Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Skandal Kebocoran Data

Facebook Menghadapi Tuntutan dari Para Investor

Foto : AFP/Daniel LEAL - OLIVAS

Kanntor Cambridge Analytica - Aktivitas di depan gedung tempat berkantornya Cambridge Analytica di London, Rabu (21/3). Perusahaan ini diduga menggunakan data Facebook untuk memenangkan Donald Trump pada Pilpres AS 2016.

A   A   A   Pengaturan Font

LONDON - Para investor menuntut manajemen Facebook ke pengadilan karena melakukan pernyataan dan tindakan keliru sebagaimana skandal kebocoran data oleh Cambridge Analytica. Tuntutan ini diikuti oleh sejumlah investor lain yang telah membeli saham Facebook sejak 3 Februari 2017 hingga 19 Maret 2018.


Salah seorang investor Facebook, Fan Yuan, dikabarkan telah mendaftarkan tuntutan di pengadilan San Francisco, Selasa (20/3) waktu setempat.


Facebook juga diklaim tidak mengumumkan pada pemegang saham mengenai kebijakan pengaksesan data miliaran penggunanya pada pihak ketiga.

"Sebagai akibat dari tindakan dan kelalaian terdakwa, serta penurunan nilai saham perusahaan, maka penggugat dan anggota lainnya telah mengalami kerugian yang signifikan," tulis tuntutan tersebut.


Menanggapi tuntutan itu, Deputi Facebook, Paul Grewal, mengatakan perusahaannya berkomitmen untuk tetap mengedepankan perlindungan informasi masyarakat. "Kita akan menempuh langkah apa pun yang dibutuhkan agar informasi terlindungi," ujar Paul.


Sebelumnya, CEO dan Pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, harus menelan pil pahit. Pada senin waktu setempat, saham perusahaan yang dipimpinnya anjlok 7 persen dan membuat harta miliuner ini turut tergerus sebanyak 6,06 miliar dollar AS atau setara 83,3 triliun rupiah.


Dilaporkan, saham Facebook merosot hampir tujuh persen menjadi 172,56 dollar AS usai perusahaan analisis data, Cambridge Analytica (CA), dilaporkan terlibat skandal besar kebocoran data puluhan juta pengguna Facebook.


Cambridge Analytica, perusahaan yang ddikontrak tim kampanye Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, dituding menggunakan jutaan data untuk membuat sebuah program software yang bisa memprediksi dan mempengaruhi pemilihan suara.


Sementara itu, salah satu mantan pendiri Facebook, Brian Acton, mengajak masyarakat untuk ramai-ramai menghapus aplikasi Facebook.

Acton yang meninggalkan perusahaan Facebook September tahun lalu dan mendirikan aplikasi pesan lintas platform, WhatsApp, itu menyuarakan ajakannya lewat media sosial Twitter pribadi. "Sudah saatnya #menghapusFacebook," tulisnya, Rabu (21/3).


Memenangkan Trump


Seperti diketahui, salah pimpinan Cambridge Analytica, Alexander Nix, mengungkapkan ke pubilik bahwa selama ini perusahaannya punya andil besar dalam memenangkan para klien yang bertarung pada pemilihan.

Untuk mewujudkan kemenangan, mereka menggunakan taktik mulai dari mengumpulkan bahan yang merusak reputasi lawan hingga mengirim merekam aktivitas lawan secara sembunyi.


Sementara itu, Christopher Wylie, mantan pegawai Cambridge Analytica yang sekarang jadi whistleblower, mengungkapkan semua data yang dikumpulkan perusahaan digunakan untuk membangun sebuah program perangkat lunak yang kuat untuk memprediksi dan memengaruhi pilihan di kotak suara, salah satunya di Pilpres Amerika 2016, yang dimenangkak Donald Trump. AFP/SB/AR-2

Penulis : AFP, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top