Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kesehatan Warga I Jakarta Dukung Kebijakan Tetap Bermasker di Ruangan

DKI Temukan 49 Pasien Diduga Hepatitis Akut

Foto : ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna

Arsip foto - Sejumlah warga antre untuk memeriksakan kesehatan di salah satu rumah sakit di Jakarta.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Dinas Kesehatan DKI Jakarta masih terus mencari pasien yang mengidap penyakir hepatitis Akut. Hingga kini penyakit misterius ini masih dalam penelitian.Demikian Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes DKI Jakarta, Lies Dwi Oktavia di Jakarta, Rabu (18/5).

Menurutnya, pasien dengan gambaran penyakit hepatitis perlu dipastikan apakah hepatitis A, B,C,D, E atau jenis lalin. Dwi mengatakan sejauh ini, pihaknya sudah menemukan 49 orang yang memiliki gejala hepatitis akut. Namun belum diketahui penyebabnya.

"Kita menemukan 49 orang dengan gejala hepatitis tapi belum diketahui penyebabnya," tuturnya.Dikatakan Dwi, dari hasil sampel 49 pasien, 25 di antaranya sudah diketahui penyebabnya. Mereka berpenyakit komplikasi sampai dengan demam berdarah (DBD).

"Maka 25 sudah dikeluarkan dari dugaan hepatitis akut karena sudah diketahui bukan," ucapnya. Sedangkan untuk 24 pasien masih dalam penelitian tim medis. Untuk hasil sampelnya belum bisa keluar dalam waktu 24 jam.

Menurut Dwi, ada, 3 orang yang masuk probable, yaitu orang yang diyakini sebagai suspek.

Dwi mengatakan pihaknya masih menunggu kebijakan dari organisasi kesehatan dunia soal hepatitis akut. Saat ini, Dinkes masih terus meneliti penyebaran penyakit ini.

"Kami sambil menunggu kebijakan global, untuk mengetahui penyebabnya, masih dalam penelitian," ucapnya.

Kendati begitu, Dwi menuturkan organisasi kesehatan dunia (WHO) belum mengetahui jenis penyakit hepatitis akut. Semua ahli dunia belum tahu penyebab pasti.

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Suku Dinas Kesehatan DKI Jakarta Erizon Safari mengatakan saat ini ada 3 warga Jakarta Pusat yang diduga terpapar hepatitis akut. Namun, setelah dilakukan pemeriksaan lebih intensif, ternyata bukan sakit hepatitis akut, melainkan sakit yang lain.

Erizon menuturkan sampai kini, belum ada alat untuk memeriksa penyakit tersebut. Dirinya menyebut tiga pasien awalnya memang diduga mengidap hepatitis, namun, saat diperiksa ternyata penyakit lain. Tiga terduga tersebut dari Kecamatan Sawah Besar dan Kemayoran.

Soal Masker

Sementara itu, terkait buka masker, DKI Jakarta akan menyesuaikan kebijakan dari pemerintah pusat. Menurut Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan, kebijakan yang dikeluarkan pemerintah pusat bisa cepat disesuaikan dan dilaksanakan pemerintah daerah. Namun, kegiatan pemprov di dalam ruangan masih tetap menggunakan masker.

"Di ruang tertutup masih memakai masker seperti disampaikan Presiden," ujarnya.Kendati begitu, Riza menuturkan, bagi warga yang berusia lansia dengan penyakit penyerta (komorbid) serta orang yang sedang sakit flu tetap diminta menggunakan masker meski berada di luar ruangan.

Selain itu, lanjut Riza, pihaknya mendukung kebijakan buka masker di luar ruangan. Ini menandakan kasus pandemi Covid-19 semakin terkendali di Indonesia. "Kalau sudah bisa membuka masker di ruang terbuka, itu satu tanda sangat baik. Kami senang dan mendukung. Kami akan mendukung program itu sekalipun belum diperkenankan bagi lansia dan komorbid," tuturnya.

Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa pemerintah melonggarkan kebijakan pemakaian masker di area terbuka dengan mempertimbangkan pandemi Covid-19 yang terkendali.

"Dengan memperhatikan kondisi saat ini, penanganan pandemi Indonesia makin terkendali. Pemerintah memutuskan untuk melonggarkan kebijakan pemakaian masker," kata Presiden Jokowi. Namun, pelonggaran aturan pemakaian masker hanya berlaku di luar ruangan.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Yohanes Abimanyu

Komentar

Komentar
()

Top