Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pohon Impian

Eratkan Ibu-Anak dalam Balutan Drama Musikal

Foto : koran jakarta/gemma purbaya
A   A   A   Pengaturan Font

Hari Ibu pada 22 Desember lalu bukan sekadar ungkapan simbolis atas perjuangan ibu dalam merawat keluarga, melainkan juga menjadi momen membangun ikatan antara ibu dan anak. Itulah yang mendasari Nivea Creme, untuk mengadakan pertunjukan drama musikal guna mengeratkan ikatan antara ibu dan anak.

Bertajuk Pohon Impian, Nivea menginginkan pertunjukan drama musikal ini menjadi momen intim orang tua dan anak. "Jadi bisa membangun ikatan dan memberikan kesanpositif ke pada anak melalui pertunjukan drama musikal dan dongeng," kata Arun Nurhandayani, Brand Manager Nivea Creme.

Ia bercerita ini merupakan momen yang luar biasa dalam mengombinasikan antara dongeng dan menyanyi di atas panggung. Arun melihat semakin ke sini, interaksi antara ibu dan anak dapat menjadi kuat melalui hal tersebut. Selain karena cara paling mudah untuk membangun interaksi dan ikatan dengan anak melalui berkomunikasi.

"Jadi sang ibu bisa berkaca (melalui pertunjukan Pohon Impian), sesibuk apapun tidak boleh lupa untuk memberikan sentuhan ibu. Sehingga ibu bisa memiliki kedekatan emosional yang kuat," katanya.

Sejak melakukan kampanye pada 28 November, adanya drama musikal ini diharapkan dapat dinikmati karena antusiasme yang luar biasa. Targetnya, kampanye ini bisa diterima seluruh keluarga, khususnya ibu-ibu milenial karena pentingnya sentuhan ibu merupakan pencapaian luar biasa, mengingat sekarang dunia serba digital dan orang tua lebih sadar akan media sosial.

Sehingga, waktu membangun ikatan antara ibu dan anak sangat penting guna membangun karakter dan kepribadian anak di masa depan, selain dapat memberikan kegembiraan pada ibu dan anak. "Pementasan drama musikal ini sarat sentuhan ibu, makanya pertunjukan ini diharapkan bisa membangun kegembiraan," tutur Arun.

Nurul Susantono, sutradara pementasan ini ingin memberikan pesan edukatif untuk mengubah pikiran orang pada hal-hal yang terjadi sehari-hari. "Sebenarnya suka dengan ide kampanye ini dan tertantang untuk membuat pesan dengan menggunakan karya seni yang edukatif untuk mengubah pikiran pada hal sehari-hari," katanya.

Ia berharap agar tidak hanya penonton terhibur, tetapi bisa menangkap pesan moral yang ia sampaikan. Itu karena biasanya setiap orang memiliki masalah sehari-hari yang sulit untuk diungkapkan dan melalui pertunjukan drama musikal ini, semua dapat tercurahkan terutama yang biasanya dipikirkan orang tua dan anak.

Dengan persiapan yang cukup singkat yaitu akhir Oktober, JakartaMoveIn berhasil membuat 2.200 penonton hari itu terpana dengan melibatkan sekitar 20 orang di Teater CiputraArtpreneur. Berdurasi 90 menit, penonton melihat beragam aktivitas keseharian yang lebih komikal dan imajinatif serta disuguhkan dengan naskah dan lagu original yang benar-benar baru. gma/R-1

Dekatkan Kebersamaan melalui Dongeng

Tidak ingin berhenti di pertunjukan drama musikal, kisah Pohon Impian pun diterbitkan dalam bentuk buku dongeng. Arun mengatakan hal itu bertujuan agar kampanye membangun kedekatan bersama anak, tidak berhenti saat menyaksikan drama musikal saja. Namun juga bisa terus berlanjut hingga ke rumah. Karena menurut Arun, ketika orang tua membacakan dongeng pada anaknya sama dengan membangun momen intim keluarga. "Melalui dongeng juga Ibu mampu memberikan karakter yang kuat untuk anaknya," ujarnya.

Terlebih, jika melihat anak zaman sekarang diberikan gadget, melihat video itu merupakan interaksi satu arah. Sedangkan jika ibu mendongeng, ibu dapat memilih cerita apa yang ingin diceritakan dan anak bisa bertanya mengenai apa yang diceritakan sehingga menjadikannya komunikasi dua arah. "Jadi fokus agar kedekatan ibu dan anak tidak dihabiskan dengan kesibukan masing-masing tetapi juga menghabiskan waktu bersama," ujar Arun.

Dipilihnya dongeng Pohon Impian yang dipentaskan ataupun diterbitkan dalam bentuk buku karena Arun melihat meskipun Indonesia sangat kaya akan cerita, namun ceritanya kurang relevan untuk saat ini, hingga akhirnya timnya bekerja sama dengan JakartaMoveIn mengembangkan cerita baru. "Indonesia kaya akan cerita, tetapi jika disajikan lagi sekarang tidak bisa diterima ibu dan anak, atau kurang relevan. Akhirnya, kami pun membuat cerita baru yang bisa diikuti ibu dan anak zaman sekarang," jelasnya.

Pohon Impian menceritakan kisah ibu dan anak, Imaji dan Angan, yang memiliki pohon impian. Suatu hari, tuan Pongah menginginkan pohon itu dan mencurinya. Imaji pun mengejarnya guna mendapatkannya kembali. Tetapi, Angan tidak berdiam diri ketika melihat ibunya berusaha sendirian mendapatkan pohon impian itu. Ia pun ikut mencari ibunya dengan bantuan teman-temannya. Keduanya pun dapat meraih pohon impian dengan saling bekerja sama dan saling melindungi satu sama lain. gma/R-1

Bangun Potensi Diri

Menjadi ibu bukan berarti tidak bisa apa-apa ataupun tidak mengetahui apa kemampuan dirinya sehingga memiliki keterampilan lain. Itulah yang diutarakan Indah Diana, Founder dan President Director PT Persada Dirgantara Internasional.

Ia mengatakan menjadi ibu rumah tangga (IRT) bisa tidak monoton, namun juga dapat melakukan kegiatan lain sehingga hidup bisa lebih berarti untuk diri sendiri maupun orang lain. "Jadi wanita harus aktif, jadi tidak merasa bosan dengan hidup kita. Karena mendidik anak juga memerlukan wawasan," katanya dalam acara What's On Jakarta Community di Omah Pawon beberapa saat lalu.

Ia menyarankan IRT untuk memulainya melalui kegiatan seperti mengikuti komunitas yang bermanfaat agar mendapatkan tips dan saran yang berguna untuk kehidupan berkeluarga. Memang untuk memulai suatu awal tidaklah mudah, harus diiringi dengan niat dan kewajiban bahwa tugas utama ibu adalah merawat anak dan mendidik kelurarga.

Namun, kalau sudah niat biasanya akan lebih mudah mencari jalan dan kemampuan yang dimiliki. Tidak dipungkiri, hal yang paling sulit untuk dilakukan adalah menemukan kemampuan atau keterampilan yang dimiliki khususnya pada IRT. Karena sebagian besar waktu IRT tersita mengurus keluarga, sehingga tidak mempunyai waktu untuk memikirkan hal yang lain.

"Kadang-kadang kalau kita mencari apa kemampuan kita tidak ketemu, jadi jalani saja sesuatu yang kita senangi dan menjadi ciri khasnya kita. Waktu yang akan mempertemukan kita dengan karir kita. Jangan duduk diam saja, tetapi harus ada usahanya juga," kata Indah.

Indah menuturkan tidak apa jika IRT memulai bisnisnya melalui bisnis online yang tengah marak belakangan ini. Namun, agar bisnis tersebut dapat tetap langgeng, harus memiliki suatu ciri khas. Karena jika bisnis tersebut hanya sekadar ikut-ikutan atau mengikuti tren, nantinya tidak akan mampu bertahan dalam persaingan pasar. Selain itu ia menyarankan agar dalam menjalankan bisnis dalam skala kecil sekali pun harus diiringi dengan perhitungan. "Harus ada perhitungan, tetapi juga jangan terlalu takut karena nanti tidak akan mulaimulai," pungkasnya. gma/R-1

Komentar

Komentar
()

Top