Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Sejarah Evolusi Manusia

Eugene Dubois, Penemu "Manusia Jawa" yang Terlupakan

Foto : ANTARA/Andreas Fitri
A   A   A   Pengaturan Font

Pithecanthropus Erectusditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1891 di Trinil, Ngawi, Jawa Timur. Fosil yang kemudian dinamakanHomo erectusatau Manusia Jawa ini sempat ditolak oleh seorang profesor etnologi di Leiden.

Di Indonesia, semua anak diajarkan mengenal siapa Marie Eugene François Thomas Dubois (Eugene Dubois), seorang paleoantropolog dan ahli geologi yang sangat berjasa. Tapi di negeri asalnya, Belanda, sosoknya hampir tidak dikenal, meski ia merupakan ilmuwan penting dalam teori evolusi.

Perjalanan yang dilakukan di Indonesia memiliki misi menemukan mata rantai yang hilang (missing link) antara kera dan manusia berdasarkan teori evolusi Darwin. Dalam misi yang dilakukan di Pulau Jawa, ia menemukan tengkorak yang hilang yang membantu dalam menjelaskan teori evolusi itu.

Setelah penemuannya yang gemilang di Jawa dan tanpa banyak dikenali banyak orang, dia membangun rumah pedesaan di dekat Roermond. Sebagai orang tua yang tidak dikenal, ia melakukan eksperimen ekologi. Di sana naturalis itu menyimpan tengkorak Jawa di brankas dengan dinding logam tahan api.

Dubois yang hidup antara 1858 hingga 1940 adalah putra apoteker dan juga walikota Eijsden, dekat Sint Pietersberg. Saat masih kecil, dia mencari bebatuan dan fosil di daerah tersebut serta tanaman obat bersama ayah dan saudara laki-lakinya, Victor.

Pada 1868 saat mendengar dari seorang guru bahwa ahli biologi Jerman, Karl Vogt, akan datang untuk memberikan ceramah tentang teori evolusi. Eugène ingin pergi ke ceramah itu, tetapi ayahnya menganggap dia masih terlalu muda.

Pada tahun terakhir sekolah menengahnya, ia amat ingin melanjutkan pelatihan kedokteran di bidang farmasi. Namun ternyata Dubois amat menguasai anatomi komparatif, berfokus pada asal-usul manusia, melepaskan kariernya sebagai ahli anatomi lalu memilih untuk tinggal bersama Anna dan putrinya, Eugenie, sebagai dokter tentara di Hindia Belanda pada tahun 1887.

Dubois awalnya ditempatkan di Sumatra. Karena tak menemukan apa yang dicarinya, dia meminta dipindahkan ke Jawa Timur. Keluarganya pergi ke Tulungagung, tempat Dubois pernah dirawat di rumah sakit setempat. Dia berteman dengan pemilik perkebunan Adam Prentice, yang darinya dia mendapat simpati atas obsesinya terhadap fosil.

Dubois, yang didukung secara finansial oleh pemerintah Belanda, melanjutkan pekerjaan arkeologinya. dan pada 1891, ia menemukan tengkorak dan geraham yang tidak normal di dekat Trinil di dasar tanah liat Sungai Solo, yang pastinya milik pendahuluHomo sapiens.

Karena tutup tengkoraknya menebal di atas mata, awalnya tampak seperti fosil penyu. Namun setelah menghilangkan lapisan tanah dengan bor gigi, barulah muncul gagasan tentang tengkorak. Setahun kemudian, tulang paha kiri ditemukan lima belas meter jauhnya.

Ia menulis bahwa tulang sepanjang itu tidak terdapat pada kera, tidak cocok untuk memanjat pohon, dan memiliki peran yang sama seperti pada tubuh manusia. Kini dapat dipastikan bahwa spesies ini berdiri tegak dan bergerak seperti manusia.

Dubois menyebut temuannyaPithecanthropus erectus. Sementara itu, ia juga telah menemukan teknik baru untuk mengukur fosil seakurat mungkin agar dapat dibandingkan dan memotretnya secara optimal, tanpa distorsi. Publikasinya tentang mata rantai yang hilang mendapat reaksi kritis, yang membuatnya sulit untuk diproses.

Sebelum kembali ke Belanda setelah dinas militer pada akhir 1895, Dubois mengunjungi penggalian di India utara karena di sana ditemukan fosil Siwalik. Dia melengkapi ekspedisinya dengan seekor gajah yang dipinjam dari maharaja setempat, tetapi tidak menemukan sesuatu yang aneh.

Diserang Kritikus

Sekembalinya ke Belanda, seorang profesor etnologi di Leiden menyebut penemuan dan teorinya tidak masuk akal. Saat itu semakin banyak kritikus yang membantah temuannya. Namun di Prancis ia justru lebih dihargai. Ia bahkan menerima penghargaan Prix Broca di Prancis untuk pencapaian luar biasa di bidang antropologi.

Koleksi temuan Dubois pada 2014 lalu ditemukan oleh Jose Joordens, anggota Human Origins Group di Universitas Leiden, yang kemudian menerbitkan temuan itu di jurnalNature.

Dubois kemudian ditunjuk sebagai profesor kristalografi, mineralogi, geologi dan paleontologi di Universitas Amsterdam.

Selain nenek moyang manusia dan teoricephalizationyaitu hubungan antara ukuran tubuh dan ukuran otak, Dubois diketahui melakukan penelitian geologi, seperti asal usul wilayah yang disebut Hondsrug dan perkembangan iklim masa lalu.

Semasa hidupnya, Dubois menerbitkan dua puluh tujuh artikel ilmiah antara 1911 dan 1920, dianugerahi gelar kebangsawanan. Dubois meninggal karena serangan jantung pada akhir tahun 1940. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top