Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Krisis Timur Tengah l Presiden Trump Bersedia Berunding dengan Pemimpin di Tehran

Eropa Tolak Ultimatum Iran

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Negara-negara Eropa yang meneken perjanjian nuklir Iran 2015, menolak ultimatum yang dikeluarkan Tehran. Negara-negara itu pun mendesak Iran menahan diri dan tetap menaati komitmennya.

SIBIU - Negara-negara kuat Eropa pada Kamis (9/5) mengecam ancaman Tehran untuk melanjutkan progran nuklirnya. Tiga negara Eropa yang meneken perjanjian nuklir Iran 2015, meminta agar Iran tetap berkomitmen pada perjanjian nuklir setelah sebelumnya Tehran menyatakan tak akan lagi menghormati pembatasan yang tercantum dalam kesepakatan perjanjian itu.

"Kami mendesak Iran agar terus menerapkan seluruh komitmennya sesuai dengan perjanjian nuklir Iran 2015 dan menahan diri agar tak melakukan peningkatan eskalasi," demikian pernyataan bersama negara-negara Eropa. "Kami menolak setiap ultimatum dan kami akan menilai kepatuhan Iran berdasarkan kinerja Iran terkait komitmen nuklirnya di bawah perjanjian nuklir 2015," imbuh mereka.

Eropa menolak ultimatum yang dikeluarkan Presiden Iran, Hassan Rouhani, yang mengancam untuk melanjutkan program nuklirnya jika negara-negara Eropa tak lagi memberikan kelonggaran sanksi dalam tempo 60 hari, agar bisa mengimbangi serangan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, yang menyasar perekonomian Iran.

Setahun lalu, AS keluar dari perjanjian nuklir Iran 2015 setelah Presiden Trump menyatakan tak puas atas isi perjanjian itu yang diteken oleh mantan Presiden AS, Barack Obama.

Reaksi negara-negara Eropa itu mendapat tanggapan secara tajam dari Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, yang menyebut negara-negara itu telah tunduk atas intimidasi AS. "Alih-alih menuntut bahwa Iran secara sepihak mematuhi perjanjian multilateral, Eropa seharus menegakkan kewajiban," cuit Zarif di media sosial.

Sementara itu Presiden Trump menyatakan kesediaannya untuk bertemu dengan para pemimpin Iran. "Saya ingin mereka (pemimpin Iran) menghubungi saya," kata Presiden Trump. "Kami tak ingin Iran memiliki senjata nuklir, dan permintaan itu tak berlebih-lebihan," imbuh dia.

Menyikapi kesediaan Trump untuk berunding, wakil kepala Pengawal Revolusi Iran (IRGC) pada Jumat (10/5) mengatakan bahwa Teheran tidak akan menggelar pembicaraan dengan musuh mereka. Selain itu IRGC berpendapat bahwa Washington DC tidak akan berani melancarkan aksi militer terhadap Iran kami.

"Tidak ada pembicaraan yang dilakukan dengan pihak AS dan AS tidak berani mengambil tindakan militer untuk melawan kami," ungkap wakil kepala urusan politik IRGC, Yadollah Javani, seperti dikutip kantor berita Tasnim. "Negara kami melihat bahwa AS tidak bisa dipercaya," imbuh Janani.

Kekuatan Militer

Ketegangan antara AS-Iran semakin meruncing setelah Washington DC mengumumkan menempatkan kekuatan militernya seperti kapal induk dan pesawat bomber yang sanggup membawa senjata nuklir ke kawasan Timur Tengah. Langkah ini diambil AS setelah ada laporan Iran sedang menyiapkan serangan atas sekutu dan kepentingan AS di kawasan Timur Tengah.

Kabar terkini menyebutkan bahwa 4 unit pesawat bomber B-52 Stratofortress telah mendarat di pangkalan udara Al Udeid di Doha, Qatar. Pesawat-pesawat bomber itu tiba secara bergilir pada Rabu (8/5) dan kamis lalu.

Sementara kapal induk AS, USS Abraham Lincoln, dilaporkan telah melewati Terusan Suez. Kapal induk AS ini dilaporkan dalam misi rotasi untuk menggantikan kapal induk AS lainnya yang sebelumnya beroperasi di kawasan Timur Tengah. ang/AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top