Dorong Hidup Sehat dengan Berkebun
Foto: DOK/KOMUNITAS 1000KEBUNKomunitas 1000Kebun selain memaksimalkan kebun sebagai penghasil bahan pangan organik juga mengajarkan gaya hidup sehat.
Kebun selalu identik dengan lahan untuk menghasilkan sayuran dan buahbuahan. Padahal di luar itu, kebun menyimpan makna lain yang tidak kalah penting untuk kehidupan. Gaya hidup sehat dan penggunaan kompos merupakan keuntungan lain yang diperoleh dari kegiatan berkebun.
Dengan loso itulah, Komunitas 1000Kebun menguak kebun tidak sebatas sebagai penghasil sayuran (terutama organik), tetapi juga mengajarkan gaya hidup sehat.Selalu ada rasa bungah (bahagia) takkala dapat memetik sayuran dari kebun sendiri. Tanaman yang dipelihara dari waktu ke waktu telah memperlihatkan hasilnya sebagai tanaman siap panen.
Saat akan memasak pun menjadi lebih mudah, karena sayuran yang diperlukan tidak perlu dibeli di warung atau supermarket. Hanya melangkahkan kaki ke halaman, sayuran segar menjadi bahan baku sudah siap diolah. Ketua Komunitas 1000Kebun, Raden Galih Raditya, mengatakan bahwa kebun merupakan titik akhir gaya hidup sehat. "Artinya, kalau kita berkebun, kita bisa mengakses pangan sehat," ujar dia yang dihubungi, Jumat (24/4).
Selain kebutuhan sayuran menjadi lebih mudah di dapat, tanaman organik yang berharga mahal dapat diperoleh dengan harga lebih terjangkau kalau menanam sendiri. Sehingga, tanaman tersebut tidak hanya milik kalangan menengah atas, tetapi juga masyarakat menengah bawah pun dapat menikmatinya.
Di sisi lain, laki-laki yang biasa disapa Galih ini tidak memungkiri untuk memiliki kebun membutuhkan niat besar dalam merawatnya. Untuk kalangan yang tidak biasa beraktivitas di kebun, kegiatan berkebun terasa akan merepotkan. Karena tanaman perlu dirawat secara berkala. Sebagai contoh, setiap pagi maupun sore tanaman perlu disiram untuk menjaga kehidupannya. Hal tersebut menjadi salah satu tantangan para urban yang ingin memiliki kebun di rumahnya. Berkebun tidak selalu memiliki lahan luas di halaman rumah.
Kegiatan berkebun dapat mengggunakan barang-barang bekas, seperti tempat minum air mineral bekas, ember bekas, bahkan layar monitor bekas. Wadah-wadah tersebut diisi dengan media tanam sebagai media untuk menanam bibit yang diinginkan. Tanaman tersebut dapat diletakkan di berbagi tempat maupun digantung. Yang terpenting, tanaman mendapatkan pasokan sinar matahari dan air. Tanaman pangan membawa sedikit keuntungan ketimbang tanaman hias.
Selain hasil tanaman dapat menjadi sumber pangan, dengan penataan tertentu, tanaman sekaligus dapat menjadi tanaman hias yang hias. Hal ini lantaran, daun maupun bunga tanaman tidak kalah menarik dibandingkan tanaman hias pada umumnya. Sistem Niaga Selain mengajarkan metode menanam tanaman organik, Komunitas 1000kebun juga memiliki Warung Sehat 1000Kebun. Warung ini ditujukan untuk menjual hasil kebun para petani lokal maupun hasil olahan UMKM.
"Karena, petani perlu bantuan barangnya dipasarkan. Pasalnya, yang biasa terjadi, petani lebih konsentrasi pada produk barang dan kurang memilikikemampuan memasarkan produknya," ujarnya.
Dalam Warung Sehat 1000Kebun, komunitas berupaya menerapkan sistem niaga yang adil untuk para petani. Hal ini sebagai respons karena selama ini, petani selalu menjadi pihak yang dirugikan dalam perniagaan pertanian.
Barang yang dijual dibanderol dengan harga yang fair supaya petani dapat hidup secara sejahtera, bukan harga yang terlampau mahal, namun juga bukan harga yang terlalu murah.Sementara itu, jumlah besaran bagi hasil sebesar 30 persen untuk Warung Sehat 1000Kebun dan 70 persen untuk petani maupun UMKM.
Jumlah pembagian tersebut dipandang adil karena selama ini yang terjadi sebaliknya. Pembagian untuk Warung Sehat 1000Kebun lantaran warung ini memiliki manajemen yang perlu digaji setiap bulannya.
Sedangkan untuk petani yang tergabung bersifat tidak mengikat. Karena jika ingin mengembangkan usahanya, mereka bisa memisahkan diri dari Warung Sehat 1000Kebun yang memiliki omset 150 juta per bulan ini.
Komunitas 1000Kebun merupakan komunitas tempat berkumpul kalangan yang tertarik dengan bidang perkebunan. Anggotanya merupakan penghobi, praktisi maupun kalangan awam yang ingin mengetahui seluk-beluk mengenai perkebunan.
Galih sengaja membuka komunitas terbuka secara umum supaya memberikan manfaat untuk masyarakat banyak. Kegiatan komunitas lainnya berupa Ngeruk atau Ngebon Seru, Yuk! Yang diadakan sebulan sekali.
Sedangkan kegiatan lainnya berupa Pasar Sehat yang diadakan tiga bulan sekali. Hingga saat ini, komunitas yang berbasis di Bandung itu memiliki anggota sebanyak 800 orang yang tersebar di seluruh Indonesia. Mereka saling tukar pikiran tentang tata cara berkebun maupun segala hal yang terkait dengan kegiatan perkebunan
Lebih Memahami Kehidupan Petani
Kegiatan berkebun tidak hanya untuk memetik hasil kebun berupa sayuran maupun buah-buahan. Lebih jauh lagi, berkebun dapat menjadi sarana mindfull yang dalam artian bebas mereeksikan pikiran sampai memahami kehidupan para petaninya. Daya tarik tersebut mampu memancing anak muda untuk menyenangi kegiatan berkebun.
Hal tersebutlah yang dirasakan Fathan Nurul Abdillah, 25 thn, guru seni rupa di Bandung, Staf Divisi Program Komunitas 1000Kebun. Fathan, begitu dia biasa disapa, mulai tertarik berkebun saat dia menyelesaikan tugas akhir yang terkait dengan pertanian pada 2017.
Selama menyelesaikan tugas akhir, dia baru memahami seluk-beluk kehidupan petani yang selama ini tidak terlalu dipahami, ke cuali petani adalah pekerja yang menghasilkan sayuran maupun buah-buahan selain padi. Selama terjun langsung di perkebunan, Fathan baru menyadari bahwa ternyata banyak isu di pertanian.
Seperti rantai distribusi hasil pertanian yang panjang bahkan bisa menurunkan harga jual di tingkat petani. Transportasi yang panjang turut menggerus hasil penjualan yang diperoleh petani.
"Waktu menjual hasil pertanian, tengkulak tidak memperhitungkan tenaga petani. Karena, harga telah dipatok," ujar dia yang dihubungi, Rabu (29/4).
Fathan yang melihat tidak adanya keadilan untuk petani. Semenjak bergabung dengan komunitas 1000Kebun, Fathan kerap terjun ke kebun untuk mengolah kebun layaknya petani.
Dari pengalamannya, dia merasakan beratnya menjadi seorang petani yang bekerja di lapangan. Tenaga terforsir, sedangkan pikiran harus memperhitungkan faktor alam supaya hasil panen tidak meleset.
Setelah terjun ke dunia pertanian, laki-laki lulusan Institut Teknologi Bandung, Fakultas Seni Rupa dan Desain ini menjadi lebih empati pada para petani.
Jika Fathan makin memahami kehidupan petani, Anggietta Kustina, 28 thn, memaknai kegiatan berkebun sebagai mindfull. Dia merasa pikirannya menjadi senang dan tenang setiap menanam atau mengurusi tanaman.
"Setiap kali menanam atau mengurusi tanaman, saya berusaha hadir secara utuh dan menikmati prosesnya. Ternyata dengan mindset seperti itu bisa membuat saya senang dan tenang," ujar dia melalui aplikasi komunikasi, Rabu (30/4). Seperti halnya Fathan, Anggietta merasa miris dengan kehidupan petani yang kurang sejahtera. din/S-2
Redaktur: Sriyono
Penulis: Dini Daniswari
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Mai Hang Food Festival Jadi Ajang Promosi Kuliner Lokal Labuan Bajo
- 2 Prabowo Dinilai Tetap Komitmen Lanjutkan Pembangunan IKN
- 3 Otorita Labuan Bajo: Mai Hang Food ajang promosi kuliner lokal
- 4 Gelar Graduation Development Program Singapore 2024, MTM Fasilitasi Masa Depan Lebih Baik untuk Pekerja Migran
- 5 Natal Membangun Persaudaraan
Berita Terkini
- Uni Eropa Luncurkan Kampanye Gotong Royong Melawan Kekerasan Berbasis Gender
- Jaksel Jadikan Natal Ajang Membangun Kerukunan
- Trump Tunjuk Richard Grenell Sebagai Utusan untuk Misi-misi Khusus
- Presiden Korea Selatan yang Telah Dimakzulkan Yoon Suk Yeol Mangkir dari Panggilan Pengadilan
- Jakpro Akan Akuntabel Dalam Kelola Aset