Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Epidemiolog: Prediksi Puncak Gelombang Kasus Covid-19 Harus Akurat

Foto : istimewa

Epidemiolog dari Universitas Griffith, Dicky Budiman,

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Epidemiolog dari Universitas Griffith, Dicky Budiman, menyebut, prediksi puncak atau gelombang kasus Covid-19 harus akurat. Untuk itu, perlu dilihat juga kekuatan pengetesan untuk menjamin akurasi.

"Kalau bicara ketepatan kita harus ingat bahwa ini berdasar pada seberapa kuat strategi testing-testing-nya. Karena kalau testing tidak memadai, tidak akurat, ketepatan masa puncak kasus infeksi tidak akurat," ujar Dicky, kepada Koran Jakarta, Selasa (5/7).

Dia menerangkan, ada tiga jenis puncak kasus Covid-19. Ketiganya yaitu, puncak kasus infeksi, kesakitan, dan kematian.

Ditambahkannya, tiga puncak kasus biasanya berada dalam interval waktu berbeda. Sedangkan, di Indonesia dari beberapa gelombang seringkali masa puncaknya berdekatan karena testing pasif. "Jadi yang datang, bergejala, baru ditesting," jelasnya.

Dicky mengatakan, kondisi saat ini msyarakat semakin menurun kesadaran untuk testing. Kondisi tersebut berisiko dengan situasi puncak kasus yang berdekatan. "Di situ orang bergejala dia datang, terlambat ditangani, dan banyak yang meninggal juga. Itu yang dalam pola seperti Varian Delta khususnya," katanya.

Lebih lanjut, Dicky meminta masyarakat waspada terkait adanya subvarian B.A. 4 dan B.A. 5. Menurutnya, meski varian tersebut memiliki tingkat dampak keparahan rendah, tapi kemampuan infeksi dan menurunkan efikasi dari antibodi infeksi maupun vaksinasi, lebih tinggi dari varian lain.

"Ada riset di Tokyo dia tidak kalah parah dengan delta. Setidaknya dua itu saja sudah membuat waspada," terangnya.

Dia meminta, masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan. Di sisi lain, pemerintah juga harus tetap mengadakan pengetatan dan meningkatkan testing serta cakupan vaksinasi. "Literasi dan strategi komunikasi risiko harus diperbaiki. Ini konsistensinya harus terus dijaga dalam strategi dan membangun kebencanaan," tandasnya.


Redaktur : Sriyono
Penulis : Muhamad Ma'rup

Komentar

Komentar
()

Top