Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pesta Demokrasi I Analis: Bongbong Raih Banyak Dukungan dari Kubu Pro-Otoriter Duterte

Filipina Mulai Kampanye Pemilu

Foto : AFP/Charism SAYAT

Kampanye Robredo l Wapres Filipina yang juga kandidat presiden, Leni Robredo (tengah) saat berkampanye di Kota Libamanan, Provinsi Camarines Sur, pada Selasa (8/2). Kampanye pemilu ini dimulai jelang pelaksanaan pemilihan pada 9 Mei mendatang.

A   A   A   Pengaturan Font

MANILA - Perlombaan untuk mencari pemimpin baru Filipina dimulai pada Selasa (8/2). Berdasarkan jajak pendapat terkini, putra mantan diktator Ferdinand Marcos yaitu Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr, difavoritkan untuk menggantikan Presiden Rodrigo Duterte.

Pada urutan ke-2, petahana Wakil Presiden Leni Robredo berada di urutan kedua dalam survei pemilih, diikuti oleh Wali Kota Manila yang populer, Francisco "Isko Moreno" Domagoso, mantan petinju Manny Pacquiao dan mantan kepala polisi Panfilo Lacson.

Pemilu Filipina sendiri akan digelar pada 9 Mei mendatang. Dalam waktu 3 bulan ini, parakandidat berlomba-lomba untuk mendapatkan dukungan suara pemilih yang biasanya lebih tertarik pada kepribadian daripada kebijakan.

Jelang dimulainya musim kampanye, pada Sabtu (5/2) lalu, Bongbong Marcos, 64 tahun, yang telah melakukan kampanye di media sosial secara besar-besaran, menyatakan dirinya bersumpah akan menyatukan negaranya. Dalam pemilu 2022 ini, Bongbong Marcos maju dengan menggandeng putri dari Presiden Duterte yaitu Sara Duterte-Carpio yang dalam jajak pendapat sebelumnya diunggulkan untuk duduk di kursi kepresidenan.

"Ini bukan waktu dan tempat untuk berdebat tentang sejarah Filipina," kata Bongbong Marcos dalam sesi wawancara di saluranGMA, mengacu pada kejatuhan sang ayah, diktator Ferdinand Marcos Sr, pada 1986.

Menurut analis dari Eurasia Group, Peter Mumford, Bongbong Marcos memiliki peluang 70 persen akan memenangkan pilpres 2022 ini.

"Banyak pendukung pro-otoriter Duterte memandang Bongbong Marcos sebagai calon 'orang kuat' yang berkelanjutan," kata Mumford.

Sebelum musim kampanye dimulai, lawan politik berusaha untuk memblokir Bongbong Marcos untuk ikut pilpres dengan mengajukan petisi kepada Komisi Pemilihan agar mantan senator itu dikeluarkan dari bursa pilpres karena sebelumnya telah didakwa atas pelanggaran hukuman karena gagal mengajukan pengembalian pajak penghasilan.

Robredo Dicerca

Saat kampanye pemilu dimulai, saingan Bongbong Marcos yaitu Leni Robredo, 56 tahun, berkampanye di Kota Lupi, Provinsi Camarines Sur, yang merupakan wilayah yang diwakilinya saat masih menjabat sebagai anggota Kongres.

Pada pemilu 2016 lalu, Robredo mengalahkan Bongbong Marcos untuk perebutan kursi wapres Filipina. Saat jadi wapres, Robredo jadi pengkritik Presiden Duterte karena sebagai seorang mantan pengacara HAM, ia dengan tegas menolak kampanye antinarkoba yang dijalankan Duterte.

Saat ini Robredo adalah satu-satunya kandidat presiden perempuan dalam pilpres 2022. Jika Robredo menang, maka ia akan tercatat sebagai Presiden Filipina perempuan ke-3 setelah Corazon Aquino pada 1986 dan Gloria Macapagal-Arroyo pada 2001.

Sayangnya jelang awal kampanye, Robredo menuai cercaan dan kecaman pedas di media sosial terutama yang datang dari simpatisan pesaingnya ketika dalam sebuah sesi wawancara di sebuah stasiun radio yang membahas isu sengketa maritim pekan lalu, Robredo menyebut wilayah perairan sengketa dengan sebutan Laut Tiongkok Selatan bukan nama lokal wilayah perairan yang resmi diakui Filipina yaitu Laut Filipina Barat.AFP/RFA/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top