Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kinerja Perusahaan - MYOR Harus Berhati-hati dalam Penyediaan Bahan Baku

Emiten Barang Konsumsi Serap Belanja Modal Rp350 Miliar

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

TANGERANG - PT Mayora Indah Tbk (MYOR) mencatatkan serapan belanja modal (capital expendicture/capex) hingga Mei 2019 sebesar 350 miliar rupiah. Serapan belanja modal tersebut digunakan untuk ekspansi pabrik di Balaraja, Tangerang, Banten. Dalam ekspansi pabrik tersebut dapat menambah kapasitas produksi hingga 15 persen.

Direktur Keuangan Mayora Indah, Hendrik Polisar, mengatakan untuk kebutuhan belanja modal biasanya Perseroan rutin mengalokasikan sekitar 600 miliar rupiah hingga 1 triliun rupiah setiap tahun. Adapun anggaran belanja modal tersebut berasal dari kas internal Perseroan dan pinjaman perbankan. "Jadi sampai Mei 2019, capex kami sudah terserap 350 miliar rupiah," ungkapnya di Tangerang, pekan lalu.

Pada tahun ini, emiten barang konsumsi (consumer goods) tersebut juga tidak berencana mencari pendanaan dari pasar modal. Padahal, Perseroan masih memiliki dana sisa Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) I Obligasi Berkelanjutan I sebesar 450 miliar rupiah. "Setelah issued yang ketiga kemudian tingkat bunga naik, sehingga kami tidak menggunakan sisanya. Jadi kami tidak menerbitkan obligasi dan lebuh menggunakan dana dari internal," kata dia.

Sekretaris Perusahaan Mayora Indah, Yuni Gunawan, menambahkan untuk kapasitas baru di pabrik Balaraja diharapkan dapat beroperasi tahun ini. Apalagi bangunan pabrik telah selesai dan saat ini dalam proses instalasi mesin. "Semoga tahun ini bisa beroperasi," imbuh Hendrik.

Pada pembangunan pabrik di Balaraja, Perseroan melakukan investasi sebesar 567 miliar rupiah atau 2,36 persen dari omzet untuk belanja modal. Dari keseluruhan jumlah itu sebesar 282 miliar rupiah digunakan untuk pembangunan pabrik baru. Sebelumnya, Perseroan berencana menambah 3 line produk biskuit dan 15 line produk wafer. Perseroan lalu membeli tanah seluas 51.406 meter persegi di Balaraja, Banten.

Kinerja Keuangan

Pada tahun ini, Perseroan memproyeksikan penjualan tumbuh 11,1 persen atau sebesar 26,73 triliun rupiah dan laba bersih tumbuh 9,7 persen menjadi 1,93 triliun rupiah. Adapun pada 2018, Perseroan membukukan penjualan 24,06 triliun rupiah dan laba bersih 1,76 triliun rupiah.

Hingga kuartal I-2019, Perseroan membukukan penjualan 11,1 persen menjadi 6,01 triliun rupiah, sedangkan laba bersih naik 0,4 persen menjadi 480 miliar rupiah. Pertumbuhan perekonomian yang masih rendah menjadi kendala perseroan. "Kendala lainnya seperti hadirnya produsen lokal dan produk impor yang semakin banyak beredar. Perseroan juga harus berhati-hati dalam penyediaan bahan baku," kata Hendrik.

Sebelumnya, Presiden Direktur Mayora Indah, Andre Atmadja, menyatakan Perseroan terus mengembangkan pasar ekspor dengan menambah sejumlah pasar baru. Perseroan pun mulai masuk ke negara-negara Eropa Timur setelah berhasil masuk ke Rusia. Untuk ekspor ke Rusia berupa kopi saset dan makanan minuman ringan.

"Kami targetkan ekspor 2.000 kontainer atau setara dengan USD40 juta. Selain produk kopi, kami juga akan mengekspor produk biskuit tahun ini " kata Andre. Perseroan juga mengembangkan pasar di beberapa negara Afrika yang belum tergarap maksimal. Hingga kuartal I-2019, penjualan ekspor berkontribusu 39,93 persen atau sebesar 2,40 triliun rupiah terhadap total penjualan.

yni/AR-2

Penulis : Yuni Rahmi

Komentar

Komentar
()

Top