Senin, 02 Des 2024, 20:17 WIB

GE Healthcare dan RS Dharmais Perkuat Kemitraan dalam Terapi Kanker

GE HealthCare (GEHC) tengah mendemonstrasikan teknologi diagnosis dan terapi berbagai penyakit termasuk kanker.

Foto: Ist

JAKARTA – Peningkatan prevalensi penyakit kanker di Indonesia telah menunjukkan pengeluaran yang semakin besar pada sistem kesehatan. Kementerian Kesehatan RI mencatat BPJS mengeluarkan dana sebesar 3,1 triliun rupiah untuk pengobatan kanker pada tahun 2020. Angka ini meningkat sebesar hampir 50 persen menjadi 5,9 triliun rupiah pada tahun 2023.

Salah satu tantangan utamanya adalah keterlambatan diagnosis. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan pemanfaatan kedokteran nuklir. Kedokteran nuklir adalah cabang medis yang memanfaatkan bahan radioaktif untuk diagnosis dan terapi berbagai penyakit, termasuk kanker. 

“Teknologi ini memungkinkan deteksi kanker dengan akurasi yang lebih tinggi, serta pengobatan yang lebih efektif dengan memanfaatkan radioterapi atau terapi berbasis isotop radioaktif,” kata Commercial Excellence & Strategic Marketing Leader GE HealthCare (GEHC), Evy Hidariyani melalui keterangan tertulis pada hari Senin (2/12).

Menyadari pentingnya perkembangan kedokteran nuklir dalam perawatan pasien kanker, GEHC sebagai pemimpin global di bidang teknologi kesehatan, menegaskan kembali komitmennya untuk mendukung penanganan kanker di Indonesia melalui solusi diagnostik dan intervensi inovatif. Perusahaan ini berfokus pada peningkatan kualitas, aksesibilitas, dan keterjangkauan layanan diagnosis, secara khusus penggunaan kedokteran nuklir untuk pengobatan kanker di Indonesia.

Dengan menjalankan kemitraan dengan RS Kanker Dharmais dan Kementerian Kesehatan RI, GE HealthCare akan fokus terutama pada pengembangan kedokteran nuklir. Kedokteran nuklir memiliki potensi luar biasa untuk meningkatkan perawatan kanker melalui diagnosis yang lebih cepat dan akurat.

“Di GE HealthCare, kami berkomitmen untuk mempermudah akses teknologi ini bagi tenaga medis di Indonesia, dengan menghadirkan inovasi terbaru dan pengembangan kapasitas tenaga medis sebagai bagian dari kemitraan ini," paparnya.

Direktur Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Lupi Trilaksono, SF, MM, Apt, mengatakan kanker merupakan penyebab kematian ketiga tertinggi di Indonesia setelah stroke dan penyakit jantung. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan RI berkomitmen untuk mengendalikan penyakit kanker melalui inisiatif seperti Rencana Kanker Nasional 2024-2034, yang mencakup tindakan preventif, diagnosis, hingga penanganan kanker.

“Kerja sama dengan GEHC dan Pusat Kanker Nasional Dharmais ini merupakan bagian dari langkah strategis dalam rencana tersebut, untuk memastikan tenaga kesehatan memiliki kompetensi yang memadai dalam memanfaatkan teknologi canggih guna memberikan layanan terbaik dalam perawatan kanker,” ujar dia.

Sementara itu Direktur Utama RS Kanker Dharmais, Dr. R. Soeko Werdi Nindito, MARS, menjelaskan, kemitraan yang telah terjadi sejak bulan Oktober tahun 2023 lalu. Bidang kerja sama mencakup pelatihan khusus di bidang kedokteran nuklir, yang masih relatif baru di Indonesia.

“Implementasi dari kemitraan ini salah satunya adalah komitmen untuk memperkuat kolaborasi multi stakeholder dalam perawatan onkologi berbasis kedokteran nuklir,” ungkapnya.

Kemitraan ini akan menghadirkan program Workshop for Facilitators yang berfokus pada pelatihan tenaga kesehatan khususnya di bidang kedokteran nuklir. Program ini akan melibatkan berbagai pemangku kepentingan di bidang kedokteran nuklir onkologi.

Berbagai pemangku kepentingan dimaksud adalah Dokter Spesialis Kedokteran Nuklir/ Perhimpunan Kedokteran Nuklir dan Teranostik Molekuler Indonesia (PKN-TMI), Radiografer/ Perhimpunan Radiografer Indonesia (PARI), Fisikawan Medis/ Aliansi Fisikawan Medik Indonesia (AFISMI), dan Teknisi Biomedis/ Ikatan Elektromedis Indonesia (IKATEMI).

Dokter Spesialis Kedokteran Nuklir RS Kanker Dharmais, Dr. Ayu Rosemeilia Dewi, SpKN-TM(K), FANMB, menjelaskan, program tersebut bertujuan untuk memperkuat keahlian di bidang kedokteran nuklir onkologi. Langkah yang dilakukan dengan membekali pelatih dari masing-masing profesi dengan pengetahuan lanjutan serta keterampilan praktis.

“Pendekatan ini tidak hanya memastikan optimalisasi penggunaan teknologi medis mutakhir, tetapi juga mendukung transformasi layanan kanker berbasis multidisiplin di Indonesia. Melibatkan berbagai profesi seperti dokter, radiografer, fisikawan medis, dan teknisi biomedis dalam program pelatihan ini adalah kunci keberhasilan untuk memastikan teknologi canggih dapat dimanfaatkan secara efektif, demi meningkatkan kualitas layanan kesehatan di Indonesia,” ucapnya.

Redaktur: Aloysius Widiyatmaka

Penulis: Haryo Brono

Tag Terkait:

Bagikan: