Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Wisata Kutai Kartanegara

Gua Kongbeng, Tempat Raja Mulawarman Melakukan Ritual Pemujaan

Foto : kemdikbud.go.id
A   A   A   Pengaturan Font

Kutai Kartanegara dikenal dengan kerajaan tertua di Indonesia. Beberapa prasasti menunjukkan kerajaan ini Kutai merupakan kerajaan Hindu pertama dan tertua di Indonesia. Kerajaan Kutai Martadipura telah ada sejak abad ke-4 atau pada tahun 400 M.

Kerajaan Kutai terletak di daerah tepi Sungai Mahakam, di Kecamatan Muara Kaman, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Keberadaannya dibuktikan oleh beberapa prasasti seperti Prasasti Yupa, arca, kalung emas Tiongkok, dan kura-kura emas.

Isi 7 prasasti Kerajaan Kutai tersebut berupa silsilah Raja Mulawarman hingga kisah kebesaran sang penguasa. Prasasti-prasasti dengan bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa tersebut saat ini tersimpan di Museum Nasional di Jakarta.

Tujuh buah Prasasti Yupa ditemukan di Bukit Belubus, Kecamatan Muara Kaman, Kabupaten Kutai, Kalimantan Timur. Prasasti ini sejauh ini menjadi bukti bahwa Kutai sebagai merupakan pusat kerajaan tertua di Indonesia.

Selain prasasti Yupa Provinsi Kalimantan Timur juga memiliki tempat bersejarah lain yaitu Gua Gunung Kongbeng atau Gua Kongbeng yang terletak di Desa Kombeng, Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur. Gua ini berjarak 225 kilometer dari Samarinda.

Gua ini ruang cukup luas dan menjadi salah satu peninggalan Kerajaan Kutai Hindu atau Kerajaan Kutai. Gua Kongbeng merupakan gua kapur atau karst. Tidak heran di langit-langitnya terdapat batu kapur yang menempel di langit-langit gua dengan ujung meruncing (stalaktit) dan susunan batu kapur berbentuk kerucut yang berdiri tegak di lantai gua (stalagmit).

Kedalaman gua tersebut mencapai 100 meter. Ada tiga lubang di langit gua, yang membuat sinar matahari yang masuk menciptakan pemandangan unik, dengan membuat dinding-dinding karst berubah warna kehijauan.

Dahulu gua ini disebut-sebut pernah digunakan oleh Raja Mulawarman sebagai tempat pemujaan.

Di dalam gua masih terdapat sejumlah patung batu atau arca peninggalan sejarah yang diperkirakan berasal dari masa pemerintahan raja tersebut pada abad ke-4 Masehi.

Dikutip dari laman Kemendikbud, sejumlah arca batu ditemukan di antara fragmen struktur batu dalam Gua Gunung Kombeng di hutan hujan tropis terpencil di Muara Wahau. Patung-patung ini awalnya dimuat oleh Bosch dalam bukunya yang berjudul Midden-Oost Borneo pada 1927 dan diidentifikasi sebagai pantheon Hindu.

Dalam tradisi lisan Salasilah Kutai menyebut pernah ada kerajaan Hindu di daerah aliran Sungai Mahakam. Masyarakat kerajaan melarikan diri ke hulu setelah diserang oleh sebuah kerajaan yang berkedudukan di pesisir timur Kalimantan.

Para pengungsi Kerajaan Hindu itu memecahkan diri menjadi dua kelompok ke hulu di bagian barat, dan ke bagian utara menembus Kedang Kepala, Muara Wahau, dan Sungai Pantun. Kemudian penelitian lain membahas karakteristik arca-arca batu dan struktur batu di Gua Gunung Kombeng untuk memahami kronologi dan eksistensinya dalam gua.

Yang menarik dari Gua Kongbeng adalah muncul hembusan angin dari atas dinding mengeluarkan udara dingin, yang biasa dinikmati oleh para pengunjung. Anginnya yang dingin sejuk ini tidak pernah berhenti berembus.

Gua Kongbeng pada hari besar keagamaan maupun hari hari tertentu menjadi tempat pemujaan bagi masyarakat Hindu Bali. Mereka membawa sesajen yang diletakkan di atas batu di mulut maupun di samping gua. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top