Ekosistem Kendaraan Listrik Cegah Dampak Perubahan Iklim
Foto: ISTIMEWAJAKARTA - Upaya pemerintah menciptakan ekosistem kendaraan listrik atau electrical vehicle (EV) diperkirakan dapat mempercepat pencapaian target Net Zero Emission (NZE) atau emisi nol persen. Langkah itu sebagai upaya nyata RI dalam menekan kenaikan suhu rata rata permukaan bumi yang bisa merusak ekosistem alam.
Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Dirjen PPI KLHK), Laksmi Dhewanthi menegaskan hal ini bukan sekadar rencana lagi, namun sudah mulai dilakukan. "Sudah mulai dari bergeser ke transisi ke energi baru dan terbarukan, hemat energi, konservasi energi, dan nanti ditambah dengan ekosistem baru yaitu e-vehicle, termasuk motor listrik, dan sebagainya maka kita akan bisa lebih cepat dari target net zero emission 2050," ungkapnya dalam diskusi virtual bertajuk Ekosistem Menuju Energi Bersih yang digelar FMB9 di Jakarta, Senin (5/6).
Berdasarkan sejumlah data dari para ilmuwan United Nations Framework Convention of Climate Change (UNFCCC), suhu rata-rata permukaan bumi diperkirakan naik lebih dari dua derajat celcius pada akhir abad ini kalau seluruh negara tidak melakukan upaya apapun. Kenaikan suhu global itu berdampak fatal karena banyak ekosistem-ekosistem penunjang kehidupan manusia akan menjadi rusak, bahkan beberapa makhluk hidup yang sangat sensitif juga akan musnah.
Karena itu, semua negara anggota UNFCCC berkomitmen agar kenaikan suhu rata-rata permukaan bumi tidak lebih dari dua derajat. "Itu komitmen pada 2016. Data ilmiah kemudian pada 2018 menunjukkan bahwa tidak cukup dua derajat kita harus tidak boleh lebih dari satu setengah derajat celcius," tandas dia.
Dia menekankan Indonesia dan semua negara dituntut untuk mempercepat upaya penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Saat ini, terangnya, pemerintah memiliki dua dokumen komitmen yang merangkum scenario dalam menurunkan emisi GRK.
Pertama, Nationaly Determined Contribution (NDC) atau dokumen rencana menurunkan emisi GRK dan meningkatkan ketahanan iklim di 2030 untuk jangka pendek. Kedua adalah strategi jangka panjang untuk menurunkan emisi karbon dan resilensi iklim atau Long Term Strategy for Low Carbon and Climate Resilience 2050 untuk jangka pandang.
Redaktur: Muchamad Ismail
Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Menko Zulkifli Tegaskan Impor Singkong dan Tapioka Akan Dibatasi
- 2 Pemerintah Konsisten Bangun Nusantara, Peluang Investasi di IKN Terus Dipromosikan
- 3 Peneliti Korsel Temukan Fenomena Mekanika Kuantum
- 4 Literasi Jadi Kunci Pencegahan Pinjol Ilegal dan JudolĀ
- 5 Siaga Banjir, Curah Hujan di Jakarta saat Ini Hampir Sama dengan Tahun 2020
Berita Terkini
- Pasca 24 hari, kebakaran hutan California selatan berhasil dipadamkan
- Apresiasi kepada Polres Ngawi karena berantas penyelewengan pupuk
- Kapal tenggelam di Selat Sunda empat ABK hilang berhasil ditemukan
- BPBD Bogor: Pendaki hilang di Gunung Joglo ditemukan kondisi tewas
- BKSDA kaji rencana pembukaan jalur pendakian tiga gunung di Sumbar