Guru Besar Pendikan Unair: UN Model Lama Sudah Tak Relevan Lagi
Foto: IstimewaGuru Besar dan Pakar Sosiologi Pendidikan Unair Tuti Budirahayu menilai UN model lama tidak efektif dan relevan sebagai alat evaluasi pendidikan nasional.
JAKARTA - Ujian Nasional (UN) model lama tidak efektif dan tidak relevan sebagai alat evaluasi pendidikan nasional yang justru lebih banyak memberikan dampak negatif.
Hal tersebut diungkapkan Guru Besar dan Pakar Sosiologi Pendidikan Universitas Airlangga (Unair), Tuti Budirahayu menanggapi rencana Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) yang akan kembali mengadakan UN.
Menurut Tuti, UN model lama merupakan bentuk kekerasan simbolik dan regimentasi. Hal tersebut tidak hanya memengaruhi siswa, tapi juga guru, hingga sekolah.
“UN model lama bahkan hampir menghancurkan kepercayaan masyarakat terhadap sekolah,” ujar Tuti, dalam laman resmi Unair, Selasa (7/1).
Tuti menyatakan tak setuju apabila UN kembali berlaku dengan model lama. Menurutnya, hal tersebut menjadikan peserta didik sebagai individu yang menuruti standar tertentu sehingga tidak tergali potensinya.
Dia menyebut, kondisi tersebut juga membuat banyak peserta didik mengandalkan bimbingan belajar untuk menguasai soal ujian secara instan. Padahal hal paling penting adalah mendalami proses berpikir kritis.
“Nilai ujian akhirnya bias dan subyektif. Parameter keberhasilan pendidikan adalah dengan nilai rata-rata UN yang tinggi,” ujarnya.
Sebagai informasi, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) berencana mengadakan kembali ujian nasional (UN). Mendikdasmen Abdul Mu’ti mengatakan bahwa pelaksanaan kembali UN akan menggunakan sistem evaluasi baru yang berbeda dengan UN sebelumnya.
Kajian Menyeluruh
Tuti mengungkapkan, perlu ada kajian menyeluruh terkait urgensi pemberlakuan kembali Ujian Nasional (UN) ini. Kajian harus pemerintah lakukan secara menyeluruh di berbagai wilayah di Indonesia dan mencakup tren hasil belajar siswa sejak 2021 hingga 2024 setelah penghapusan UN.
“Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)secara teori terbilang efektif dalam mengukur kompetensi siswa sepanjang proses pembelajaran. Sebaliknya, UN model lama sering kali membuat siswa merasa tertekan karena penilaian dilakukan di akhir masa pendidikan,” katanya.
Dia juga menyoroti tantangan besar terkait kurangnya pemerataan kualitas pendidikan di Indonesia. Hal tersebut penting jadi bahan pertimbangan jika JN akam kembali digelar.
“Jika UN akan diadakan kembali, maka jangan lagi menggunakan cara-cara lama, dan selenggarakan UN sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang ada di masing-masing sekolah,” ucapnya.
Sebelumnya, Mendikdasmen Abdul Mu’ti memastikan ada pembaruan sistem evaluasi pada Ujian Nasional. Pihaknya sudah mengadakan kajian terhadap sistem evaluasi pendidikan salah satunya terhadap evaluasi hasil belajar di Indonesia yang beragam.
“Nanti pada akhirnya kami akan memiliki, ini saya buka saja ya, memiliki sistem evaluasi baru yang dia akan berbeda dengan sebelumnya. Nah tapi sistem evaluasi baru yang berbeda itu seperti apa ya tunggu sampai kami umumkan,” ucapnya. ruf/S-2
Berita Trending
- 1 Hari Kamis KPU tetapkan Gubernur
- 2 the Straits Times Memprediksi Presiden Prabowo Bersama Sembilan Presiden dan PM Negara Lain Jadi Pemimpin Dunia Berpengaruh
- 3 Kebijakan PPN 12 Persen Masih Jadi Polemik, DPR Segera Panggil Menkeu
- 4 Masuki Masa Pensiun, Kepala BSSN dan Kepala Basarna Diganti
- 5 Gara-gara Faktor Inilah, Pelantikan Kepala Daerah Terpilih di Provinsi Bali Diundur
Berita Terkini
- Polda Bali Bantah Petugas Tolak Layani Laporan WNA Turki di Ditsiber
- Kluivert Belum Teruji sebagai Pelatih
- Pulsed Field Ablation, Teknologi Baru yang Aman untuk Penanganan Fibrilasi Atrium
- MarkPlus Asah Kecakapan Gen Z di Bidang Sales
- Warga Kulon Progo Diminta Waspada Tanah Longsor selama Musim Hujan