Emak-emak Perlu Mengetahui Ini, Pakar: Madu Bisa Jadi Pertolongan Pertama Saat Anak Telan Benda Asing
Tangkapan Layar Konsultan Gastrohepatologi Anak IDAI Dr dr Ariani Dewi Widodo dalam diskusi tentang pertolongan pertama anak yang menelan benda asing, diikuti secara daring di Jakarta, Kamis (9/11/2023).
Foto: ANTARA/Lintang Budiyanti PrameswariJakarta - Konsultan Gastrohepatologi Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr drAriani Dewi Widodo menyatakan bahwa madu bisa menjadi pertolongan pertama ketika anak didapati menelan benda asing.
"Pertolongan pertama bisa diberikan madu, diharapkan madu itu bisa melindungi dan mengisi area di sekitar benda asing yang masuk dengan jaringan di dalam tubuh supaya tidak merusak," katanyadalam diskusi bersama IDAIsecara daring di Jakarta, Kamis.
Dokter yang merupakan lulusan Universitas Indonesia, Depok ini menjelaskan meski madu belum boleh diberikan kepada anak usia di bawah satu tahun, tetapi untuk keadaan darurat maka bisa diberikan, dan setelah itu anak perlu segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut.
"Madu tidak bisa diberikan pada bayi di bawah satu tahun, tetapi untuk keadaanemergencybisa dilakukan, tetapi hanya untuk itu (darurat) saja ya," ujar dia.
Data yang disampaikan Ariani berdasarkan American Association of Poison Control Centerspada 2019, kasus ingesti (menelan benda asing) sebagian besar terjadi pada anak di bawah lima tahun (67.186 kasus) dan dewasa di atas 20 tahun (12.223 kasus).
"Kira-kira 70 persen pada anak (ingesti), kalau pada remaja seringnya tidak sengaja, atau untuk maksud tertentu, misalnya mengalami gangguan mental dan sengaja menelan benda asing atau cairan tertentu untuk bunuh diri," katanya.
Selain memberikan madu, iajuga menekankan pentingnya orang tua, keluarga, atau pengasuh anak memiliki kemampuan resusitasi atau pertolongan pertama pada orang yang mengalami henti napas dengan baik.
"Yang bisa terjadi pada seorang anak yang tidak sengaja menelan benda asing, pertama respons umumnya tersedak, dan ada kegawatdaruratan, pada saat di rumah yang paling sering itu tersedak dan bisa henti napas, apabila cairan atau benda berbahaya itu tidak sengaja masuk di saluran napas," kata dia.
Kemampuan resusitasi, kata dia, perlu terus dilatih dan tidak bisa didapatkan hanya melalui informasi di internet.
"Kemampuan resusitasi harus dilatih, sehingga kita bisa tahu yang kita lakukan itu benar, tidak cukup di Youtube. Misalnya, memompa jantung itu tidak sekadar dorong-dorong saja, tetapi ada tekniknya, yaitu tangan harus lurus, tumpuannya menggunakan seluruh berat badan, dan itu memerlukan refreshment (pelatihan) setiap tahun," ucap Ariani.
Ia menyarankan orang tua selalu membersihkan rumah secara berkala, menempatkan benda-benda kecil yang berbahaya di tempat aman atau meletakkan di tempat yang terkunci.
"Selain itu, jangan meletakkan cairan berbahaya atau cairan-cairan lain seperti detergen, sabun cuci piring di botol bekas air mineral, karena anak-anak usia 0-3 tahun cenderung belum bisa membedakan mana itu minuman dan mana yang bukan," ujar dia.
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis: Antara
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Mitra Strategis IKN, Tata Kelola Wisata Samarinda Diperkuat
- 2 Semoga Hasilkan Aksi Nyata, Konferensi Perubahan Iklim PBB COP29 Akan Dimulai di Azerbaijan
- 3 Kepala OIKN Sudah Dilantik, DPR Harap Pembangunan IKN Lebih Cepat
- 4 Keren! Petugas Transjakarta Tampil Beda di Hari Pahlawan
- 5 Empat Paslon Adu Ide dan Pemikiran pada Debat Perdana Pilgub Jabar