Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Tahun Baru 2019

Gapai Resolusi dengan Perangkat Lunak

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Tahun baru identik dengan diri yang baru, di mana seseorang berusaha menjadi versi terbaru dirinya yang lebih baik di tahun depan. Tahun baru juga dijadikan momen untuk membuat resolusi yang ingin dicapai selama satu tahun ke depan. Kendati orang sulit tetap bertahan dengan resolusi yang dibuat.

Menurut penelitian yang dilakukan Universitas Scranton, Pennsylvania, AS, hanya sekitar 40 persen orang yang membuat resolusi dan terus konsisten dengan hal itu selama enam bulan.

Dan dengan kemajuan teknologi yang begitu pesat, kini orang tidak merasa cemas lagi mengenai bagaimana meningkatkan kualitas diri dan membuat resolusi berada di jalurnya, karena saat ini ada banyak aplikasi pada ponsel pintar yang melakukan hal tersebut. Perusahaan mengembangkan berbagai aplikasi di pasar yang tengah berkembang, yang katanya dapat membantu diri orang berkembang dan terus melakukan kebiasaan bagus.

Mulai dari Momentum, Habitica, Done, Coach.me, Habitshare dan lainnya, hingga situs seperti Lifehack bertengger di posisi 24.

Aplikasi-aplikasi tersebut semakin berkembang dengan melibatkan beragam obsesi diri yang sangat modern, seperti jumlah air yang dikonsumsi, jumlah langkah harian, siklus menstruasi, bahkan sampai jumlah kalori yang dikonsumsi dan keluar setiap harinya.

Tetapi, aplikasi yang berfokus untuk membentuk kebiasaan baik lain hal. Aplikasi tersebut mencoba membuat diri penggunanya menjadi diri yang ideal bagi mereka. Sehingga ketika menggunakan aplikasinya, seseorang bisa memiliki kebiasaan baik dengan terus berlatih setiap harinya.

Menurut Gretchen Rubin, penulis dari beberapa buku tentang kebiasaan bahwa aplikasi seperti itu belum tentu berlaku untuk semua orang. "Apakah aplikasi ini memberikan akuntabilitas yang Anda butuhkan? Kalau tidak, berarti aplikasi itu tidak akan berguna untuk Anda," katanya pada Vox. Dalam bukunya yang berjudul Better Than Before, Rubin menjelaskan kebanyakan orang memiliki satu kecenderungan saat membentuk kebiasaan. gma/R-1

Kecenderungan Membentuk Kebiasaan

Ada yang disebut Upholder, yaitu ekspektasi baik internal maupun eksternal. Obliger, yang tidak bisa menjaga komitmen dalam dirinya namun merespon ekspektasi yang diharapkan orang lain. Questioner, orang yang selalu mempertanyakan sesuatu ketika orang lain memintanya melakukan sesuatu dan bisa menjaga kebiasaan itu jika mereka mengerti alasannya. Dan Rebel, yang tidak suka melakukan apa yang dibilang orang lain, jadi ia harus melakukannya sesuai keinginannya.

Tentunya yang paling mudah untuk membentuk kebiasaan baru adalah Upholders, namun Rubin mengatakan orang kebanyakan adalah Obliger dan mereka sulit untuk terus berkomitmen pada diri sendiri.

Dan adanya aplikasi tentang kebiasaan ini dapat membantu para Obliger untuk mengenalkan akuntabilitas mereka. "Banyak aplikasi kebiasaan ditujukan Obliger dan tentunya karena mereka kelompok besar. Dan mereka cenderung sangat terbantu oleh akuntabilitas dari luar itu," tutur Rubin.

Bahkan untuk beberapa Obliger, pemberitahuan kecil dari aplikasi itu cukup membuat mereka merasa harus menyelesaikan tugas itu, entah sekadar meregangkan tubuh, minum segelas air atau berlatih bahasa asing selama beberapa menit.

Pada beberapa orang, khususnya yang telah membayar aplikasi itu pun dapat membuat mereka harus mengerjakannya karena tidak ingin merasa menghabiskan uang percuma.

"Ada struktur dasar untuk kebiasaan, maka dari itu ada petunjuk, rutinitas dan penghargaan dan itu disebut lingkaran kebiasaan," kata Charles Duhigg, penulis dari The Power of Habit.

Ia menjelaskan kunci dari membentuk kebiasaan baru adalah mampu menemukan apa petunjuk dan penghargaan yang didapatkan dari kebiasaan baru mereka.

Sementara untuk orang dengan kecenderungan lain, penggunaan aplikasi ini tentunya tidak akan berguna. Rebel, misalnya, mungkin akan menganggap pemberitahuan dari aplikasi ini mengganggu dan kemudian akan mencopot pemasangan aplikasi kebiasaan itu karena menyuruhnya untuk melakukan sesuatu yang tidak mereka inginkan.

Sedangkan Questioner membutuhkan alasan rasional mengenai kenapa mereka harus melakukan hal itu. Questioner akan menganggap aplikasi itu tidak menarik kecuali mereka memiliki bukti penelitian ilmiah. Dan bahkan untuk beberapa Obliger, pemberitahuan dari aplikasi itu tidak cukup membuat mereka terinovasi untuk melakukan sesuatu. gma/R-1

Aspek Psikologi yang Digunakan

Aplikasi membentuk kebiasaan sekarang telah menyentuh aspek psikologi guna memotivasi para penggunanya, entah dari bentuk pemberitahuannya, akuntabilitasnya, atau pelatihannya. Dan alasan mengapa banyak aplikasi tentang ini adalah seperti teori Rubin mengenai kecenderungan setiap orang dalam membentuk kebiasaannya. Bahwa tidak ada satu aplikasi yang dapat diaplikasikan untuk semua orang. Maka dari itu, para pengembang aplikasi pun mulai menciptakan beragam aplikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap individu dan hasilnya dapat dilihat dengan banyak pilihan yang ada pada App Store atau Playstore.

Aplikasi Done, Productive dan Streaks, misalnya, mengandalkan fitur 'streak', di mana penggunanya bisa melacak berapa banyak hari secara berturut-turut dalam melakukan kebiasaan tersebut. Dan beberapa pengguna merasa termotivasi untuk terus melakukannya guna menjaga 'streak' tersebut. Atau aplikasi seperti Coach.me yang menawarkan forum yang saling mendukung satu sama lain demi tercapainya tujuan setiap orang.

Beberapa aplikasi seperti Habitica dan Plant Nanny, membuat aplikasi membentuk kebiasaan menjadi lebih menyenangkan seperti layaknya sebuah permainan. Di Habitica, pengguna akan mendapatkan penghargaan seperti lencana jika berhasil menyelesaikan tujuannya.

Sedangkan Plant Nanny, mendorong orang untuk meminum air dan menampilkannya dalam bentuk tanaman. Penggunanya akan melakukan laporan setiap kali meminum air sehingga tanamannya dapat tersiram dengan baik. Sebaliknya, jika penggunanya kurang minum air, maka tanaman tersebut akan menampilkan wajah sedih dan akan mati.

Duhigg menambahkan aplikasi seperti itu dapat berfungsi jika penggunanya secara aktif memonitor data yang didapatkan setiap harinya dan dipergunakan untuk menganalisa bagaimana ia berubah, dibandingkan mengandalkan aplikasi untuk mengubah diri mereka. "Jika Anda menggunakan perangkat dan mengambil datanya dan mengubahnya menjadi pengetahuan (tentang diri Anda), itu sebenarnya bisa membantu cara Anda mengubah diri Anda," jelasnya.

Ia menambahkan orang mencari aplikasi ajaib yang bisa mengubah mereka. Padahal kenyataannya, tidak ada aplikasi semacam itu. Cara untuk berubah adalah dengan menghabiskan waktu dengan melihat perubahan yang ingin dicapai, mencobanya dan mengevaluasinya setiap hari, apakah Anda semakin dekat atau justru menjauh dari tujuan tersebut. "Berikan juga diri Anda penghargaan untuk mendorong agar kebiasaan itu terus berkembang dan kemudian komitmen akan hal tersebut," ujar Duhigg. gma/R-1

Komentar

Komentar
()

Top