Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Fantastis Jumlahnya Banyak Sekali! Dirgantara Indonesia Sepakati Kerja Sama Modernisasi 12 Pesawat C130 Senilai Rp2,1 Triliun

Foto : PT Dirgantara Indonesia

Ilustrasi

A   A   A   Pengaturan Font

PT Dirgantara Indonesia bersama Kementerian Pertahanan (Kemenhan) baru-baru ini juga telah menyepakati kontrak kerja sama modernisasi 12 unit pesawat C130 dengan komitmen pendanaan mencapai 149 juta dolar AS atau setara Rp2,1 triliun. Kerja sama itu diresmikan dengan menandatangani dokumen dengan Kepala Badan Sarana Prasarana Pertahanan, Marsekal Muda TNI Yusuf Jauhari, yang disaksikan langsung oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Menteri BUMN Erick Thohir.

"PTDI dan Kementerian Pertahanan sepakati kontrak pekerjaan modernisasi 12 unit pesawat C130 dengan nilai kontrak sebesar 149 juta dolar AS," ujar Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (PTDI), Gita Amperiawan, pada kesempatan yang sama.

Hal ini selaras dengan mandat Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) yang berupaya menekankan Defend ID termasuk PTDI untuk menjadi ujung tombak kemandirian sekaligus bertransformasi membangun ekosistem industri pertahanan yang kuat dan modern. Karenanya, Jokowi menekankan pentingnya penguasaan teknologi dan manufaktur komponen terkini berbasis teknologi dual-use dengan membangun global kerjasama seluas-luasnya.

"Semuanya ajak, tetapi tetap mayoritas kita, agar juga pasar kita bisa lebih membesar. Terus berinovasi mencari cara dan mencari terobosan, baik itu terobosan di bidang SDM (sumber daya manusia), di bidang bahan baku, bidang produk, proses bisnis dan operasionalnya, semuanya. Semuanya harus excellent, yang terbaik," ujar Jokowi.

Jokowi menekankan bahwa Indonesia harus secepatnya membangun kemandirian sekaligus mendorong industri pertahanan. Upaya ini dilakukan agar Indonesia bisa sepenuhnya siap memasuki era persaingan baru seraya mampu memenuhi kebutuhan pertahanan pokok demi menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Kemandirian industri pertahanan harus kita wujudkan bersama-sama, tidak bisa sendiri-sendiri, tidak bisa parsial, tidak bisa. Kita harus perkuat industrinya, kita juga harus bangun ekosistemnya agar tumbuh dan berkembang semakin maju," tegasnya.

Hal ini selaras dengan prinsip PTDI yang berpandangan bahwa alih teknologi harus dilaksanakan secara terpadu dan utuh meliputi perangkat keras, perangkat lunak, dan brainware dengan manusia sebagai intinya. Sebelum berganti nama menjadi PTDI, industri penerbangan Indonesia itu lebih dulu dinamai PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) memiliki filosofi transfer teknologi yang disebut "Mulai di akhir dan Berakhir di awal". Melalui filosofi itu PTDI selalu berupaya menyerap teknologi maju secara progresif dan bertahap dalam suatu proses yang tidak dapat dipisahkan dan didasarkan pada kebutuhan objektif Indonesia. Melalui filosofi ini kemudian dikuasai secara menyeluruh, tidak hanya materi tetapi juga kemampuan dan keterampilan.

Industri pertahanan Indonesia melalui Defend ID juga diharapkan menjadi salah satu dari 50 perusahaan pertahanan global sekaligus menjadi bagian dari rantai pasokan pertahanan global. Untuk mencapai itu, Defend ID harus mampu memperluas pangsa komponen lokal yang digunakan dalam alutsista hingga 50 persen.

"Kita harus bergerak cepat, lincah, dan juga jeli melihat peluang, proaktif menjawab peluang agar bisa menjadi bagian dari rantai pasok global. Ini penting sekali, dengan tetap mengutamakan pemenuhan kebutuhan di dalam negeri," tegas


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top