Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus
Konflik Timur Tengah

“Drone" Houthi Serang Bandara di Saudi

Foto : Muse Mohammed/iom.int

Direktur Jenderal IOM, Antonio Vitorino

A   A   A   Pengaturan Font

DUBAI - Kelompok pemberontak Yaman, Houthi, pada Senin (15/3) mengatakan bahwa mereka telah melancarkan serangan pesawat nirawak (drone) ke bandara dan pangkalan udara di selatan Arab Saudi. Terkait informasi serangan ini, koalisi militer pimpinan Saudi mengatakan bahwa mereka telah berhasil menggagalkan serangan dari kelompok pemberontak yang didukung Iran itu.

Juru bicara militer Houthi, Yahya Sarea, mengatakan, tiga drone telah diluncurkan ke sasaran militer di Bandara Abha dan Pangkalan Angkatan Udara King Khalid yang ada di kota Khamis Mushait.

Dalam pernyataannya, Yahya mengatakan serangan itu telah mengenai target. Namun tidak ada konfirmasi langsung dari Saudi bahwa lokasi-lokasi itu telah diserang. Tapi pihak koalisi pada Senin pagi mengatakan mereka telah mencegat drone Houthi yang ditembakkan ke arah Khamis Mushait.

Serangan Houthi ke Arab Saudi kian meningkat periodenya dalam beberapa pekan terakhir. Pada 7 Maret, koalisi mengatakan serangkaian serangan drone dan misil yang diluncurkan musuh ke sejumlah sasaran telah dicegat, termasuk tempat penyimpanan minyak di Ras Tanura yang merupakan lokasi kilang dan fasilitas pemuatan minyak lepas pantai terbesar di dunia serta kompleks perumahan di Dhahran, yang digunakan oleh perusahaan minyak raksasa milik negara, Aramco.

Tudingan IOM

Sementara itu badan migran PBB yaitu International Organization for Migration (IOM) pada Minggu (14/3) mengatakan bahwa milisi Houthi sepenuhnya bertanggung jawab atas peristiwa kebakaran yang menewaskan puluhan orang di pusat penahanan migran yang penuh sesak di Sanaa.

"Kondisi fasilitas penampungan, yang tiga kali melebihi kapasitas, tidak manusiawi dan tidak aman," kata Direktur Jenderal IOM, Antonio Vitorino.

Ketua IOM itu pun menepis tudingan Houthi bahwa organisasinya telah mengabaikan fasilitas tersebut, tidak melengkapinya dengan peralatan keselamatan, dan menolak untuk mengirim para migran kembali ke negara asal mereka.

"IOM tidak mendirikan, mengelola atau mengawasi pusat penahanan di Yaman atau di mana pun di dunia. Tim kami menyediakan layanan penting bagi para migran seperti makanan, perawatan kesehatan, dan air yang tidak pernah mereka terima sebelumnya," kata Vitorino.

Lusinan kelompok hak asasi lokal, aktivis dan pejabat pemerintah telah menyerukan penyelidikan internasional atas kebakaran mematikan pada 7 Maret itu. Mereka menuduh Houthi menutupi bukti atas kejadian ini dengan cepat-cepat menguburkan para korban serta mengintimidasi para korban dan keluarga mereka.

Angka resmi korban tewas dari kebakaran tersebut adalah 43 orang. Para korban merupakan migran asal dari Ethiopia, Eritrea, Djibouti, Somalia dan Sudan. Namun jumlah kematian sebenarnya diperkirakan jauh lebih tinggi hingga ratusan jiwa. SB/ArabNews/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top