Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Sejarah Asia

Fujiwara, Penguasa "De Facto" di Balik Kaisar Jepang

Foto : afp/ Behrouz MEHRI
A   A   A   Pengaturan Font

Para kaisar turun takhta untuk menjaga agar diri mereka sendiri dan penerus mereka tidak didominasi oleh keluarga dari penguasa terutama dari klan Fujiwara. Biasanya atau sebelumnya, klan ini berupaya menempatkan pendukung mereka sendiri di atas takhta kekaisaran.

Meskipun berhasil diterapkan oleh beberapa kaisar, ada dua konsekuensi yang disayangkan dari strategi turun takhtanya kaisar. Pertama provinsi-provinsi yang ada menjadi semakin jauh dari kendali pemerintah. Kedua, persaingan untuk mendapatkan kekuasaan di Jepang sedemikian rupa sehingga terjadi militerisasi politik yang lebih besar. Hal ini pada akhirnya berujung pada penggulingan pemerintah sepenuhnya dan terjadi pemerintahan jangka panjang oleh shogun pada periode abad pertengahan.

Selama Periode Heian, klan Fujiwara berhasil memonopoli posisi-posisi penting pemerintahan, menikahkan putri mereka dengan kaisar, dan dalam banyak kasus bahkan bertindak sebagai bupati dan mengendalikan langsung urusan negara.

Klan Fujiwara pun mampu merebut kekuasaan kaisar dan menurunkannya menjadi sekadar boneka. Hal ini bukan hanya karena mereka didukung oleh milisi swasta yang kuat ketika keluarga kerajaan tidak mempunyai pasukan untuk dijadikan sandaran, namun juga karena Fujiwara dengan sengaja memilih pasukan baru kaisar ketika mereka masih anak-anak.

Oleh karena itu, kaisar muda harus dinasihati oleh seorang bupati (Sessho) yang hampir selalu merupakan wakil keluarga Fujiwara. Total ada sebanyak 21 bupati Fujiwara dari tahun 804 M hingga 1238 M. Bahkan ketika seorang kaisar mencapai usia dewasa, ia masih dinasihati untuk memastikan Fujiwara mempertahankan kekuasaan mereka.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top