Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Gawat Menakutkan Inflasi Parah di Amerika, WNI Beberkan Harga Barang yang 'Meroket'

Foto : ANTARA/REUTERS/Eric Gaillard

Ilustrasi. Label-label harga terlihat saat seorang wanita berbelanja di pasar lokal di Nice, Prancis, 7 Juni 2022.

A   A   A   Pengaturan Font

Jakarta - Warga negara Indonesia (WNI) yang merupakan mahasiswa matematika terapan di Washington State University, Zafran Arif, membeberkan harga sejumlah barang yang 'meroket' akibat inflasi di Amerika Serikat.

Seperti dikutip dari CNN Indonesia, Zafran, yang kini tinggal di Kota Pullman, negara bagian Washington, mengaku harga pangan naik hampir mencapai dua kali lipat.

"Yang saya lihat sendiri, harga makanan itu sebenarnya sama aja, sama-sama naik. Harganya tidak sama [di tiap pasar], cuma sama-sama naik. Bahkan bisa hampir dua kali lipat, harga daging, kentang, ayam, ikan terutama. Itu naik semua," kata Zafran saat dihubungi CNNIndonesia.com, Sabtu (16/7).

Selain itu, Zafran mengaku harga bensin naik hampir dua kali lipat.

"Yang lebih dirasakan lagi itu sebenarnya harga bensin. Itu benar-benar paling terasa sekali karena sudah hampir dua kali lipat. [Harga bensin] relatif murah di kota saya, yaitu awalnya sekitar US$2,7 [Rp40 ribu] per galon atau US$3 [Rp44 ribu] per galon, sekarang itu sudah [sampai] US$5,4 [Rp80 ribu] atau US$5,6 [Rp83 ribu] per galon. Dua kali lipat kalau dari US$2,7 [Rp40 ribu]," tuturnya.

Zafran juga mengaku bahwa harga hotel dan apartemen di sana ikut naik.

"Misalkan kita mau jalan-jalan, harga hotel, apartemen, atau airbnb itu sekarang sudah naik drastis dari sebelumnya," katanya.

"Lalu harga-harga makanan di restoran, restoran itu naiknya gila sekarang. Itu ya beruntun karena kelangkaan produk dan harga bahan pokok naik. Harga bahan pokok naik, restoran juga menaikkan harganya," ujar Zafran lagi.

Sebelumnya diberitakan, bank-bank sentral di seluruh dunia berjuang keras untuk menyesuaikan diri bersama inflasi yang sangat tinggi dengan risiko semakin tidak terkendali, serta memaksa tindakan kebijakan yang lebih kuat dengan menaikkan suku bunga secara agresif yang meningkatkan risiko resesi global.

Investor di Amerika Serikat sudah memperdebatkan apakah Federal Reserve sekarang perlu memberikan kenaikan suku bunga 100 basis poin yang sangat besar, terbesar sejak 1980-an, pada pertemuan mendatang pada 26-27 Juli setelah pembacaan inflasi yang mengerikan pada Rabu (13/7), menunjukkan tekanan harga meluas dan berakselerasi ke level tertinggi lebih dari 40 tahun.

Pada Kamis (14/7), data pemerintah menunjukkan harga produsen AS meningkat lebih dari yang diperkirakan pada Juni di tengah kenaikan biaya untuk produk energi.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top