya mendapat pendidikan terbaik.
Sudah banyak cerita tentang nasib guru yang mengenaskan. Penyanyi balada Iwan Fals pernah menciptakan lagu tentang nasib guru yang berjudul "Guru Oemar Bakrie". Lagu tersebut berkisah tentang nasib guru pegawai negeri yang sudah mengabdi selama 40 tahun tetapi gajinya dikebiri. Padahal Guru Oemar Bakrie sudah banyak menciptakan orang-orang penting, mulai dari dokter, insinyur, hingga menteri.
Memang tidak semuanya nasib guru seperti Guru Oemar Bakrie, tetapi itulah gambaran umumnya. Ada yang sedikit lebih baik, tetapi banyak sekali yang nasibnya lebih mengenaskan.
Guru Oemar Bakrie yang pegawai negeri masih lumayan nasibnya. Setiap bulan menerima gaji sesuai golongan kepangkatannya. Bahkan tiap tahun pun menerima Tunjangan Hari raya (THR), sama seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS) lainnya.
Namun tidak demikian dengan Guru Honorer. Gajinya di bawah Upah Minimum Regional (UMR). Kebanyakan mereka mengajar di daerah terpencil dengan fasilitas dan infrastruktur yang sangat minim. Ruang kelas pun apa adanya, bahkan banyak yang kurang layak sebagai tempat untuk kegiatan belajar mengajar.
Jumlah mereka banyak. Sampai dengan 2020 ada hampir satu juta guru honorer di Indonesia. Namun sayang penyebarannya tidak merata. Ada daerah yang kekurangan guru, namun beberapa wilayah di Indonesia kelebihan jumlah guru.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Koran Jakarta
Komentar
()Muat lainnya