Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
TRE

Gerakan Alamiah Tubuh untuk Menangkal Stres dan Trauma

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

TRE adalah singkatan dari T Tension & Trauma Releasing Exercises (latihan pelepasan ketegangan dan trauma), yaitu teknik sederhana yang menggunakan gerakan dan kecerdasan tubuh untuk melepaskan stres atau ketegangan pada tubuh.

Aktivitas sehari-hari yang super padat sudah pasti sangat melelahkan. Tubuh dan pikiran Anda dipastikan akan mengalami stres, kalau sudah begitu umumnya kebanyakan kita akan mengobati dengan cara istirahat, seperti memanjakan diri dengan makanan lezat, belanja, tidur atau bahkan liburan.

Cara-cara umum itu memang terbukti dapat meredam stres pasca menggeluti kesibukan, namun tubuh akan kembali mengalami hal yang sama dan tak dipungkiri lagi akan ada akumulasi tingkat stres pada tubuh dan pikiran, apabila Anda tidak bisa mengelola stres tersebut dengan baik.

Cara paling efektif sebenarnya dengan berolahraga, yang bisa rutin dilakukan di rumah atau bahkan di kantor. Nah, salah satu yang bisa Anda coba ialah metode TRE, teknik gerak alami yang memanfaatkan getaran pada tubuh.

Dr David Berceli, Ph D penemu metode TRE kepada media menceritakan, getaran pada tubuh itu merupakan cara alami untuk melepaskan stress. Hal ini lebih sering dirasakan tanpa sadar memang, seperti contohnya pada saat seseorang gugup, tangan atau kakinya pasti akan bergetar. Pada saat ketakutan atau rasa gugup pergi, maka badan akan terasa lega dan getaran itu menghilang.

Melihat gerakan alamiah tubuh itu, David lantas tertarik mengobservasi bagaimana mekanisme ini terjadi. "Jadi saya mulai mengeksplorasi apa manfaat dari getaran tubuh tersebut," ujarnya dalam acara media workshop TRE Indonesia 'Pelepasan Ketegangan, Stres Akut dan Trauma Melalui Kecerdasan Tubuh' di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Dalam pengembangan metodenya ini, David menemukan melalui gerakan tertentu yang dikembangkan, stres dapat menciptakan getaran yang lebih kencang dibandingkan jika sedang berada dalam kondisi normal.

"Getaran itu, tidak sekedar sebuah getaran semata. Hal ini yang juga menandakan jika metode TRE ini sedang bekerja. Lantas bagaimana kita tahu jika tubuh melepas stres walau hanya memanfaatkan getaran alamiah tubuh? Anda akan merasa lelah, karena sedang melepas pikiran, ketakutan atau trauma Anda. Setelah itu perasaan Anda akan terasa lebih tenang nanti, dan hidup bisa lebih bersemangat," ungkapnya.

Berbeda dengan yoga, metode gerakan tubuh yang mengedepankan relaksasi, TRE itu merupakan gerakan alamiah, jadi tidak diciptakan manusia dan sebenarnya getaran itu muncul tanpa sadar.

"Sehingga bisa dikatakan metode TRE itu lebih primitif karena tidak perlu kesadaran untuk bisa melakukan TRE, dan semua orang bisa melakukannya sendiri dengan mudah," katanya.

Dalam workshop ini, David mencontohkan satu gerakan mudah metode pelepas stres TRE. Hal yang paling utama untuk diperhatikan ialah memilih tempat yang nyaman dan memungkinkan untuk melakukan gerakan, di manapun itu.

Pertama yang harus dilakukan adalah posisi tidur sambil membuka kaki dan menyatukan kedua tumit. Pertahankan posisi kedua telapak kaki menempel rata dengan lantai, serta lutut menghadap ke atas.

"Kemudian angkat panggul dari lantai, tahan selama 30 detik atau satu menit. Secara perlahan, Anda akan merasakan getaran di area kaki bahkan bisa sampai pinggang dan badan," terangnya.

Apabila Anda merasakan getaran, disarankan David tidak mencoba untuk mengontrol getaran tersebut. "Biarkan saja, dan nikmati. Tapi kalau Anda merasa sudah tak nyaman, segera hentikan dan ambil posisi duduk yang nyaman," ungkap David. ima/R-1

Perlu Mengelola Stres dengan Baik

Kegiatan ini bisa dilakukan oleh anak usia lima tahun hingga orang dewasa berusia 81 tahun. Setiap orang yang melakukan TRE juga memiliki getaran dan perasaan yang berbeda.

Berdasarkan pengalaman David, kadang kala metode yang ia kembangkan ini membawa seseorang ke pengalaman masa lalu yang mungkin sangat membekas dalam kehidupannya. "Tak jarang saat getaran terjadi, ada emosi yang keluar. Ada yang merasa ingin menangis, ada yang tidak," katanya.

Menangis saat TRE itu bisa menjadi tanda masih ada masalah yang belum terselesaikan sehingga tubuh mengirimkan sinyal rasa sakit dan emosi. Itulah sebabnya David menyarankan berhenti sejenak jika merasa tidak nyaman.

Getaran yang kencang bisa jadi seseorang pernah mengalami trauma di masa lalu. Sedangkan getaran kecil menandakan tubuh mengalami stres umum.

Founder TRE Indonesia, Hindra Gunawan menambahan, metode ini perlu dirasakan oleh masyarakat di Indonesia. Hal ini berdasarkan keluhan masyarakat tentang kondisi stres yang semakin meningkat belakangan, disebabkan oleh tingginya tekanan dari kondisi sosial yang kurang baik, bencana alam, korban pelecehan, trauma masa lampau, tekanan dari pekerjaan, tuntutan pemenuhan standar gaya hidup seringkali juga menimbulkan stres.

Sehingga tak mengherankan kondisi kesehatan secara fisik terjadi dalam kondisi stres, yang umumnya sering muncul ialah gangguan insomnia, migrain, pegal, asam lambung, dan lain-lain. "Sedangkan pada kondisi emosi yang labil dapat menyebabkan depresi, paranoid yang menyebabkan perilaku yang berubah. Hal inilah yang mendorong kami untuk memperkenalkan metode teknik TRE untuk melepas ketegangan dan stres akut serta mengatasi rasa trauma melalui kecerdasan tubuh," ujarnya.

Sementara itu, psikolog Elizabeth T Santosa pada kesempatan yang sama menceritakan rasa stres yang tidak dikelola dengan baik bisa berujung ke hal yang negatif, yang sifatnya lebih emosional.

Misalnya tak dipungkiri banyak kasus kekerasan kepada anak dipicu dari ketidakbahagiaan suami - istri dalam rumah tangga. Lalu stres di kantor, menyebabkan hubungan dengan orang terdekat tidak berjalan baik. "Semua stres itu dilampiaskan dengan amarah ke orang lain. Anda bisa bayangkan, hanya gara-gara cekcok karena kemacetan. Pulang ke rumah terjadi ribut dengan istri dan berakhir maut," ujarnya memberi contoh kasus.

Metode ini sudah dipraktikan ke sejumlah orang dengan level stres atau bahkan trauma berat. Selama puluhan tahun David menceritakan telah menggunakan teknik ini untuk menangani korban trauma di Beirut, peristiwa 9/11, badai katrina dan peristiwa lainnya.

Sedangkan di Indonesia sendiri, melalui teknik ini telah tersebar di 35 kota di Indonesia sejak Desember 2016 serta sudah diikuti lebih dari 8.000 orang. ima/R-1

Komentar

Komentar
()

Top