Efek Domino Pemberontakan Budak di Haiti
Foto: afp/ CRISTINA ALDEHUELAPemberontakan budak terbesar dalam sejarah dan satu-satunya yang berhasil dimulai pada tahun 1791 di koloni kaya Prancis di Saint-Domingue yang sekarang bernama negara Haiti. Keberhasilan ini menginspirasi masyarakat dunia bahwa sistem demokrasi yang berprinsip tidak mengecualikan siapapun.
Foto : Istimewa
Pemberontakan budak itu menciptakan efek domino di seluruh koloni Prancis yang berujung pada dihapuskannya perbudakan yang meluas di seluruh koloni negara Eropa itu. Hal ini mengkhawatirkan bagi orang-orang kulit putih di Amerika.
Pada tahun 1821, negara Liberia di Afrika barat menjadi bagian dari upaya Amerika untuk memulangkan para budak yang baru dibebaskan dan orang kulit hitam yang lahir bebas ke Afrika. Konsep pemulangan adalah untuk “mengembalikan” orang kulit hitam ke tanah yang memberi mereka lebih banyak kebebasan daripada yang dapat mereka akses di Amerika Serikat (AS) dan didirikan serta didukung oleh pemilik budak dan para abolisionis atau budak yang dibebaskan.
Setelah revolusi Haiti dan kemudian pemberontakan budak Nat Turner di Virginia, orang Amerika khawatir tentang pengaruh populasi kulit hitam yang merdeka terhadap institusi perbudakan. Para politisi memutuskan akan lebih aman untuk merelokasi orang kulit hitam yang merdeka ke pemukiman yang akan menawarkan mereka kemandirian.
Banyak abolisionis setuju dengan konsep pemulangan sebagai metode untuk memberi keluarga dan individu kulit hitam hak yang lebih besar dan menyebarkan “moral yang baik dan agama yang benar di seluruh Afrika”. Pemulangan mendapat sponsor dari American Colonization Society (ACS), yang didirikan pada tahun 1816 oleh para elite kulit putih.
Jajarannya termasuk presiden AS saat itu, James Madison, dan calon presiden James Monroe. Lembaga itu sendiri memperoleh pendanaan dari banyak politisi dan kelompok agama. Pada tahun 1821, pelayaran perdana ACS berlayar ke pantai Afrika dan membeli tanah untuk membentuk pemukiman pertama di Liberia yang diberi nama Monrovia (dinamai menurut James Monroe) sebagai ibu kota koloni.
Beberapa negara bagian membentuk koloni mereka sendiri yang lebih kecil dalam program repatriasi Liberia, dengan Maryland memiliki republiknya sendiri di bawah otoritas Maryland State Colonization Society (MSCS) yang bertujuan agar wilayahnya menjadi sumber pengaruh agama bagi Afrika barat.
Didirikan di Cape Palmas, Liberia, Republik Liberia Maryland (juga dikenal sebagai Maryland di Liberia) akan menjadi masyarakat pertanian yang berupaya menjadi entitas negara yang terpisah untuk mempercepat emansipasi budak. MSCS membentuk konstitusi dan bill of rights untuk para pemukim Americo-Liberia yang menjamin hukum dan kesempatan yang sama bagi semua orang di dalam koloni.
Sebelum pecahnya perang saudara, Presiden Abraham Lincoln adalah pendukung setia pemulangan, menggemakan banyak sentimen pada saat itu bahwa orang kulit hitam merdeka tidak akan dapat berasimilasi dengan baik ke dalam masyarakat kulit putih dan ras-ras tersebut tidak akan dapat hidup berdampingan secara damai. hay/I-1
Berita Trending
- 1 Dorong Sistem Pembayaran Inklusif, BI Hadirkan Tiga Layanan Baru BI-Fast mulai 21 Desember 2024
- 2 Kenaikan PPN 12% Bukan Opsi Tepat untuk Genjot Penerimaan Negara, Pemerintah Butuh Terobosan
- 3 Desa-desa di Indonesia Diminta Kembangkan Potensi Lokal
- 4 Pemerintah Harus Segera Hentikan Kebijakan PPN 12 Persen
- 5 Libur Panjang, Ribuan Orang Kunjungi Kepulauan Seribu