Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Klaster Wisata I Ketidakpatuhan Pengelola Wisata di Banten Didata

Galakkan Tracking dan Tracing

Foto : ANTARA/Asep Fathulrahman

Anggota Polisi berjaga di gerbang masuk Pantai Gope di Kasemen, Serang, Banten, Senin (17/5/2021). Guna mencegah penyebaran COVID-19 selama liburan pasca Lebaran Gubernur Banten memerintahkan para Bupati dan Wali Kota untuk menutup semua tempat wisata hingga tanggal 30 Mei 2021.

A   A   A   Pengaturan Font

Penumpukan wisatawan di berbagai objek rekreasi Banten sudah sangat mengkhawatirkan. Mereka abai prokes.

SERANG - Provinsi Banten segera melakukan tracking dan tracing untuk mengetahui dampak membeludaknya tempat-tempat wisata. Langkah itu akan dilakukan sepakan setelah Lebaran guna menemukan titik-titik persebaran Covid-19. Penegasan ini disampaikan Gubernur Banten, Wahidin Halim, di Serang, Senin (17/5).
Sebagaimana diberitakan, objek wisata Banten ditutup karena petugas tidak mampu menerapkan protokol kesehatan (prokes). "Untuk menerapkan protokol kesehatan, destinasi wisata Banten ditutup. Jadi, tempat wisata kita tutup sementara karena petugas gagal menyekat membanjirnya wistawan, sehingga tak mampu menjalankan protokol kesehatan," katanya.
Kebijakan penutupan dituangkan dalam Instruksi Gubernur tentang Penutupan Sementara Destinasi Wisata Dampak Libur Idul Fitri Tahun 2021 di Provinsi pada tanggal 15 Mei 2021. "Penutupan akan dilakukan sampai tanggal 30 Mei. Tapi dalam perjalanannya akan kita evaluasi setiap waktu. Bagaimana kondisi terakhir tentunya akan kita diskusikan lagi dengan teman-teman di Forkopimda," katanya.
Pria yang kerap disapa WH itu menandaskan, kondisi menumpuknya wisatawan di berbagai objek wisata Banten sudah sangat mengkhawatirkan. Penutupan harus diambil sebagai langkah untuk melakukan pencegahan atau melindungi masyarakat dari penyebaran dan penularan Covid-19.
"Karena bagaimanapun juga, kemarin itu kita sudah tidak mampu lagi melakukan penyekatan maupun melakukan upaya sesuai dengan protokol kesehatan," ujarya.
Terkait dengan adanya penolakan kebijakan tersebut dari kelompok tertentu, Gubernur menegaskan bahwa dia akan tetap pada keputusannya untuk menutup tempat wisata. Hal itu harus dilakukan guna menghindarkan masyarakat Banten terinfeksi Covid-19.
"Tidak masalah saya didemo. Karena demo itu kepentingan mereka, bukan untuk kepentingan umum. Bagi saya, kepentingan umum harus ditegakkan dan diutamakan," ungkapnya. Menurut Wahidin, justru kalau tempat wisata tetap dibuka, dia tidak bisa membayangkan apa yang terjadi pascalibur hari raya. Bukan tidak mungkin, kasus Covid-19 di Banten akan semakin meningkat dan masyarakat juga yang menjadi korban.
"Saya tidak mau. Karena saya tidak mau Banten yang sudah masuk zona kuning semua, terjadi penularan. Jangan hanya karena kepentingan sekelompok orang untuk memuaskan keinginan, tapi harus mengorbankan rakyat banyak. Tidak ada urusan, mau diprotes, didemo, atau digugat. Sebab fakta kemarin jelas bahwa masyarakat sudah tidak bisa atur lagi. Pemerintah harus bersikap," tegasnya.

Mendata Provokator
Sementara itu, terkait dengan sanksi yang akan diberikan kepada provokator penolakan instruksi gubernur penutupan destinasi wisata, Wahidin bersama tim masih menginventarisasi. Tim masih mendata ketidakpatuhan pengelola tempat wisata ataupun kelompok-kelompok tertentu.
"Paling tidak, saya sudah sampaikan bahwa ini ditutup. Memang masih ada warga datang, tapi berkurang. Kalau kemarin, sudah tidak bisa dikontrol. Ini juga yang mungkin membuat pengelola tidak bisa berbuat apa-apa. Sedari awal, saya sudah bilang, susah untuk Banten jika mudik dilarang, sedangkan wisata dibuka. Yang tidak mudik, pasti datang ke tempat wisata. Mereka ambyur ke pantai-pantai di Banten," jelasnya. wid/G-1


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Aloysius Widiyatmaka

Komentar

Komentar
()

Top