Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
PERSPEKTIF

Gelorakan Lagi Praktik Prokes

Foto : ANTARA/Fenny Sely.

Sejumlah warga melakukan aktivitas jual beli di Pasar baju bekas di Bawah Jembatan Amper Palembang,Sumsel, Senin (10/2/2020).

A   A   A   Pengaturan Font

Pada hari kemarin, Jumat (6/11) 34 Provinsi mengalami penambahan kasus baru positif Covid-19 sebanyak 3.778. Maka total kasus positif Covid-19 Indonesia mencapai 429.574. Data tersebut terkonfirmasi setelah diperiksa 38.091 spesimen sampai pukul 12.00 WIB kemarin.

Itu artinya apa? Dengan kata lain, kasus Covid-19 negeri ini masih tinggi. Kalau, katakanlah, konstan 3.000 kasus baru perhari saja, tidak sampai 20 hari, jumlah terinfeksi atau terkonfirmasi sudah akan mencapai 500.000. Yang meninggal hampir 100 tiap hari. Kalau tiap hari meninggal 100, tak sampai enam hari, korban meninggal akan mencapai 15.000.

Kalau Covid-19 masih tinggi, lalu bagaimana dengan situasi masyarakat? Sangat disayangkan, tampaknya rakyat mulai jenuh atau lelah menjalankan praktik protokol kesehatan (prokes). Hal itu tampak di mana-mana, khususnya pasar-pasar, perkampungan-perkampungan, juga di tempat-tempat umum lain mengendor pemakaian masker dan jaga jarak. Di pasar-pasar nyaris tak sampai 10 persen pedagang yang mengenakan masker. Memang mereka ada masker, tetapi rata-rata di dagu.

Sekadar contoh hal itu bisa dicek di pasar Malabar Kota Tangerang, pasar Kelapa Dua Kabupaten Tangerang, pasar Kebayoran Lama atau Pasar Palmerah Jakarta. Ketika ditanya kepada pedagang mengapa tidak mengenakan masker atau masker di dagu, mereka menjawab singkat, "Engap, Mas." Ada juga yang lalu sibuk membenarkan posisi masker setelah ditegur.

Para pengemudi ojol kalau berkumpul juga umumnya tidak mengenakan masker dan tidak jaga jarak. Karyawan-karyawan saat istirahat makan siang juga tampak bergerombol, ngobrol sambil tidak mengenakan masker, walau sudah selesai makan.

Kemudian, di mal-mal pun setelah selesai berbelanja juga banyak tidak mengenakan masker. Kemudian di dalam mobil-mobil pribadi sudah berlaku penuh, tak lagi setengah kapasitas dan umumnya tak bermasker. Belum lagi tampak di dalam televisi pejabat, aparat, atau pemangku kepentingan lain juga tidak benar mengenakan masker.

Pemandangan-pemandangan tersebut memperlihatkan betapa sudah mulai rapuh warga mengenakan masker dan berjaga jarak. Untuk itu, perlu suntikan energi baru untuk menggelorakan kembali praktik 3 M. Pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan Satgas Covid-19 perlu mencari cara baru untuk menggelorakan lagi warga dalam menjalankan 3 M. Saat ini rakyat perlu suntikan baru agar kembali rajin melaksanakan 3 M.

Bagaimana caranya? Itu harus dipecahkan para pemanggu kepentingan. Namun sekadar opsi, perlu lagi gerakan para pejabat megnadakan operasi atau turun ke permukiman-permukiman, pasar-pasar, tempat-tempat nongkrong secara kontinyu tiap hari. Gerakkan kembali petugas kelurahan, kecamatan, kabupaten, dan provinsi. Semua ASN, polisi, militer, dan pamong praja diturunkan. Gerakan ini setidaknya secara kontinyu selama satu bulan penuh.

Hanya dengan begitu, masyarakat akan tersadarkan kembali bahwa Covid-19 masih sangat berbahaya. Jika sembrono, mereka sendiri yang akan menanggung akibatnya karena bakal menderita lebih panjang karena otomatis perekonomian tidak akan pulih cepat.

Memang tak mudah menyadarkan bahkan masyarakat yang berpendidikan sekalipun. Memang menjadi khas orang Indonesia, kalau belum menjadi korban, selalu masih menganggap enteng. Kadang muncul juga pikiran buruk, mungkin yang sembrono itu perlu terkena sebentar Covid-19 biar merasakan betapa beratnya penderitaan.

Ya, semoga dengan gerakan operasional besar-besaran kembali oleh seluruh pejabat RT, RW, kelurahan, kecamatan, kota/kabupaten, provinsi, nasional, satgas Covid-19, polisi, militer, dan ASN, masyarakat kembali gumbregah (bangun) secara sigap kembali mengenakan masker, jaga jarak, dan rajin mencuci tangan pakai sabun di air mengalir. ν

Komentar

Komentar
()

Top