G20 Perkirakan Peluang 'Soft Landing' Ekonomi Global Makin Besar
Tanda “Rio Capital of the G20” dipajang di Pantai Copacabana, di Rio de Janeiro, Brasil, Selasa (23/7). Para menteri keuangan G20 akan bertemu di Rio de Janeiro pada 25 dan 26 Juli.
Foto: AFP/PABLO PORCIUNCULARIO DE JANEIRO - Menurut rancangan komunike para pemimpin keuangan Kelompok 20 (G-20), pada hari Selasa (23/7), terjadinya soft landing ekonomi global kemungkinan yang semakin besar, sembari memperingatkan risiko dari perang dan konflik yang meningkat yang tidak disebutkan jumlahnya.
Dikutip dari The Straits Times, berbicara kepada pers, koordinator jalur keuangan G-20 Brasil, Tatiana Rosito, mengatakan negosiasi masih berlangsung, tetapi dia sangat yakin akan ada konsensus untuk pernyataan bersama yang luas, yang mencerminkan pekerjaan yang telah dilakukan sejauh ini.
Rosito mengatakan presidensi kelompok Brasil tersebut sedang merundingkan deklarasi terpisah yang belum pernah terjadi sebelumnya mengenai kerja sama internasional di bidang perpajakan, yang juga ia lihat mendapat konsensus.
"Deklarasi ini akan mencakup tema mengenakan pajak kepada orang-orang superkaya, yang diangkat oleh Brasil dalam kapasitasnya sebagai ketua," katanya, sambil menahan diri untuk tidak mengomentari topik mana saja yang menghadapi penolakan.
Menurut rancangan komunike, para menteri keuangan dan kepala bank sentral G20 yang berkumpul minggu ini di Rio de Janeiro berencana untuk menandai risiko pemulihan global yang tidak merata yang bergantung pada persistensi inflasi.
"Kami gembira dengan meningkatnya kemungkinan terjadinya soft landing (pendaratan lunak) ekonomi global, meskipun masih banyak tantangan yang harus dihadapi," kata rancangan komunike tersebut, mengacu pada skenario di mana inflasi dapat dijinakkan tanpa memicu resesi yang menyakitkan atau lonjakan tajam pengangguran.
Dengan menghindari penyebutan eksplisit konflik di Ukraina dan Gaza, para diplomat berusaha menghindari perselisihan antara Russia dan negara-negara Barat besar yang menggagalkan konsensus di pertemuan para kepala keuangan di bulan Februari.
Masih Dinegosiasi
Rosito mengakui Brasil akan mengeluarkan pernyataan ketua mengenai isu geopolitik, menekankan bahwa masalah ini akan dibahas oleh para diplomat dalam pertemuan mendatang. Menurut orang-orang yang mengetahui proses penyusunannya, komunike itu masih dalam tahap negosiasi dan dapat berubah.
"Aktivitas ekonomi terbukti lebih tangguh daripada yang diharapkan di banyak bagian dunia, tetapi pemulihan sangat tidak merata di seluruh negara sehingga berkontribusi terhadap risiko divergensi ekonomi," kata rancangan komunike tersebut.
Dokumen tersebut menandai risiko terhadap prospek ekonomi yang secara umum tetap seimbang, dengan disinflasi yang lebih cepat dari perkiraan dan inovasi teknologi disebut di antara risiko positif.
Di sisi lain, dokumen tersebut mencatat risiko penurunan seperti meningkatnya konflik, fragmentasi ekonomi, dan inflasi terus-menerus yang membuat suku bunga tetap tinggi dalam jangka waktu lebih lama.
Sejalan dengan fokus presidensi Brasil pada ketimpangan global, rancangan komunike tersebut memperingatkan perubahan iklim dapat secara substansial memperburuk tantangan ketimpangan, dan menandai kesulitan utang di beberapa negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Dokumen tersebut juga memperkuat bahasa yang menyerukan reformasi Dana Moneter Internasional, dengan mengutip urgensi dan pentingnya penataan kembali pembagian kuota untuk lebih mencerminkan posisi relatif para anggota dalam ekonomi dunia.
Seruan untuk melawan proteksionisme, meski sedikit berubah dari ringkasan ketua Brasil pada bulan Februari, dipecah sebagai paragraf mandiri dalam rancangan komunike.
Rancangan pernyataan G-20 tidak sampai mendukung seruan Brasil untuk mengenakan pajak global terhadap para miliarder, dan menyatakan para menteri memperhatikan studi pendapatan yang ditugaskan oleh Dana Moneter Internasional dan Brasil.
Namun, dokumen itu merujuk pada "Deklarasi Menteri G-20 Rio de Janeiro tentang Kerja Sama Pajak Internasional," yang menyatakan kembali komitmen terhadap transparansi pajak dan mendorong dialog global tentang perpajakan yang adil dan progresif, dengan perhatian khusus pada individu-individu dengan kekayaan bersih yang sangat tinggi.
Draf tersebut menandai kemajuan dari pernyataan para pemimpin G-7 pada bulan Juni, yang menyerukan perpajakan progresif dan adil terhadap individu, tetapi gagal menyebutkan orang-orang yang sangat kaya.
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Garuda Indonesia turunkan harga tiket Jayapura-Jakarta
- 2 Pemeintah Optimistis Jumlah Wisatawan Tahun Ini Melebihi 11,7 Juta Kunjungan
- 3 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
- 4 Permasalahan Pinjol Tak Kunjung Tuntas, Wakil Rakyat Ini Soroti Keseriusan Pemerintah
- 5 Meluas, KPK Geledah Kantor OJK terkait Penyidikan Dugaan Korupsi CSR BI
Berita Terkini
- Pemulangan Warga Terus Dilakukan, Kemlu: 91 WNI yang Dievakuasi dari Suriah Tiba di Tanah Air
- Ribuan Mantan Anggota Jamaah Islamiyah Deklarasi Pembubaran di Solo
- Denny JA Rumuskan 6 Prinsip Emas Spiritualitas di Era AI
- Warga Diminta Waspada, Gunung Ibu di Halmahera Barat Sudah Dua Kali Erupsi
- Meningkat, KCIC Sebut 100 Ribu Tiket Whoosh Terjual Untuk Momen Natal dan Tahun Baru