Emisi CO2 dari Energi Global Akan Mencapai Puncak Tahun Ini
Pemandangan menunjukkan emisi dari cerobong asap pembangkit listrik tenaga batu bara Electricite de France (EDF) di Cordemais dekat Nantes, Prancis, 20 Januari 2022.
Foto: istimewaLONDON - Sebuah laporan oleh konsultan Det Norske Veritas (DNV), pada hari Rabu (9/10), menyarankan, emisi karbon dioksida (CO2) global dari sektor energi kemungkinan akan mencapai puncaknya tahun ini karena turunnya biaya tenaga surya dan baterai yang mendorong berkurangnya penggunaan listrik berbahan bakar batu bara dan minyak.
Dikutip dari The Straits Times, emisi C02 global meningkat ke rekor tertinggi baru tahun lalu, yang membuat sasaran untuk membatasi pemanasan hingga 1,5 derajat Celsius semakin tidak tercapai, kata para ahli dan ilmuwan iklim.
DNV mengatakan, meskipun emisi mencapai puncaknya tahun ini, emisi tersebut bersifat kumulatif dan penurunan perlahan setelah puncaknya berarti pemanasan sebesar 2,2C merupakan skenario yang paling mungkin terjadi pada abad ini.
Pembangunan panel surya fotovoltaik atau Photovoltaic (PV) dan baterai sedang berkembang pesat. Pada tahun 2023, pemasangan panel surya baru melonjak hingga 80 persen hingga mencapai 400 gigawatt (GW) dan biaya di banyak wilayah menjadi lebih murah daripada batu bara. Karena harga baterai juga turun, daya surya dan penyimpanan 24 jam menjadi lebih mudah diakses.
Harga baterai turun 14 persen tahun lalu dan diperkirakan akan terus turun, yang berarti kendaraan listrik juga akan menjadi lebih murah.
Panel Surya
Tiongkok tetap menjadi konsumen batu bara terbesar di dunia dan penghasil emisi CO2 terbesar, tetapi tahun lalu negara itu menyumbang 58 persen pemasangan panel surya global dan 63 persen pembelian kendaraan listrik baru.
Ketergantungannya pada bahan bakar fosil diperkirakan akan menurun cepat karena terus dipasangnya lebih banyak tenaga surya dan angin.
"PV surya dan baterai mendorong transisi energi, tumbuh bahkan lebih cepat dari perkiraan kami sebelumnya," kata Remi Eriksen, presiden grup dan kepala eksekutif DNV.
"Puncak emisi merupakan tonggak sejarah bagi umat manusia. Namun, kini kita harus fokus pada seberapa cepat emisi menurun dan menggunakan perangkat yang tersedia untuk mempercepat transisi energi," imbuhnya.
Dalam laporan prospek energi tahun ini, perusahaan minyak dan gas utama British Petroleum (BP) memperkirakan puncak emisi CO2 dari sektor energi pada pertengahan dekade ini berdasarkan tren saat ini.
Shell memperkirakan emisi CO2 dari penggunaan energi, proses industri, dan penggunaan lahan dapat mencapai puncaknya pada tahun 2030 sebesar 10 persen di atas tingkat tahun 2010.
Berita Trending
- 1 Ini Gagasan dari 4 Paslon Pilkada Jabar untuk Memperkuat Toleransi Beragama
- 2 Pasangan Andika-Hendi Tak Gelar Kampanye Akbar Jelang Pemungutan Suara Pilgub Jateng
- 3 Cawagub DKI Rano Karno Usul Ada Ekosistem Pengolahan Sampah di Perumahan
- 4 Pusat perbelanjaan konveksi terbesar di Situbondo ludes terbakar
- 5 Ini Cuplikan Tema Debat Ketiga Pilkada DKI
Berita Terkini
- DKI Uji Coba Makan Bergizi Gratis Lagi Pada 11 Sekolah di Palmerah
- Pemkot Jakbar Berkomitmen Kurangi Pengiriman Sampah ke TPST Bantar Gebang
- Pemerintah Genjot Penyerapan Garam Lokal pada 2024 dan 2025
- Gandeng Norwegia, KKP Tingkatkan Kualitas Uji Mutu Produk Perikanan
- Menteri Hukum Tegaskan Ibu Kota Negara Masih DKI Jakarta