Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kebijakan Pemerintah

Filipina Melarang Impor Unggas dari Australia karena Flu Burung

Foto : AFP/JAY DIRECTO

Peternak menggiring bebeknya di pinggiran Kota Manila, beberapa waktu lalu. Pengiriman unggas domestik dan liar dari Australia yang disembelih atau diproduksi setelah tanggal 9 Mei telah dilarang.

A   A   A   Pengaturan Font

MANILA - Filipina, pada Sabtu (8/6), mengeluarkan larangan impor unggas dan produk unggas dari Australia menyusul kasus flu burung yang terjadi di negara tersebut.

Departemen Pertanian Manila mengatakan dalam sebuah pernyataan, menyebutkan adanya wabah H7N3 dan H7N9, subtipe virus flu burung yang sangat patogen pada tanggal 23 Mei dan 25 Mei di negara bagian Victoria, sebagaimana dikonfirmasi oleh Pusat Kesiapsiagaan Penyakit Australia.

Dikutip dari The Straits Times, dalam sebuah memorandum yang ditandatangani Menteri Pertanian Francisco Tiu Laurel pada 6 Juni, semua pengiriman unggas domestik dan liar dari Australia akan diizinkan asalkan mereka disembelih atau diproduksi pada atau sebelum tanggal 9 Mei.

"Australia adalah negara sumber daging ayam impor terbesar keempat di negara Asia Tenggara, dengan jumlah total 5.365 ton pada bulan April. Pada periode yang sama, Filipina mengimpor 46.987 ekor anak ayam umur sehari dan 30.780 butir telur tetas," kata departemen itu.

Perjalanan ke India

Secara terpisah, Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organisation (WHO) mengatakan seorang anak yang dikonfirmasi sebagai orang pertama yang tertular flu burung H5N1 pada manusia di Australia kemungkinan besar terpapar virus tersebut selama perjalanan ke India.

Anak perempuan berusia 2,5 tahun itu dirawat di rumah sakit pada bulan Maret sekembalinya dan menghabiskan waktu di perawatan intensif di Melbourne sebelum pulih. Keluarga anak tersebut mengatakan mereka tidak pernah terpapar dengan orang atau hewan yang terinfeksi selama berada di sana.

WHO mengatakan 891 kasus infeksi H5N1 pada manusia dilaporkan dari tahun 2003 hingga 22 Mei 2024, termasuk 463 kematian. Kasus-kasus tersebut tersebar di dua lusin.

"Anak tersebut dirawat di rumah sakit pada 2 Maret dan dirawat di sana selama lebih dari dua minggu. Tidak ada kontak keluarga dekat di Australia atau India yang mengalami gejala hingga 22 Mei," kata WHO.

WHO mengatakan pengurutan genetik menunjukkan virus itu adalah subtipe H5N1 dan bagian dari strain yang beredar di Asia Tenggara dan telah terdeteksi pada infeksi sebelumnya pada manusia dan unggas.

Pakar penyakit menular di Pusat Keamanan Kesehatan Johns Hopkins, Amesh Adalja, mengatakan meskipun hal ini akan sulit dilakukan berbulan-bulan setelah kejadian tersebut, penyelidikan diperlukan untuk melihat apakah anak tersebut melakukan kontak dengan unggas atau burung lain atau jika ada wabah versi H5N1 ini di dekatnya.

"Virus H5N1 tidak menular secara efisien antarmanusia dan saya curiga ada paparan hewan yang menyebabkan infeksi tersebut," kata Adalja.

Sementara itu, badan-badan federal dan negara bagian Amerika Serikat, sedang merencanakan penelitian mengenai potensi penyebaran flu burung pada sapi perah.

"Para ilmuwan dan pejabat pemerintah berharap penelitian ini akan memandu upaya membendung virus dan mengurangi paparan terhadap manusia. Penyebaran melalui saluran pernapasan dapat memberi virus lebih banyak peluang untuk berevolusi," kata pejabat pertanian dan kesehatan masyarakat negara bagian Michigan.

Para ilmuwan sejauh ini menduga virus ini menyebar di antara hewan dan manusia melalui kontak dengan susu yang terinfeksi atau tetesan susu yang mengandung aerosol, atau dari paparan terhadap burung atau unggas yang terinfeksi.

Departemen Pertanian dan Pembangunan Pedesaan Michigan bekerja sama dengan Michigan State University dan Departemen Pertanian AS atau US Department of Agriculture (USDA), merencanakan penelitian di pertanian guna mengevaluasi penyebaran penyakit melalui pernapasan.

"Ini merupakan kekhawatiran yang sedang kami kembangkan dan cari tahu lebih lanjut. Penelitian ini merupakan prioritas tinggi dan penting untuk memandu kebijakan publik negara," kata Boring.

Juru Bicara USDA mengatakan lembaga tersebut sedang meneliti infeksi pernapasan pada sapi perah dengan mitra termasuk universitas di seluruh negeri untuk lebih memahami virus ini dan mengendalikan penyebarannya.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top