Genjot Pertumbuhan, Menaker Usul Materi Produktivitas Masuk Kurikulum Perguruan Tinggi
Menteri Ketenagakerjaan Yassierli saat berbicara dalam Seminar Nasional dan Rapat Koordinasi Nasional ASASI 2024 di Yogyakarta, Sabtu (14/12/2024).
Foto: ANTARA/Luqman HakimYogyakarta - Menteri Ketenagakerjaan Yassierli mengusulkan materi terkait produktivitas masuk dalam kurikulum perguruan tinggi guna menggenjot pertumbuhan produktivitas tenaga kerja di Indonesia.
"Perlu konten terkait dengan produktivitas di kurikulum perguruan tinggi. Mungkin kita akan mulai secara bertahap dulu," ujar Yassierli dalam Seminar Nasional dan Rapat Koordinasi Nasional ASASI 2024 di Yogyakarta, Sabtu.
Menurut Yassierli, usulan tersebut telah disampaikan dan diskusikan bersama Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Satryo Soemantri Brodjonegoro.
"Saya usulkan itu mungkin mulai dari 'engineering' (teknik) dulu. Jadi, semua program studi, jurusan, fakultas terkait dengan teknik harus ada konten itu," ucap dia.
Dengan diakomodasi melalui kurikulum pendidikan tinggi, Yassierli meyakini produktivitas tenaga kerja di Indonesia yang saat ini masih rendah di angka 2,6 persen bisa segera merangkak naik.
Menurut dia, di level Asia, tingkat produktivitas tenaga kerja Indonesia masih tertinggal jauh dari Vietnam yang mampu mencapai 6,8 persen sehingga perlu banyak belajar dari negara itu.
"Di Vietnam contohnya semua kampus sudah bicara produktivitas. Di Indonesia mungkin sudah ada mata kuliah soal 'sustainability', nah itu nanti tinggal diperkaya saja," ujar dia.
Saat ini, kata dia, materi atau konten terkait produktivitas kerja untuk kalangan mahasiswa sedang dirumuskan di internal Kemenaker dan selanjutnya akan dikoordinasikan dengan Kemendiktisaintek.
"Jadi, nanti ada mata kuliah yang memang membahas tentang apa itu produktivitas, bagaimana mengukur dan bagaimana meningkatkan produktivitas," kata dia.
Dengan diajarkan secara khusus di kampus baik negeri maupun swasta, Yassierli berharap ada ukuran yang jelas antara kemampuan tenaga kerja dengan produktivitas yang dihasilkan di industri.
Kendati selain tenaga kerja, dia mengakui produktivitas juga dipengaruhi kontribusi modal, teknologi, maupun banyak faktor lainnya.
"Jadi, tidak ada lagi kemudian orang yang mengaku sudah melakukan sesuatu pada industri, tapi itu tidak terukur dan tidak meningkatkan produktivitas," kata dia.
Ketua Umum Perkumpulan Akademisi dan Saintis Indonesia (ASASI) Prof. Elfahmi menyatakan siap mendukung gagasan itu.
Pihaknya bersama perguruan tinggi negeri/swasta di seluruh Indonesia siap berkontribusi meningkatkan keterampilan lulusan perguruan tinggi sehingga mudah terserap dunia kerja.
"Termasuk soal kurikulum tadi yang nantinya lulusan perguruan tinggi bisa terserap di dunia kerja baik di dalam maupun luar negeri," ujar Elfahmi.
Berita Trending
- 1 Dorong Industrialisasi di Wilayah Transmigrasi, Kementrans Jajaki Skema Kerja Sama Alternatif
- 2 Tak Sekadar Relaksasi, Ini 7 Manfaat Luar Biasa Terapi Spa untuk Kesehatan
- 3 Selama 2023-2024, ASDP Kumpulkan 1,72 Ton Sampah Plastik
- 4 J-Hope BTS Rilis Musik Baru Maret Tahun Ini
- 5 7 Manfaat Luar Biasa Terapi Biofeedback untuk Kesehatan
Berita Terkini
- Kasus Perundungan Ivan Sugianto Dilimpahkan ke Kejari Surabaya
- Lima Inspirasi Seru untuk Rayakan Tahun Baru Imlek
- Terendah di Indonesia, Harga Serapan Gabah di Sumsel Anjlok
- Memanas Hubungan Kedua Negara Ini, Kanada Siapkan Tarif Impor Balasan untuk Trump
- Renovasi Rumah Wujud Harapan Akan Kehidupan yang Lebih Baik