Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Gawat, Empat Varian Covid-19 Paling Mengkhawatirkan karena Lebih Menular Terdeteksi di Kawasan Amerika

Foto : ANTARA/REUTERS/ Carla Carniel

Seorang petugas kesehatan menyuntikkan dosis kedua vaksin COVID-19 Sinovac pada seorang warga lanjut usia di panti jompo Solar das Acacias, di Guarulho dekat Sao Paulo, Brazil, (26/2/2021).

A   A   A   Pengaturan Font

Brasilia - Empat varian COVID-19 paling mengkhawatirkan terdeteksi hampir di semua negara dan kawasan Amerika, namun meski lebih menular tidak ada bukti bahwa varian-varian itu lebih mematikan, kata pakar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kamis (13/5).

Vaksin-vaksin yang sedang disuntikkan di kawasan itu memberiperlindungan lebih terhadap varian COVID-19, kata pakar penyakit menular WHO, Jairo Mendez, melalui webinar Organisasi Kesehatan Pan Amerika (PAHO).

"Yang masih belum kita ketahui adalah apakah penerima vaksin lengkap yang tidak sakit masih dapat menyebarkan virus ke yang lain. Kami musti banyak belajar," kata Mendez.

Varian terbaru, varian India B1617, terdeteksi pada kasus di delapan negara Amerika, termasuk Kanada dan Amerika Serikat, katanya.

Satu kasus sedang diselidiki, dan varian lainnya ditemukan pada pelancong di Panama dan Argentina yang tiba dari India atau Eropa.

Di Karibia, kasus varian India muncul di Aruba, Dutch St Maarten dan wilayah Prancis,Guadeloupe.

Prevalen B117 di Inggris Raya ditemukan pada kasus yang dilaporkan di 34 negara atau wilayah di Amerika, sementaravarian COVID-19 Afrika Selatan B1351 dilaporkan muncul di 17 wilayah.

Varian Manaus Brazil, yang disebut P1, sejauh ini terdeteksi di 21 negara, kata pakar WHO.

"Varian-varian ini memiliki kapasitas penularan yang lebih besar, namun sejauh ini kami belum menemukan konsekuensi koleteral," kata Mendez. "Satu-satunya kekhawatiran adalah mereka menyebar dengan cepat."

Varian-varian itu dikaitkan dengan angka kematian yang meningkat karena tingginya jumlah kasus COVID-19 namun bukan karena virus bermutasi ke versi yang lebih mematikan, katanya.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top