Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Gaya Hidup Tidak Sehat Picu Tren Penyakit Jantung dan Stroke Golongan Ekonomi Bawah

Foto : ISTIMEWA

gaya hidup

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Penyakit jantung dan stroke masih menjadi penyebab kematian nomor satu. Selain usia penderitanya semakin muda, kini penyakit jantung bukan hanya menjadi penyakit golongan menengah ke atas saja namun juga telah menjadi penyakit golongan ekonomi bawah.

Data terbaru dari WHO menunjukkan penyakit jantung koroner dan stroke masih menduduki peringkat pertama dan kedua penyebab kematian utama di dunia. Jumlah kematian global kedua penyakit itu sebanyak 18,6 juta orang setiap tahunnya.

Angka ini diperkirakan akan terus meningkat menjadi 20,5 juta pada tahun 2020 dan 24,2 juta pada tahun 2030 seiring dengan peningkatan kualitas hidup. Di Indonesia sendiri, penyakit jantung dan stroke juga menduduki peringkat pertama dan kedua penyebab kematian paling tinggi dengan membebani BPJS hingga 10 triliun rupiah

Menurut Ketua PP Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia(Perki), dr. Radityo Prakoso, SpJP(K), FIHA, FAPSIC, FAsCC , Tahun 2020, angka kasus kematian global akibat penyakit ini adalah sebesar 20,5 juta. Diprediksi pada 2023 akan meningkat menjadi 24,2 juta jiwa.

"Kini tren panyakit jantung mengalami perubahan. Sebelumnya terjadi pada masyarakat dialami golongan menengah ke atas, tapi sekarang telah bergeser ke sosial ekonomi ke bawah," ujar dia dalam konferensi pers virtual, Kamis (4/8).

Penyebab masyarakat menengah ke bawah selama ini berperilaku kurang gerak atau sedentari. Gaya hidup ini memiliki karakteristik yaitu keluaran kalori yang terbakar sangat sedikit yakni dibawah 1,5 metabolic equivalent of task (METs).

Sedentari dapat berakibat terjadinya obesitas, diabetes tipe 2, jantung dan stroke, hingga kesehatan mental.

Perilaku Sedentari perlu dibatasi karena berbagai penelitian memperlihatkan bahwa perilaku ini menjadi risiko munculnya Obesitas. Risiko penyakit lainnya adalah anker usus besar dan payudara, tekanan darah tinggi, gangguan lipid, osteoporosis, depresi dan kecemasan.

Selain itu konsumsi makanan yang kurang sehat turut menjadi penyebab terjadinya penyakit jantung dan stroke pada golongan ekonomi ke bawah. Masyarakat lebih menyukai makanan yang digoreng daripada dikukus atau direbus karena dari segi rasa lebih enak. "Makananan gorengan mengandung minyak jenuh tinggi dan juga garam tinggi yang menjadi penyebab penyakit kardiovaskuler," ujar dia.

Kebiasaan merokok yang banyak dilakukan pada golongan ekonomi bawah juga menjadi penyebab terjadinya penyakit jantung dan stroke. Peningkatan cukai rokok tidak akan berpengaruh karena mereka bisa mengakalinya dengan membeli tembakau lintingan yang tanpa cukai dan lebih murah.

dr Radityo yang baru diangkat menjadi Ketua PP Perki mengungkapkan, tantangan pertama organisasi ini adalah masih tingginya angka morbiditas dan mortalitas dari penyakit kardiovaskular. "Hal ini diperparah dengan munculnya emerging disease," ucapnya

Tantangan kedua adalah pesatnya perkembangan teknologi, transportasi, serta komunikasi di era globalisasi ini serta perdagangan bebas menciptakan masalah baru, yakni peluang masuknya dokter spesialis jantung dan pembuluh darah (SpJP) asing ke Indonesia. Hal ini karena jumlah pusat pendidikan dan pelatihan SpJP yang masih belum memadai yang memperbesar risiko bertambahnya tenaga asing yang akan masuk ke Indonesia.

"Tantangan lainnya adalah regulasi yang ada masih belum memfasilitasi pemenuhan jumlah anggaran yang dibutuhkan untuk pelayanan kardiovaskular serta peran PERKI sebagai advokator dan kolaborator yang sejauh ini masih terbatas," ujar dia.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top