Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Diversifikasi Pangan I Mayoritas Kebutuhan Kedelai Terserap ke Industri Tahu dan Tempe

Dorong Pengembangan Kedelai Lokal

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA- Kementerian Pertanian (Kementan) fokus mengembangkan komoditas kedelai yang terintegrasi dari hulu sampai hilir. Sebab, sebagai salah satu tanaman pangan utama, produksi kedelai terkendala sehingga belum mampu mencukupi kebutuhan domestik.

Selama ini, 90 persen kebutuhan kedelai selama setahun untuk industri tempe dan tahu, sedangkan sisanya diperuntukkan bagi industri kecap, yoghurt dan produk makanan lain. Namun, produktivitas kedelai dalam negeri masih sangat rendah.

Hal itu disebabkan jumlah benih kedelai bersertifikat terbatas dan sebagian besar terkonsentrasi di Jawa dengan masa kadaluarsa pendek, sekitar 4 bulan. Selain itu, penurunan daya saing dengan komoditas pangan lain padi dan jagung menjadi kendala tersendiri.

"Untuk itu, perlu adanya pengembangan varietas benih yang provitasnya diatas 3 ton per hektar, kuncinya pengembangan kedelai ada di aspek benih dan harga. Seluruh benih unggul yang ada di litbang harus disalurkan untuk peningkatan produksi," ungkap Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Suwandi di Jakarta, Kamis (16/7).

Suwandi menjelaskan hilirisasi menjadi hal penting dalam mengembangkan kedelai untuk menjaga stabilitas harga. Karenanya, perlu dibangun kemitraan petani dengan industri supaya dapat memberi kepastian pasar dan pemanfaatan KUR, sehingga petani tidak hanya mengandalkan bantuan pemerintah.

"Bantuan kita kan terbatas, mulai sekarang petani didorong untuk bisa manfaatkan akses pembiayaan, kan syaratnya mudah bunganya juga rendah," jelasnya.

"Perumusan sistem pemasaran produk menjadi hal yang mesti diperhatikan untuk bisa mengenalkan produk lokal. Komitmen Kementan terhadap kedelai sangat kuat salah satunya ditunjukkan Bapak Mentan SYL beberapa waktu lalu mencanangkan tanam kedelai di Sulawesi Utara," pinta Suwandi.

Sementara itu, Pakar Pertanian Pangan, Munif mengatakan kunci sukses budidaya kedelai adalah pada harga panennya. Dia mencontohkan, di pembudidaya kedelai hitam karena harga tinggi, petani sangat senang dan kontinu menanam. "Dengan harga sekitar 7.000 rupiah per kilogram petani mengupayakan sendiri untuk mengembangkan tanpa intervensi bantuan," terangnya.

Pakar lainnya, Sumarno, menilai intervensi pemerintah untuk program bantuan sebaiknya pada lahan baru. Sumarno tak menampik impor kedelai masih diperlukan, namun dia menyarankan importir dapat membina petani dalam negeri dan membeli hasil petani.

"Strateginya sekarang beralih ke produk olahan kedelai, yang biasanya sangat murah harus dinaikkan dua kali lipat agar dapat menaikkan harga dasar," ungkapnya.

Perlunya Standardisasi


Perwakilan Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (GAKOPTI), Aip Syarifuddin meminta pemerintah melakukan standardisasi kedelai, termasuk masa pascapanen. Dia mengakui kedelai lokal kalah bersaing dengan impor karena harganya lebih murah dan terlihat lebih bagus.

ers/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top