Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Krisis di Sudan

Evakuasi Warga Asing Kian Diintensifkan

Foto : AFP

Pertempuran Sengit I Tentara Sudan yang setia kepada panglima militer Abdel Fattah al-Burhan duduk di atas sebuah tank di Kota Port Sudan pada Kamis (20/4) pekan lalu. Badan-badan PBB melaporkan bahwa akibat pertempuran sengit antara tentara dengan pasukan paramiliter RSF telah menelan korban sedikitnya 459 orang tewas dan lebih dari 4.000 terluka.

A   A   A   Pengaturan Font

KHARTOUM - Gencatan senjata antara jenderal-jenderal Sudan yang bertikai yang ditengahi Amerika Serikat (AS) dilaporkan pada Selasa (25/4) sebagian besar tetap berlaku di Ibu Kota Khartoum ketika negara-negara asing meningkatkan upayanya untuk mengevakuasi warga negara mereka dari negara yang dilanda kekacauan itu.

Gencatan senjata diberlakukan setelah terjadi pertempuran sengit termasuk serangan udara dan serangan artileri selama sepuluh yang telah menewaskan mayoritas ratusan warga sipil dan menyebabkan kehancuran di sekitar Khartoum.

"Khartoum telah mengalami lebih dari sepekan kehancuran yang tak terkatakan," cuit Duta Besar Norwegia, Endre Stiansen, di media sosial, usai ia dievakuasi.

Badan-badan PBB pada Senin (24/4) melaporkan bahwa sedikitnya 459 orang tewas dan lebih dari 4.000 terluka dalam pertempuran sengit di negara terbesar ketiga Afrika itu.

Dilaporkan bahwa ribuan warga Sudan telah mencoba melarikan diri ke Mesir, dan PBB memperingatkan bahwa pihaknya bersiap untuk mengantisipasi eksodus hingga 270.000 pengungsi ke Chad dan Sudan Selatan, dua negara tetangga Sudan yang jauh lebih miskin.

Sejumlah saksi mata melaporkan bahwa intensitas pertempuran mulai berkurang di Khartoum sejak akhir pekan lalu ketika pemerintah asing mengerahkan konvoi bala bantuan, pesawat, dan kapal, untuk mengeluarkan warga negara mereka.

Gencatan Senjata

Sementara itu pihak Angkatan Bersenjata dan Pasukan Dukungan Cepat paramiliter (RSF) Sudan yang bertikai telah menyetujui gencatan senjata setelah melakukan negosiasi yang intens. Hal itu dikemukakan oleh Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, dalam sebuah pernyataan sesaat sebelum gencatan senjata mulai berlaku pada Senin tengah malam.

Dalam cuitannya, RSF menulis bahwa gencatan senjata ini bertujuan untuk membangun koridor kemanusiaan, yang memungkinkan warga dan penduduk untuk mengakses sumber daya penting, kesehatan dan zona aman, serta untuk memberi peluang bagi evakuasi misi diplomatik.

Uni Eropa menyambut baik pengumuman tersebut. "Kami mendesak kedua belah pihak untuk menjunjung tinggi (gencatan senjata) itu," kata petinggi US, Josep Borrell.

Sementara itu Sekjen PBB, Antonio Guterres, pada Senin memperingatkan bahwa Sudan berada di tepi jurang dan kekerasan dapat melanda seluruh wilayah dan sekitarnya.

Sudan, salah satu negara termiskin di dunia, memiliki sejarah kudeta militer yang bermasalah. Konflik terbaru telah mengadu pasukan yang setia kepada panglima militer Abdel Fattah al-Burhan melawan mantan wakilnya Mohamed Hamdan Daglo, yang memimpin RSF.

Kedua jenderal tersebut merebut kekuasaan dalam kudeta tahun 2021, tetapi kemudian berselisih, dan terakhir mereka bertikai karena rencana integrasi RSF ke dalam tentara reguler. AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top