Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Preeklampsia

Gangguan Perkembangan Plasenta yang Ancam Ibu Hamil

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Mengetahui penyebab dan gejala preeklamsia dapat mengurangi risiko yang membahayakan bagi ibu hamil (bumil) dan janin. Preeklamsia biasanya muncul pada usia kandungan lebih dari 20 minggu.

Preeklamsia adalah gangguan kehamilan yang ditandai tekanan darah tinggi dan kandungan protein yang tinggi dalam urine. Kondisi ini dapat membahayakan organ-organ lainnya, seperti ginjal dan hati.

Jika tidak diobati, preeklamsia dapat menjadi eklamsia. Eklamsia adalah kondisi preeklamsia yang disertai kejang. Hal ini dapat berakibat fatal bagi bumil dan janin, bahkan dapat menyebabkan kematian. Pada bayi, preeklamsia dapat mengakibatkan kelahiran prematur dan pertumbuhan janin yang terhambat. Maka dari itu penting bagi bumil untuk mengetahui gejala, penyebab, dan bagaimana cara mencegah serta mengatasi preeklamsia.

Plasenta adalah salah satu organ penting yang berfungsi untuk menyalurkan darah dari ibu ke bayi di dalam kandungan. Munculnya preeklamsia diduga karena adanya gangguan perkembangan pada plasenta, yang disebabkan masalah pada pembuluh darah pemasok plasenta.

"Faktor genetik atau adanya riwayat keluarga yang pernah mengalami preeklamsia juga diduga berperan dalam mekanisme penyakit ini. Namun, penyebab pasti kondisi ini belum sepenuhnya dipahami," ungkap dokter Kartika Hapsari, SpOG dari Bintaro Women and Children Clinic (BWCC), Tangerang, Banten.

Pada keadaan normal, lanjutnya, plasenta mendapatkan suplai darah yang banyak dan konstan untuk mendukung perkembangan bayi. Namun pada kondisi preeklamsia, plasenta diduga tidak mendapatkan cukup darah. Hal ini mengakibatkan suplai darah kepada bayi terganggu. Berbagai sinyal dan substansi dari plasenta yang terganggu menyebabkan tekanan darah ibu naik.

Preeklamsia terkadang tidak disertai dengan gejala tertentu, maka bumil perlu melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur dan mengecek tekanan darah. Tekanan darah yang tinggi bisa menjadi gejala awal preeklamsia. Waspadai jika tekanan darah mencapai 140/90 mmHg atau lebih.

"Gejala lainnya yang mungkin muncul dapat berupa sakit kepala hebat, mengalami gangguan penglihatan, terhadap cahaya, sesak napas, mual, dan muntah. Selain itu, nyeri dapat muncul pada perut bagian atas, tepatnya di bawah rusuk sebelah kanan," ujarnya.

Jika usia kandungan masih terlalu muda dan preeklamsia telah terdeteksi sejak dini, dokter akan melakukan beberapa hal untuk mengatasinya. Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi preeklamsia.

1. Menurunkan tekanan darah

Pada kondisi preeklamsia, tekanan darah akan tinggi, sehingga dibutuhkan perawatan yang dapat menurunkan tekanan darah atau disebut antihipertensi. Tidak semua obat antihipertensi aman bagi bumil. Jadi sebelum mengonsumsi obat tersebut, diskusikan terlebih dahulu dengan dokter.

2. Memberikan obat antikejang

Magnesium sulfat sering dipakai untuk mengatasi dan mencegah kejang. Dokter akan memberikan obat ini jika preeklamsia tergolong berat.

3. Menyarankan pemberian kortikosteroid

Kortikosteroid biasanya diberikan jika bumil mengalami kondisi preeklamsia atau sindrom HELLP (hemolisis, peningkatan enzim hati, dan kadar platelet rendah). Kortikosteroid dapat memperbaiki fungsi trombosit dan hati untuk mencegah persalinan terlalu awal. Selain itu, kortikosteroid juga dapat membantu mematangkan paru-paru bayi agar jika harus lahir prematur, bayi dapat bernapas dengan baik.

4. Merekomendasikan rawat inap

Jika preeklamsia yang dialami bumil tergolong berat, kemungkinan dokter akan meminta untuk melakukan rawat inap agar dokter mudah mengontrol kondisi bumil, bayi di dalam kandungan, dan kadar cairan amnion atau air ketuban. Kurangnya cairan ini merupakan tanda adanya masalah dengan suplai darah pada bayi

Penting bagi bumil untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin.Tujuannya agar dapat terus memonitor kondisi kesehatan diri dan bayi sehingga gangguan kehamilan seperti preeklamsia dapat diatasi sejak dini. pur/R-1

Minimalisasi Terjadinya Preeklampsia

Salah satu dosen Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Sri Sulistyowati melakukan penelitian untuk meminimalisasi kasus preeklampsia yang berdampak pada kematian ibu dan bayi.

"Saya telah melakukan penelitian pada tikus bunting dengan mengambil HLA-G (histocompability antigen) yang terbukti terjadi preeklampsia dan disebabkan oleh disfungsi organ endotel," katanya.

Ia mengatakan dari penelitian yang dilakukan, disimpulkan bahwa disfungsi endotel yang terjadi pada hewan sesuai dengan kondisi bumil preeklampsia, yaitu pada sel trofoblas.

"Melalui penelitian ini, model disfungsi endotel sebagai model preeklampsia direkomendasikan menjadi masukan bagi peneliti untuk menemukan hal yang berkaitan dengan preeklampsia. Tujuannya untuk mengetahui penyebab maupun terapi sebagai upaya menurunkan angka kematian ibu yang disebabkan preeklampsia," katanya.

Menurut dia, hingga saat ini preeklampsia masih merupakan penyumbang utama kesakitan dan kematian pada bumil maupun janin.

Ia mengatakan di RSUD Dokter Moewardi Surakarta angka kematian bumil pada 2012 yang disebabkan oleh preeklampsia berjumlah 19 orang dari 30 bumil yang meninggal. Sedangkan pada 2013 berjumlah 12 orang dari 21 bumil yang meninggal.

Sri menambahkan, faktor risiko terjadinya preeklampsia, di antaranya hipertensi kronis, diabetes mellitus, penyakit ginjal, obesitas, dan kondisi hiperkoagulitas.

Ia menggarisbawahi hingga saat ini metode penelitian yang dilakukannya mengenai preeklampsia banyak digunakan para pakar kesehatan di sejumlah universitas.

Adapun, penyakit preeklampsia yaitu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan tanda kerusakan organ tubuh, misalnya kerusakan ginjal.

Preeklampsia juga dikenal dengan nama toksemia atau hipertensi yang diinduksi kehamilan.

Sementara itu, karena penelitiannya tersebut Sri Sulistyowati akan dikukuhkan sebagai Guru Besar UNS ke-196 pada Selasa (11/12).

Selain Sri, pada waktu yang sama UNS juga akan mengukuhkan Endang Sutisna Sulaeman sebagai Guru Besar UNS ke-195.

Endang yang merupakan Guru Besar pada Ilmu Kesehatan Masyarakat akan menyampaikan pidato pengukuhan dengan judul Membumikan Keadilan, Pemberdayaan, dan Promosi Kesehatan. pur/R-1

Komentar

Komentar
()

Top