Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Fakta-fakta Seputar Rudal Balistik Milik Korea Utara yang Mendarat di Zona Ekonomi Eksklusif Jepang

Foto : istimewa

Rudal Korea Utara

A   A   A   Pengaturan Font

Korea Utara (Korut) kembali melancarkan rudal balistik antarbenua (ICBM). Namun rudal tersebut malah mendarat di Jepang yang membuat suasana regional di Asia Timur menjadi tegang.

Media pemerintah Korut mengungkapkan, pemimpin Korut Kim Jong-un secara langsung memandu peluncuran senjata tersebut yang dikenal sebagai Hwasong-17, dan disebut yang tercanggih saat ini. Senjata canggih tersebut, setidaknya secara teoritis mampu menempatkan seluruh daratan Amerika Serikat (AS) dalam jangakauan hulu ledak nuklir Korut.

Dilansir dari AFP, rudal balistik tersebut diterbangkan Korut pada Kamis (24/3) sore waktu setempat dan telah jatuh di perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Jepang, atau sebelah barat pantai utara Jepang.

"Analisis kami saat ini menunjukkan bahwa rudal balistik terbang selama 71 menit dan sekitar 15:44, itu mendarat di perairan dalam Zona Ekonomi Eksklusif Jepang di Laut Jepang sekitar 150 kilometer barat semenanjung Oshima, Hokkaido," kata Menteri Pertahanan Jepang Makoto Oniki, seperti diberitakan kantor berita AFP, dikutip Selasa (29/3).

Sementara itu, rudal tersebut diyakini sebagai rudal balistik antarbenua yang model terbaru dari Korut. Nampaknya, rudal yang barusan meluncur tersebut, terbang di ketinggian lebih dari 6 ribu km, jauh lebih tingi dari ICBM Hwasong-15 yang diluncurkan pada November 2017. Kemudian, Jepang menganggap peristiwa ini serius karena senjata Korut itu sudah masuk ke wilayahnya.

"Pada saat dunia sedang menghadapi invasi Rusia ke Ukraina, Korea Utara terus maju dengan peluncuran yang secara sepihak memperburuk provokasi terhadap komunitas internasional, yang sama sekali tidak dapat dimaafkan," ucap Makoto Oniki.

Dalam kejadian tersebut membuat Jepang tak mau maafkan peristiwa itu, sehingga tindakan Korut memancing ketegangan pojokan Asia Timur. Pemerintah Jepang mengecam tindakan Korut itu dan menyebutnya 'tak bisa dimaafkan'.

Pihak penjaga Pantai Jepang menyebutkan rudal yang diyakini sebagai rudal balistik antarbenua (ICBM) tersbut mendarat sekitar 170 km sebelah barat Cape Tappi, Prefektur Aomori. Pendaratan itu membuat rudal mendarat di dalam wilayah zona ekonomi eksklusif Jepang, yang membentang 200 mil laut (370 km) dari pantainya.

Dilansir dari CNN Internasional, berikut fakta-fakta terkait rudal Korut yang mendarat di perairan Jepang.

Jangkauan Rudal

Media pemerintah Korea Utara pada Jumat (25/3) merilis gambar yang menunjukkan rudal besar berbahan bakar cair ditembakkan dari peluncur bergerak di Bandara Internasional Pyongyang.

Laporan dari media pemerintah Korut, Korean Central News Agency (KCNA) menyebut rudal tersebut mencapai ketinggian maksimum 6.248,5 kilometer (3.905 mil), terbang sejauh 1.090 kilometer (681 mil) dan memiliki waktu penerbangan 68 menit sebelum "mendarat secara akurat di perairan yang direncanakan" antara Semenanjung Korea dan Jepang.

Hal tersebut sangat sesuai dengan perkiraan pemantau Jepang, yang mengatakan rudal itu jatuh di dalam zona ekonomi eksklusif Jepang, sekitar 150 kilometer (93 mil) barat Semenanjung Oshima di Hokkaido, pulau utama paling utara Jepang.

Peluncuran ini merupakan uji coba rudal Korea Utara dengan durasi tertinggi dan terlama yang pernah tercatat.

"Ini adalah rudal berjarak yang paling jauh yang pernah diuji Korea Utara," kata seorang ahli senjata dan profesor di Middlebury Institute of International Studies.

Kemampuan Rudal Memmbawa Hulu Ledak Nuklir

Para ahli mengatakan, Hwasong-17 berukuran cukup besar, sehingga memungkinkan untuk membawa satu atau beberapa senjata nuklir.

"Apa yang benar-benar diwakili oleh ini adalah kemajuan stabil Korea Utara menuju kemampuan untuk menempatkan beberapa hulu ledak nuklir pada target di Amerika Serikat jika terjadi perang," ucap Lewis.

Saat rudal tersebut diuji coba Kamis (24/3) menunjukkan kemungkinan jangkauan rudal, namun para ahli belum mengetauhi jenis muatannya. Terlebih, mengingat berat muatan nantinya mempengaruhi seberapa jauh rudal bisa terbang. Alhasil, para pengamat tidak bisa mengetahui jangkauan rudal tersebut secara pasti.

Kemampuan Korut Menempatkan Hulu Ledak Nuklir Tepat Sasaran

Para ahli mencatat bahwa Pyongyang belum menunjukkan apakah negara tersebut mampu membangun sistem yang berpotensi agar hulu ledak nuklir bertahan saat masuk kembali ke atmosfer Bumi. Hal tersebut mengingat rudal ICBM ditembakkan ke luar angkasa, yang mana hulu ledak harus mampu menahan perjalanan berapi-api melalui lapisan luar atmosfer bumi tanpa terbakar.

"Saya adalah seseorang yang berpikir bahwa itu mungkin akan (bertahan saat masuk kembali). Ada beberapa orang yang agak ragu tentang itu," ujar Lewis.

Namun, kata Lewis, hal tersebut merupakan sesuatu yang bisa dipelajari Korea Utara dari uji coba pada Kamis kemarin.

Program Rudal Korea Utara Selanjutnya

Pemimpin Korut Kim Jong-un telah menyusun rencana ambisius agar Korea Utara memiliki penangkal nuklir yang kredibel, yang berarti persenjataan yang cukup kuat untuk mencegah musuh, terutama Amerika Serikat, sewaktu-waktu mungkin akan menyerang. Berdasarkan laporan KCNA, Kim menegaskan, uji coba pada Kamis lalu, mempertegas bahwa kekuatan strategis Korut benar-benar siap untuk sepenuhnya mengendalikan dan menahan segala upaya militer berbahaya dari imperialis AS.

Sebelumnya, Korea Utara juga telah mengumumkan rencana untuk meningkatkan akurasi rudalnya dan meningkatkan jangkauan hingga 15.000 kilometer (9.320 mil).


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Rivaldi Dani Rahmadi

Komentar

Komentar
()

Top