Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Prospek Usaha - Produsen Baja Nasional Tunggu Aturan Antidumping dari Menkeu

Emiten Baja Realisasikan Kawasan Baja 10 Juta Ton

Foto : ANTARA/Asep Fathulrahman

Pekerja memeriksa kualitas lempengan baja panas di pabrik pembuatan hot rolled coil (HRC) PT Krakatau Steel (Persero) Tbk di Cilegon, Banten. Pemerintah mendorong Krakatau Steel terus mengembangkan klaster industri baja untuk mewujudkan target produksi 10 juta ton baja pada tahun 2025 seiring terus berkembangnya permintaan termasuk dari negara tetangga Malaysia yang saat ini membuka pasar tanpa hambatan tarif untuk baja Indonesia setelah negara tersebut tidak lagi memproduksi HRC.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) melakukan kemitraan dengan POSCO Korea guna mewujudkan kawasan produksi atau Klaster Baja dengan kapasitas 10 juta ton di Cilegon, Banten. Klaster Baja 10 juta ton terdiri dari fasilitas produksi existing (milik KRAS dan PT Krakatau Posco) ditambah dengan pembangunan fasilitas produksi baru.

Direktur Utama Krakatau Steel, Silmy Karim, mengatakan di tahun 2019 ini pabrik hot strip mill No 2 (HSM#2) sebagai bagian dari Klaster Baja 10 juta ton,untuk tahap mechanical completion pada akhir April 2019. Nilai investasi pabrik HSM#2 mencapai 515 juta dollar AS dan kapasitas tahap awal sebesar 1,5 juta ton.

Selanjutnya hingga tahun 2025 disusul dengan pembangunan pabrik-pabrik rolling mill lainnya seperti cold rolling mill #2 dan #3 serta penambahan kapasitas HSM#2. "Upaya peningkatan kapasitas produksi melalui Klaster Baja 10 juta ton dilakukan secara bertahap dan ditargetkan tercapai 2025," ungkapnya, di Jakarta, Kamis (21/3).

Meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan dan kendala, apalagi kondisi persaingan yang semakin sengit dengan produk impor dengan harga murah sehingga merugikan, namun KRAS terus optimistis melakukan investasi yang ditujukan meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan domestik dan dapat mensubtitusi produk impor sebagai upaya untuk memperkuat daya saing industri baja nasional.

Menurut Silmy, saat ini masih terdapat lima usulan utama yang perlu menjadi perhatian Pemerintah dalam mendukung terwujudnya Klaster Baja 10 juta ton di Cilegon. Pertama, percepatan penetapan perpanjangan pengenaan bea masuk anti dumping untuk produk hot rolled coil, cold rolled coil, dan hot rolled plate.

Kedua, penghentian pemberian izin investasi baru untuk pabrik baja lembaran canai panas (hot strip mill) dan baja lembaran canai dingin (cold rolling mill). Ketiga, efektivitas dan pengawasan terhadap implementasi Permendag Nomor 110/2018. Keempat, peninjauan ulang tarif free trade agreement. kelima, pengenaan bea masuk antidumping di Free Trade Zone Area Batam.

Peraturan Menkeu

Silmy menjelaskan, saat ini produsen baja nasional masih menunggu penetapan perpanjangan melalui penerbitan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) atas beberapa kasus antidumping.

Pertama, sunset review antidumping CRC/S impor dari Jepang, Korea, Tiongkok, Taiwan, dan Vietnam. Kedua, interim review dan sunset review antidumping HRC impor dari Korea dan Malaysia. Ketiga, sunset review antidumping HRC Tiongkok, India, Rusia, Kazakhstan, Belarusia, Taiwan dan Thailand. Keempat, sunset review HRP Tiongkok, Singapura, dan Ukraina.

Selain itu, adanya usulan penghentian pemberian izin investasi khususnya untuk investasi baru pabrik hot strip mill dan cold rolling mill berdasarkan data supply-demand produk baja tahun 2017 dari Asosiasi Besi dan Baja Nasional (The Indonesian Iron & Steel Industry Association/IISIA), bahwa konsumsi HRC dalam negeri pada 2019 mengalami peningkatan sebesar 6,5 persen menjadi empat juta ton.

Sementara kapasitas produksi HRC setelah adanya penambahan kapasitas dari #HSM2 Krakatau Steel sebesar 30,9 persen menjadi 4,8 juta ton. "Investasi yang dilakukan KRAS dengan POSCO Korea melalui Klaster Baja 10 juta ton di Cilegon dapat dipastikan bahwa kondisi pasar baja nasional akan mengalami over supply," pungkas Silmy.

yni/AR-2

Penulis : Yuni Rahmi

Komentar

Komentar
()

Top