
Gedung Bertingkat Mesti Lengkapi Sistem Proteksi
Kepala Seksi Operasi Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta Barat, Syarifudin.
Foto: ANTARA/Risky SyukurJAKARTA – Belajar dari kasus kebakaran Glodok Plaza, para pengelola gedung bertingkat Jakarta diingatkan untuk melengkapi dengan manajemen keselamatan kebakaran gedung (MKKG).
“MKKG adalah sistem proteksi gedung terhadap kebakaran,” tutur Kepala Seksi Operasi Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta Barat, Syarifudin, Jumat (24/1).
Sistem proteksi mulai dari kelengkapan alat pemadaman sampi dengan jalur evakuasi. Juga ada alat pemadaman ringan atau hidran. Gedung juga harus ada petunjuk jalur keluar untuk penyelamatan jiwa. Jika MKKG sudah dipastikan lengkap dan berfungsi, maka dampak kebakaran bisa diminimalisasi dengan baik.
“Jadi ketika terjadi kebakaran, semua mesti berfungsi dengan baik,” ucap Syarif. Hal itu diungkapkan Syarif karena sistem proteksi kebakaran Glodok Plaza kurang berfungsi secara optimal.
Sedangkan terkait kebakaran Glodok Plaza, Syarif menyatakan, pemberitahuannya sangat lambat. “Kejadiannya terhitung sangat lambat diinformasikan. Maka, ketika tim datang, api sudah besar,” tandasnya. Tim Gulkarmat datang, lantai 7, 8, dan 9 sudah terbakar.
Sebelumnya, Dinas Gulkarmat Jakarta menyebutkan hampir 700 gedung bertingkat Jakarta tak memenuhi syarat proteksi bila terjadi kebakaran. Rinciannya, sebanyak 361 gedung bertingkat tinggi alias delapan lantai ke atas. “Gedung lainnya, bertingkat rendah,” jelas Pelaksana Tugas Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta, Satriadi Gunawan.
Adapun, Gulkmarmat Jakarta, sambung Satriadi, telah memeriksa 2.609 gedung bertingkat. Dari jumlah itu, sebanyak 1.228 gedung bertingkat tinggi. Lainnya, bertingkat rendah.
Sementara itu, RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur mengidentifikasi jasad sembilan kantong korban kebakaran Glodok Plaza dengan memeriksa jaringan otot hingga rambut karena kondisinya sudah sulit dikenali.
Para korban lebih sulit karena hampir semua bagian tulang terdegradasi. Maka, tim harus mencari lebih dalam lagi melalui jaringan dalam tubuh.
“Contohnya, jaringan otot, kulit, atau rambut,” kata Kepala Biro Laboratorium Kedokteran dan Kesehatan RS Polri, Brigjen Pol Sumy Hastry Purwanti, Jumat. Sumy menyebut pemeriksaan secara mendalam harus dilakukan karena kondisi jenazah sudah sulit dikenali.
Adapun RS Polri sudah mengambil 32 sampel deoxyribo nucleic acid (DNA) dari 11 kantong jenazah korban kebakaran Glodok Plaza, Rabu (15/1). Sedangkan satu kantong jenazah yang baru datang Kamis (23/1) masih pemeriksaan dan pengambilan sampel.
Berita Trending
- 1 Masih Jadi Misteri Besar, Kementerian Kebudayaan Dorong Riset Situs Gunung Padang di Cianjur
- 2 Ada Efisiensi Anggaran, BKPM Tetap Lakukan Promosi Investasi di IKN
- 3 Cap Go Meh representasi nilai kebudayaan yang beragam di Bengkayang
- 4 Regulasi Pasti, Investasi Bersemi! Apindo Desak Langkah Konkret Pemerintah
- 5 Mantan Kadisbudpar Cianjur benarkan diperiksa Polda Jabar soal Cibodas
Berita Terkini
-
Raker BULD Dengan Tiga Kementerian
-
Cybercrime Mengintai, Bank Harus Selangkah Lebih Maju dari Pelaku Kejahatan Siber
-
Dubes di Garis Depan, Misi Besar Promosikan Indonesia ke Kancah Dunia
-
Impor Daging Dipaksakan, Prinsip Astacita Dikorbankan?
-
Jaga Ternak, Jaga Ekonomi, 652 Ribu Dosis Vaksin PMK Disalurkan ke Jatim