Kamis, 30 Jan 2025, 02:50 WIB

Filipina: Tiongkok Gunakan Senjata Akustik untuk Tingkatkan Agresi

Awak Penjaga Pantai Filipina sedang memantau kapal Penjaga Pantai Tiongkok saat misi patroli di LTS pada Mei 2024 lalu. Pada Selasa (28/1), juru bicara AL Filipina melaporkan bahwa kapal Penjaga Pantai Tiongkok telah melancarkan serangan senjata akustik

Foto: AFP/Ted ALJIBE

MANILA – Juru bicara Angkatan Laut Filipina pada Selasa (28/1) melaporkan bahwa Tiongkok telah menggunakan senjata akustik terhadap kapalpenjaga pantainya yang sedang berpatroli di zona ekonomi eksklusif (ZEE) Manila di lepas pantai Zambales, sebuah provinsi di Filipina utara.

“Penggunaan perangkat senjata akustik jarak jauh (long-range acoustic device/LRAD) oleh Tiongkok terhadap pelaut Filipina di Laut Tiongkok Selatan (LTS) ini menandai peningkatan agresi di perairan yang disengketakan tersebut,” demikian ungkap juru bicara AL Filipina, Laksamana Muda Roy Vincent Trinidad.

Serangan ledakan akustik itu terjadi saat kapal Penjaga Pantai Filipina, BRP Cabra, berhadapan dengan kapal Penjaga Pantai Tiongkok dengan nomor lambung 3203 dan dua kapal Tiongkok lainnya pada Sabtu (25/1).

Selama pertemuan itu, awak kapal Filipina menggambarkan bahwa mereka mendengar suara yang memekakkandengan desibel tinggi yang dapat merusak telinga dan menyebabkan ketidaknyamanan yang parah.

“(Insiden pada Sabtu) hanya menyoroti kehadiran ilegal, tindakan pemaksaan dan sekarang lebih agresif,” imbuh Trinidad kepada para wartawan pada Selasa.

Para analis mengatakan bahwa senjata akustik itu merupakan taktik terbaru dalam zona abu-abu Tiongkok untuk memajukan kepentingannya tanpa harus memprovokasi perang. Penggunaan senjata ini mengikuti taktik yang sama yang digunakan Beijing pada tahun 2023, ketika Penjaga Pantai Tiongkok mengarahkan laser ke kapal Penjaga Pantai Filipina, yang membutakan mata beberapa awak kapal untuk sementara waktu.

“LRAD adalah senjata suara yang berbahaya dan dapat menyebabkan ketulian jika terpapar secara berlebihan. Tiongkok telah menggunakan taktik zona abu-abu ini sebelumnya untuk melawan Penjaga Pantai Filipina dan ini bukan sesuatu yang baru sebagai operasi militer,” kata analis keamanan Chester Cabalza, kepala International Development and Security Cooperation, sebuah lembaga pemikir di Filipina.

Cabalza juga menambahkan bahwa Tiongkok telah menyalahgunakan taktik zona abu-abu, yang dia gambarkan sebagai sebuah langkah yang ilegal, memaksa, agresif, dan menipu.

Pekan lalu, ilmuwan Filipina terpaksa menangguhkan misi ilmiah ke sebuah pulau dekat Pulau Thitu (Pag-asa) yang diduduki Filipina ketika tiga kapal Penjaga Pantai Tiongkok melakukan manuver agresif terhadap kapal Filipina yang membawa para ilmuwan itu.

Trinidad menegaskan bahwa tindakan di laut itu terjadi tak lama setelah seorang tersangka mata-mata Tiongkok ditangkap bersama dua kaki tangan Filipina setelah diduga mengintai daerah-daerah sensitif di sekitar Luzon - pulau utama di Filipina utara - termasuk di dekat pangkalan militer yang menjadi tempat pasukan Amerika Serikat (AS).

Trinidad mengatakan bahwa warga negara Tiongkok yang ditangkap dan tersangka kaki tangannya melakukan pengawasan intelijen dan pengintaian terhadap infrastruktur penting pemerintah.

Saat ini pemerintah Filipina telah mengizinkan pasukan AS mengakses sembilan pangkalan di seluruh negeri, dimana tiga pangkalan di antaranya terletak di Luzon utara dan menghadap ke Taiwan, yang diancam akan diinvasi oleh Tiongkok.

Pelatihan Sistem Misil

Sementara itujuru bicara Angkatan Darat Filipina, Kolonel Louie Dema-ala, mengkonfirmasi bahwa tentara Filipina akan berlatih dengan pasukan AS bulan depan dalam menggunakan sistem misil jarak menengah Typhon. Sistem misil ini sendiri telah berada di Filipina sejak tahun lalu, dan Beijing telahmemprotes keras pengerahan senjata tersebut.

Angkatan Darat Filipina telah mengindikasikan rencananya untuk mengakuisisi sistem tersebut.

“Tentara Filipina akan berlatih dengan rekan-rekan mereka dari AS untuk dalam penggunaan sistem Typhon,” ungkap Dema-ala, Selasa. “Ini sudah direncanakan. Ini akan dilakukan pada pekankedua hingga pekan ketiga Februari,” imbuh dia dalam sebuah konferensi pers.

Sistem misil Typhon dapat menembakkan misil Standard Missile 6 (SM-6) dan misil Tomahawk serta mendukung kemampuan serangan dari darat, laut, dan udara. Sistem misil ini diketahuimemiliki jangkauan serang 480 kilometer, dan dapat menjangkau Scarborough Shoal yang disengketakan, serta target di sekitar Taiwan. RFA/BenarNews/ST/I-1

Redaktur: Ilham Sudrajat

Penulis: Ilham Sudrajat

Tag Terkait:

Bagikan: