
Gejolak Global Belum Mereda
Foto: ISTIMEWAJAKARTA – Rupiah diperkirakan masih tertekan pada awal pekan ini, seiring masih kuatnya sentimen perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan Tiongkok. Bahkan, sentimen tersebut lebih dominan ketimbang data inflasi pada Februari yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini.
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede rupiah masih dibayangi sentimen negatif dari global, seperti perang tarif dagang antara AS dan Tiongkok serta ketidakpastian arah suku bunga acuan The Fed. Selain itu, dinamika kondisi ekonomi dan politik domestik, serta outlook ekonomi Indonesia yang cenderung redup makin memperburuk tekanan terhadap rupiah.
Karenanya, Josua memproyeksikan kurs rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Senin (3/2), bergerak di kisaran 16.550-16.650 rupiah per dollar AS dengan kecenderungan melemah. Menurutnya, dalam kondisi ini, perekonomian nasional dihadapkan pada tantangan besar untuk menjaga stabilitas dan membangun kepercayaan investor.
Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada penutupan perdagangan, Jumat (28/2) sore, di Jakarta melemah hingga 142 poin atau 0,86 persen dari sehari sebelumnya menjadi 16.596 rupiah per dollar AS.
“Pelemahan kurs rupiah terhadap dollar AS dipengaruhi tambahan kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump terhadap Tiongkok yang akan efektif pada 4 Maret 2025,” ujar Analis Bank Woori Saudara, Rully Nova di Jakarta, akhir pekan lalu.
Trump disebut akan membebankan Tiongkok tambahan tarif 10 persen setelah sempat menerapkan kebijakan tersebut ke Negeri Tirai Bambu pada Februari 2025 sebesar 10 persen.
Adapun kondisi domestik, yield obligasi pemerintah terus meningkat dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami pelemahan yang sangat dalam. Menurut Rully, Bank Indonesia (BI) sudah stand by di pasar sepanjang hari untuk menjaga kurs rupiah.
Di sisi lain, dia menilai pemerintah seharusnya menginstruksikan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk melakukan buy back saham agar pasar saham lebih stabil.
Berita Trending
- 1 Polresta Cirebon gencarkan patroli skala besar selama Ramadhan
- 2 PTN Dukung Efisiensi Anggaran dengan Syarat Tak Ganggu Layanan Tri Darma Perguruan Tinggi
- 3 Kota Nusantara Mendorong Investasi Daerah Sekitarnya
- 4 Ini Klasemen Liga 1 Setelah PSM Makassar Tundukkan Madura United
- 5 Pemerintah Kabupaten Bengkayang Mendorong Petani Karet untuk Bangkit Kembali
Berita Terkini
-
Dedi Mulyadi Menyatakan 70 Persen Visi Misi Sudah Diterjemahkan lewat Efisiensi
-
D’Masiv Mampukah Mengajak Warga Naik Transjakarta
-
Demi Keselamatan, KAI Daop 8 Larang Masyarakat "Ngabuburit" di Jalur KA
-
Inggris dan Prancis Usulkan Gencatan Senjata Parsial Satu Bulan di Ukraina
-
Produk Makanan Indonesia Raih Potensi Transaksi Rp40 Miliar di UEA