Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Laporan IMF

Guncangan Harga Energi Bisa Memacu Inflasi yang Berkelanjutan

Foto : ISTIMEWA

Laporan IMF - Orang lebih cenderung bereaksi terhadap kenaikan harga ketika inflasi yang tinggi secara nyata mengikis standar hidup.

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON - Miliaran konsumen di seluruh dunia merasakan dampak harga minyak yang lebih tinggi terhadap biaya hidup dan upah mereka. Mengisi tangki bensin menjadi lebih mahal ketika harga minyak mentah naik, seperti halnya tiket pesawat, termasuk melonjaknya harga semua produk di rak-rak toko. Pekerja pun mencari upah yang lebih tinggi untuk mengompensasi hilangnya daya beli mereka.

Dalam artikel yang ditulis Chikako Baba dan Jaewoo Lee seperti dikutip dari laman blog IMF, menyebutkan kondisi tersebut oleh para ekonom disebut sebagai efek putaran kedua, dan pada gilirannya mereka dapat menaikkan harga lebih lanjut. "Jika umpan balik ini besar dan berkelanjutan, spiral harga-upah dapat muncul, dengan pertumbuhan upah dan inflasi meningkat selama periode yang diperpanjang," sebut IMF.

Dikatakan, ketika inflasi secara keseluruhan sudah tinggi, seperti sekarang, upah cenderung meningkat lebih banyak sebagai respons terhadap lonjakan harga minyak. Temuan itu berdasarkan penelitian terhadap 39 negara Eropa, mungkin mencerminkan bahwa orang lebih cenderung bereaksi terhadap kenaikan harga ketika inflasi yang tinggi secara nyata mengikis standar hidup.

Semakin besar efek putaran kedua, semakin besar risiko spiral harga-upah yang berkelanjutan melalui lingkaran umpan balik antara upah dan harga. Jika besar dan berkelanjutan, guncangan harga minyak dapat memicu kenaikan inflasi dan ekspektasi inflasi yang terus-menerus, yang harus dilawan dengan respons kebijakan moneter.

"Risiko dinamika semacam itu cenderung lebih besar ketika tingkat inflasi secara keseluruhan sudah tinggi. Misalnya, upah meningkat sebesar 0,4 persen ketika inflasi yang mendasarinya lebih tinggi dari 4 persen, satu tahun setelah kenaikan 10 persen dalam harga minyak, tetapi sebaliknya meningkat kurang dari 0,2 persen," sebutnya.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top