Era Digital Momok Dunia Buku
Era Digitalisasi Perbukuan - (Dari kiri) Kepala Perpustakaan Nasional, Syarif Bando, Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), Rosidayati Rozalina, dan Ketua Pengurus Harian Yayasan Obor Indonesia, Kartini Nurdin, menjadi narasumber dalam diskusi bertema Era Digitalisasi Perbukuan di Indonesia International Book Fair, di Jakarta, Minggu (10/9).
"Misal, untuk memantau naikturunnya tren buku dan literasi. Jika dikawinkan dengan penjualan buku akan powerfull sekali untuk menjadi data industri," kata Rosidayati. Meski memasuki era digitalisasi buku, Rosidayati tetap meyakini bahwa keberadaan buku cetak tidak akan kehilangan penggemarnya.
"Buku punya kelebihan, ada rasa tersendiri memegang buku fisik, sedangkan buku digital harus memiliki gawai, dan harus ada listrik jika mau membaca," jelasnya. Buku digital diakuinya memiliki kelebihan dari sisi kemudahan untuk mengawasi konten buku itu sendiri. Seperti yang banyak ditemukan konten- konten negatif di buku-buku pelajaran.
"Kalau di buku cetak mungkin konten negarif bisa terlewat, tapi kalau sudah ada digitalnya akan lebih mudah mengawasi konten," jelas dia. Ketua Pengurus Harian Yayasan Obor Indonesia (YOI), Kartini Nurdin, mengatakan era digital adalah sebuah keniscayaan, tidak terkecuali untuk dunia perbukuan. Hal itu membuat YOI juga mengikuti perkembangan teknologi tersebut. Dari 1.500 judul yang diterbitkan, sebanyak 50 persen dari buku yang diterbitkan pihaknya telah memiliki versi digital. "50 persen sudah kami digitalisasikan," kata Kartini. cit/E-3
Komentar
()Muat lainnya