Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
WAWANCARA

Duta Besar Australia untuk Indonesia, Gary Quinlan AO Yakin Indonesia Senantiasa Akan Berada di Tangan Orang-orang yang Sangat Baik

Foto : DOK KEDUTAAN BESAR AUSTRALIA
A   A   A   Pengaturan Font

Untuk mengetahui lebih dalam isi dan potensi keuntungan dua pihak atas kesuksesan kelahiran IA-CEPA, serta berbagai isu lain seperti Covid-19, wartawan Koran Jakarta, Aloysius Widiyatmaka, mewawancarai Duta Besar Australia untuk Indonesia, Gary Quinlan AO. Berikut petikannya.
Pemerintah mengungkapkan perjanjian kemitraan komprehensif bidang ekonomi dengan Australia atau Indonesia-Australia Comprehensive Economic

Partnership Agreement (IA-CEPA) telah resmi berlaku pada 5 Juli 2020. Apa keuntungan kedua pihak?

Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) adalah sebuah perjanjian komprehensif untuk mempercepat perdagangan dan investasi dua arah. Indonesia dan Australia adalah dua ekonomi terbesar di kawasan. Ada banyak kesempatan bisnis di kedua negara untuk dikerjakan bersama secara lebih dekat. IA-CEPA menyediakan kerangka kerja bagi bisnis untuk melakukannya, dengan menghapuskan tarif dan berbagai kendala perdagangan serta memperkuat kepastian yuridis bagi kedua pihak untuk berinvestasi. Banyak perdagangan dan investasi berarti juga banyak peluang kerja warga lokal, input-input lebih murah untuk produksi industri, dan pilihan-pilihan lebih banyak bagi konsumen.

Kerja sama ini mencakup perjanjian perdagangan barang, jasa, investasi, pelatihan pendidikan vokasi, pendidikan tinggi, dan sektor kesehatan. Bisa dijabarkan?

IA-CEPA mencabut tarif untuk barang-barang yang diperdagangkan antarnegara kita dan mengenalkan aturan-aturan untuk para penyedia jasa guna menjalankannya. Sedangkan bagi para investor untuk berinvestasi. Inilah komitmen kesepatakan yang mengikat secara hukum demi kepastian bisnis. Indonesia telah berkomitmen mengizinkan banyak perusahaan Australia beroperasi di sektor kesehatan dan pendidikan vokasional di Indonesia.

Selain itu, universitas-universitas Australia dapat mendirikan kampus-kampus di Indonesia. Hal ini akan mendorong entitas Australia memantapkan kehadiran di Indonesia guna menyediakan jasa-jasa yang sangat berkualitas. Tentu saja juga menyediakan lebih banyak pilihan rakyat sini yang semula banyak ke luar negeri untuk berobat atau sekolah. Dapatkah kita melihat warga Indonesia hadir di sebuah universitas Australia di Jakarta dalam waktu dekat? Saya berharap demikian.

Bea masuk impor barang Indonesia ke Australia dihapus. Ini khususnya untuk sektor-sektor apa saja?

Saya senang mengatakan, seluruh produk Indonesia kini bebas pajak masuk ke Australia. Hal ini membuat produk-produk Indonesia lebih murah dan kompetitif di pasar Australia. Contoh pupuk. Sejak Australia menghapus tarifnya sebagai bagian IA-CEPA early harvest yang diumumkan tahun 2017. Hasilnya, 420 persen kenaikan ekspor pupuk Indonesia ke Australia tahun lalu.

Sebenarnya produk apa saja yang dibutuhkan Australia dari Indonesia?

Selain minyak, impor utama Australia adalah produk-produk manufaktur dari Indonesia. Adapun ekspor kami ke Indonesia utamanya produk-produk untuk sektor manufaktur. Tahun lalu, Australia mengimpor cukup signifikan produk seperti perabot, pakaian, alas kaki, televisi, ban, dan bahan-bahan bangunan dari Indonesia. IA-CEPA melahirkan peluang baru yang sangat antusias bagi Indonesia untuk mengekspor kendaraan listrik ke Australia karena kami telah menciptakan regulasi-regulasi preferensial baru khusus untuk Indonesia, terkait jumlah konten Indonesia yang diperlukan untuk memenuhi syarat masuk bebas tarif ke Australia. Kami belum pernah melakukannya untuk negara mana pun sebelumnya. Ini berarti, produsen-produsen kendaraan di Indonesia akan lebih mudah mengekspor produk mereka ke Australia dibanding para produsen mobil negara-negara lain.

Bagaimana hubungan bilateral Indonesia-Australia satu dekade terakhir? Apa keuntungan kedua pihak?

Indonesia dan Australia telah mencapai banyak hal bersama dekade terakhir. Beberapa pencapaian penting terjadi dalam dua tahun terakhir, sebagai buah kerja bertahun-tahun sebelumnya. Hubungan kita kini lebih akrab. Hal ini khususnya untuk area politis dan strategis. Tahun 2018, kita menjadi Comprehensive Strategic Partners. Kita telah menandatangani IA-CEPA dan melaksanakan sidang tahunan para pemimpin level menteri luar negeri dan pertahanan serta menteri hukum dan keamanan. Beberapa tahun lalu, ribuan mahasiswa Australia berkesempatan tinggal di sini lewat New Colombo Plan. Sebaliknya, ribuan mahasiswa Indonesia menempuh studi di Australia melalui program beasiswa kami "Australia Awards." Juga tak terhitung orang Indonesia merampungkan belajar di Australia melalui jalur mandiri. Kita juga telah membuat sejumlah deklarasi dan perjanjian bersama untuk kegiatan lain seperti kerja sama kemaritiman, siber, ekonomi kreatif, keamanan transportasi, melawan terorisme, dan ekstremisme kekerasan. Hal ini mungkin tidak semua terlihat oleh rakyat, namun penting bagi kedua negara bekerja sama melalui banyak cara. Keuntungan tujuan dari semua ini, melalui keterlibatan secara teratur para pemimpin, serta berbagai level pemerintahan dan bisnis, masyarakat dua pihak semakin mengenal dan memahami satu sama lain secara lebih baik, sehingga hubungan lebih baik nantinya.

Bagaimana hubungan Indonesia-Australia ke depan, katakanlah, satu dekade lagi?

Saya optimistis bahwa pada tahun 2030, hubungan kita akan lebih kuat dari yang pernah ada. Kini, kita telah menaburkan benih-benih relasi bisnis dan personal yang lebih dekat, di antaranya melalui pertukaran pelajar, kegiatan budaya, proyek riset bersama, investasi dan perdagangan. Semua ini dapat dituai masa depan. Saya selalu bergairah setiap bertemu kaum muda Indonesia. Energi dan keingintahuan mereka sangat mengesankan dan saya sangat yakin bahwa Indonesia dan hubungan Indonesia-Australia akan senantiasa berada di tangan atau dipegang orang-orang sangat baik di tahun-tahun mendatang.

Terkait Covid-19, sampai kapan Australia menutup kedatangan orang asing? Masihkah ada pengecualian bagi pelajar/mahasiswa?

Covid-19 telah menyulitkan pergerakan internasional. Dari 20 Maret, perbatasan-perbatasan Australia ditutup bagi pendatang, termasuk pelajar. Sementara ini, hanya orang-orang berikut yang dapat masuk. Misalnya,: warga Australia, penduduk tetap Australia, anggota keluarga dekat dari warga Australia, para diplomat berakreditasi Australia. Lebih jelasnya silakan buka https://covid19.homeaffairs.gov.au/coming-australia.

Bagaimana gambaran situasional Covid di Australia, terutama penanganannya?

Australia relatif lumayan baik menangani Covid-19. Kami bertindak sangat dini mulai Februari untuk mengantisipasinya. Infeksi di Australia termasuk paling rendah karena tertolong posisi geografis. Penduduk juga sedikit. Meski begitu, warga kami yang terinfeksi mencapai 27.000, dan tragisnya yang wafat 860.

Gambaran di Australia beragam. Kebanyakan negara bagian bernasib baik, kecuali Victoria, dengan 20.000 kasus lebih dan 771 kematian. Warga Melbourne dan bagian-bagian lain negara bagian ini telah diisolasi lumayan lama. Belakangan, kasus harian jauh lebih baik. Harapannya, berbagai larangan segera dibuka.

Apakah Australia masih mengandalkan vaksin dari perusahaan obat yang berbasis di Inggris, AstraZeneca, untuk memproduksi vaksin, mengingat sekarang uji coba dihentikan?

Pemerintah Australia melalui Departemen Kesehatan tengah bekerja erat dengan AstraZeneca guna memantau perkembangan uji klinis tahap 3 vaksin Oxford, termasuk berbagai efek samping. Untuk sementara, uji coba ditangguhkan pada 8 September, lalu setelah ada dugaan reaksi efek samping pada seorang relawan di Inggris, tetapi dilanjutkan kembali di Inggris pada 12 September, setelah otoritas kesehatan obat Inggris memastikan bahwa aman untuk melakukannya. Kami akan terus bekerja erat dengan AstraZeneca guna memantau hasil-hasil evaluasinya atas isu ini.

Apakah Australia ada alternatif pengadaan vaksin, selain dari AstraZeneca?

Pada awal bulan ini, Australia mengumumkan perjanjian produksi dan pasokan vaksin Covid-19 senilai 1,7 miliar dollar antara pemerintah Australia dan dua perusahaan farmasi. Isinya, Universitas Oxford/AstraZeneca dan Universitas Queensland/CSL akan menyediakan lebih dari 84,8 juta dosis vaksin untuk populasi Australia. Kandidat vaksin Universitas Queensland, yang menggunakan teknologi jepitan molekuler, kini dalam tahap awal uji coba keamanan, dengan tes terbatas di antara sejumlah relawan yang dimulai Agustus. CSL adalah perusahaan bioteknologi terkemuka Australia. Perusahaan ini memiliki catatan tak diragukan di dalam memproduksi vaksin, termasuk untuk influenza.

Mengapa Australia tidak akan mewajibkan suntik vaksin kepada warga?

Jika uji coba vaksin berhasil, vaksin akan tersedia gratis kepada setiap warga Australia yang menginginkannya. Tidak akan diwajibkan kepada seluruh warga, tetapi pemerintah akan memberikan dorongan dan insentif agar vaksinasi mencapai target sebanyak 95 persen populasi. Di Australia, meski tidak ada kewajiban untuk divaksin, menjadi prasyarat masuk sekolah - dikurangi beberapa pengecualian medis dan pengecualian kecil lainnya.

PM Scott Morrison berjanji membagikan sebagian vaksin ke Indonesia. Berapa tepatnya?

Akses vaksin Covid-19 adalah sebuah prioritas kritis bagi kita semua saat ini. Australia memainkan sebuah peran instrumental dalam meyakinkan bahwa mitra di kawasan kita, seperti Indonesia, memiliki akses yang adil ke vaksin, perawatan, dan diagnostik Covid-19 yang aman, efektif, dan terjangkau saat tersedia. Misalnya, Menlu Australia (Marise Payne) telah mengumumkan kontribusi Australia 80 juta dollar Australia untuk COVAX Facility Advance Market Commitment (AMC) guna mendukung akses ke dosis vaksin Covid-19 untuk negara-negara berpendapatan menengah dan ke bawah yang berhak, saat vaksin sudah ada. Kontribusi kami akan membantu memenuhi kebutuhan kelompok risiko tinggi di negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, di dalam fase pandemi parah ini.

Di luar kontribusi COVAX AMC kami, pemerintah Australia kini tengah mempertimbangkan berbagai opsi guna menolong negara-negara tetangga mengakses dan mengirim vaksin Covid-19 sejumlah yang mereka perlukan untuk menyelamatkan seluruh warga. Opsi-opsi tersebut termasuk: bantuan teknis dan finansial kepada negara-negara yang menginginkan mencari vaksin secara langsung dari para produsen. Kemudian, donasi-donasi vaksin dari cadangan-cadangan masa depan yang diadakan pemerintah Australia, dengan tunduk pada kebutuhan domestik setempat.

Bagaimana dalam Pandangan Yang Mulia, penanganan Covid-19 oleh pemerintah Indonesia?

Pemerintah Indonesia bekerja keras dalam menangani pandemi. Pandemi korona memang sulit, seperti kami tahu secara global dan pengalaman kami sendiri di Australia. Kemudian, khususnya bagi sebuah negara dengan populasi terbesar keempat dunia, yang memiliki kepadatan penduduk tinggi, khususnya di Jawa. Implementasi respons pemerintah Indonesia terhadap wabah, terfokus pada bansos kaum termiskin dan perlindungan terhadap bisnis dan pekerjaan, adalah cepat. Prioritas Indonesia - peningkatan terhadap kesehatan dan sistem perlindungan sosial, pemulihan ekonomi dan tanggap bencana langsung menukik ke respons utama yang dibutuhkan.

Kami senang dapat bekerja sama dengan Indonesia dalam menangani masalah-masalah krisis tersebut. Untuk merespons Covid-19, kami telah mempertajam lagi kemitraan pembangunan guna mendukung upaya-upaya Indonesia, mengalokasikan lebih dari 79 juta dollar Australia tahun finansial lalu dari program pembangunan 298,5 juta dollar Australia kami di Indonesia untuk kegiatan penanggulangan Covid-19. Hal ini termasuk tambahan dana untuk kegiatan baru terutama pemulihan secepatnya kesehatan, kemanusiaan, dan ekonomi. Semua ini termasuk penyediaan 100 ventilator dan 30 ton alat medis yang baru saja dikirimkan. Sebagai teman dan tetangga karib, kami akan terus mendukung Indonesia sepanjang pemulihan ekonominya.

Apa yang masih kurang?

Pandemi ini memberi tantangan pada seluruh negara dan kita bisa belajar satu sama lain dalam mengatasi krisis tersebut. Kini, kita lebih paham tentang virus ini, dibanding enam bulan lalu. Jadi, kita perlu terus mempererat hubungan bilateral dan kemitraan kawasan kita guna mengalahkan tantangan-tantangan spesifik yang timbul di dalam respons kita masing-masing.

Ukuran Indonesia, kepadatan penduduk, dan daerah yang tersebar di seantero Nusantara jelas membuat koordinasi, khususnya tes, menjadi menantang. Prosedur tes Indonesia telah melalui perjalanan panjang sejak Maret, dan saya berharap prosedur-prosedur tersebut akan lebih maju pada bulan-bulan mendatang.

Secara umum, bagaimana semestinya dunia menangani Covid-19?


Tak pernah ada sebuah masa yang lebih vital bagi negara-negara untuk bekerja bersama dalam menangani Covid-19, mengembangkan sebuah vaksin, dan pemulihan sosial ekonomi yang saya harapkan segera terjadi. Terus terang, sebenarnya dunia cukup kekurangan kepemimpinan yang tegas secara global untuk merespons krisis ini. Maka, kekuatan-kekuatan menengah seperti Indonesia dan Australia sudah seharusnya tampil aktif mengisi kekosongan itu. Sebagai dua ekonomi terbesar kawasan, dan sebagai mitra strategis dengan sebuah catatan kerja sama yang kokoh untuk kesehatan dan ekonomi, Indonesia dan Australia sangat layak mengambil peran tersebut.

G-1


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka

Komentar

Komentar
()

Top